Friday, September 23, 2005

Surat cinta untuk sahabat

“Ukhuwah adalah degup penuh makna yang mengalir indah bersama aliran darah, berawankan ketsiqohan yang tiap tetesannya mampu menelusup jernih menembus karang prasangka dalam hati yang puncaknya berbuah keitstaran.”

Saudaraku,
Aku harus berterimakasih kepada Allah untuk hari ini. Ia memberiku jalan menyelesaikan masalah ukhuwah kita. Ane gak tahu anti merasakannya atau tidak, tapi ane merasa beberapa hari ini ada ketidakcocokan antara kita. Bukannya ane tidak mau mengkomunikasikan hal ini, tapi gimana ya? anti memang periang tapi untuk hal2 yang sensitif anti terlalu tertutup. Kadang harus ana tahan perasaan ane agar tidak kelepasan ngomong atau takut cara penyampaian ane salah yang memungkinkan timbul ketidaknyamanan yang lebih besar.

Ukh,
Kalau dilihat sekilas oleh saudara2 yang lain, sepertinya semua baik-baik saja. Karena ane memang tidak ingin terlihat ada apa-apa. Tapi perasaan ane yang sering tidak nyaman. Jika ane introspeksi, sepertinya memang ane yang salah. Karena mungkin saja ane sendiri punya sifat egois yang membuat ane agak tidak bisa menerima sikap, kata2 atau pilihan anti bereaksi terhadap sesuatu hal. Padahal itu kan hak anti untuk bereaksi yang kadang tidak sesuai dengan prinsip ane.
Ane sendiri bingung gimana menjelaskan ketidaknyaman ini karena ini masalah hati. Ini masalah yang bisa ane rasakan tapi tak bisa dijelaskan. Tapi alhamdulilah hari ini semuanya mencair.

Ukhti,
Muhassabah yang kita dengar bersama oleh ust Ibnu Jarir di kajian tadi siang membuat masalah ini selesai tanpa pernah terungkap. Renungan itu membuat ane luluh dan menyadari betapa berharganya anti. Kebaikan anti sudah sangat banyak. anti selalu ada saat ane membutuhkan. Anti selalu mendengarkan perasaan2 ane, prinsip2 ane, selalu mendengar apa yang ingin ane bicarakan. Anti selalu memberikan bahu anti untuk ane basahi dengan air mata. Anti selalu menggenggam tangan ane dengan erat jika anti tahu ane sedang gelisah. Anti beri ane banyak hal. Cinta seorang kakak, perhatian seorang saudara, ketulusan seorang sahabat.

Mbak,
Pelukan yang kuberikan pada anti di saat akhir muhasabah adalah pelukan ane yang paling indah karena pelukan itulah yang merontokkan semua ketidaknyamanan ane akhir-akhir ini. Tanpa suara, kuseka airmata di pipin anti dan anti balas dengan tatapan penuh cinta dari mata jernih anti. Sekali lagi kita berpelukan, semakin lama semakin erat. Bahu kita sama-sama terguncang tapi kita tahu, ikatan hati kita semakin kuat.
Saudaraku,
Kesadaran ini baru kembali. Betapa akhuwah adalah pilar da’wah yang besar. Betapa ukhuwah adalah keutamaan. Batapa ukhuwah adalah warisan kemuliaan yang akan memuliakan siapa saja yang tergabung didalamnya. Betapa ukhuwah mampu meringankan beban kerja dan mampu menyemai makna dalam usia. Bahkan Rasulullah telah menetapkan ukhuwah sebagai salah satu manhaj da’wah.

Saudaraku…….
Sekali lagi kesadaran ini baru kembali. Antum adalah harta terbesar dalam hidup ini. Dengan senyum ikhlas antum, dengan kesabaran antum, dengan lapang dada antum, dengan semua perhatian antum, dengan jeweran-jeweran yang antum berikan saat diri ini mulai keluar dari haluan, bahkan dengan kemarahan dan sikap keras antum, semuanya adalah penguat tapak kaki dalam menempuh perjalanan da’wah yang penuh onak dan duri ini. Kini semua itu baru tersadari.

Ukhtiku sayang,
Kupinta untuk gengam tangan ini. Sertai langkah ane menapaki jalan para Rasul ini. Genggam erat dan jangan kau lepas hingga kita sampai di telaga al-kautsar bersama. Aamiiiin

Bentar lagi ramadhan. Ya Allah, semoga aku tidak menyia-nyiakan waktu indah ini lagi dan aku bisa keluar sebagai salah satu alumni teladan ramadhanMU

Monday, September 12, 2005

Bunda, I Miss You...

Di perempatan lampu merah, bus yang kutumpangi berhenti. Mataku melihat seorang ibu yang di tangan kirinya membawa dagangan buah dan tanngan kananya memberi kode pada pak supir bus agar diijinkan menjajakan dagangannya di bus ini. Sayang, supir bus tidak mengizinkannyna.
Hatiku bergetar. Subhanallah, wanita itu pastilah seseorang yang dipanggil ibu oleh seseorang. Yang dia lakukan tadi pun, pastilah salah satu cara ia mengungkapkan cinta kepada mereka yang memanggilnya ibu. Ibu itu mengingatkanku akan ibuku.
Saat ini, nun jauh di sana, beliau juga sedang melakukan hal yang sama. Menunjukkan cintanya kepada kami lewat cara yang ia bisa. Telah banyak hal yang ia lakukan untukku, sampai hati ini berlubang karena tak bisa membalas budinya.
Ibu, aku merindukanmu. Sangat…..

11 sept 05/Sya’ban 1426
Mom, I miss you…

Baitul 'Izzah, tempatku merajut cinta

Masih dalam bus yang sama yang membawaku ke salah satu tempatku men-charge semangatku, sempat mata ini menangkap nama sebuah masjid yang terletak di Jalan Jemur Andayani Surabaya. Masjid Baitul Ilmi namanya. Ingatanku terbawa pada sebuah masjid yang berawalan baitul juga. Namanya Baitul ‘Izzah, nama masjid kampusku.
Kerinduan akan bangunan bersahaja itu membuncah dengan kuat di dada. Di sana, kutemui ketenangan. Di sana, kurasakan kedamaian. Di tempat itu pula, aku bertemu dengan orang-orang yang dari mereka aku belajar banyak hal tentang hidup.
Masjid itu, tempat cinta berkumpul. Cinta kepada Allah, cinta kepada orang-orang yang mengikat hati dan hidupnya kepada Allah, cinta karena hati-hati ini berhimpun karena cintaNYA, dan cinta pula yang menyatukan kami dalam KOMUNITAS MUDA BAITUL ‘IZZAH.
Masjid baitul ‘Izzah, tempatku belajar tentang menpersiapkan hidup yang kekal. Baitul ‘Izzah, tempatku merajut cinta

11 sep 05/Sya’ban 1426
Dalam Kerinduan akan KMBI

Pelajaran dari pengamen..

Dua pemuda tangung naik di bus yang telah kunaiki lebih dulu. Yang satu membawa gitar di tangannya, yang satunya membawa biola. Gampang ditebak, mereka adalah pengamen. Benar saja, tidak berapa lama kemudian terdengar nada petikan gitar dan gesekan biola. Saya pun bersikap tidak acuh karena hal seperti ini bukan suasana asing lagi. But wait, perpaduan dua alat musik itu tidak mengiringi suara siapa pun.
Ada yang berbeda dari mereka. Gitar dan biola saja yang terdengar melantunkan lagu-lagu yang berirama sentimentil seperti boulevard dan let it be me. Mereka diam saja, hanya mengiringi para penumpang yang mungkin sedang bernyanyi dalam hati.
Aku terhibur. Bukan karena lagunya, tapi karena keunikan mereka. Mereka membawakan penampilan yang lain dari yang lain. Di saat yang lain datang dengan bermodalkan gitar dan suara ngepas, atau yang lain lagi datang dengan krincingan di tangannya yang menghasilkan nada ke kanan sementara suara penyanyinya ke kiri.
Aku tidak sedang membandingkan dua pemuda ini dengan rekan-rekan seprofesi mereka. Bagaimanapun, setiap mereka punya masalah masing-masing yang harus mereka atasi. Yang menjadi perhatianku adalah keunikan mereka, tampil beda.
That’s what we need. KMBI butuh dakwah yang kreatif. Butuh kemasan-kemasan unik agar banyak yang tertarik dan berkata “that’s my choice”.
Atas pelajaran inilah, dua pemuda ini layak mendapatkan lebihi dari yang biasanya saya berikan. Thanks ya

11 September 05
Saat ingin beruzlah….