Tuesday, February 22, 2011

(110) Galau dan Sahabat

Hujan mengguyur kota Piru tanpa belas kasihan. Langit yang mendung sedari pagi dan gerimis sejak siang, tiba tiba saja seperti menurunkan bergalon galon air. Tanpa ampun, disertai gemuruh yang sempat membuat ketakutan..

Dan saya masih sendiri di rumah perantauan. Semakin menegaskan galau atas jauhnya jarak.. Aku butuh keluarga ada disini bersamaku. Menyajikan kebingungan ke hadapan mereka lalu mencari solusi bersama.

Terkaget oleh dering hp dengan nomor tak dikenal. Begitu diangkat, ternyata suara sahabat di jalan Allah yang lama tak berkomunikasi. Berawal dari membaca status fb-ku yang bernada galau, ia menanyakan kabar dan ada apa gerangan. Speechless, seseorang di belahan bumi jawa sana memutuskan menjadi telinga untuk kebingungan dan kerisauanku.

Persahabatan di jalan Allah memang abadi dan sudah berkali kali kubuktikan. Semoga jadi salah satu obat galauku..

Monday, February 21, 2011

(109) Sepi Perantau

Rumah sepi. Akhirnya hatiku juga jadi berasa sepi. Entah mengapa satu hari ini agak mellow dan menggalau. Mungkin karena sepi ini menemani dan menegaskan bahwa aku sedang berada jauh dari orang orang yang kusayang.

Gak kuliah, gak kerja, judulnya tetap saja merantau. Capek sebenarnya tapi ini hidup yang kupilih untuk dijalani. Ini aku dikirim Allah kesini. Ingin bisa berkantor di daerah yang sama yang aku sebut rumah. Pulang kantor langsung bertemu orang tua dan bukan hanya sekedar ruangan 3 x 4 tempatku melepas penat.

Ah, semoga ini bukan keluhan. Ini tetap harus kusyukuri..

Sunday, February 20, 2011

Mengapa Begitu Sulit?

Fase naik turun lagi lagi terjadi. Terlalu banyak peluang yang saya lewatkan untuk sesuatu yang sangat diyakini. Dan kalau sekarang ternyata keyakinan itu keliru, rasanya telah berkorban banyak. Peluang lain muncul, tapi hati tak ada disana. Semacam ada yang salah. Lalu jika banyak yang punya pendapat berseberangan, akankah diikuti? Tak mungkin membahagiakan setiap orang, apalagi jika mengorbankan bahagia sendiri. Bukankah kita yang menjalani?
Bukan tak bersyukur pada apa yang datang di hidup, yang mungkin saja diharapkan orang lain. Tapi tidak bisa rasanya sekedar mengikuti proses, membiarkan arus mengatur kemana aliran hidup menuju. Tak bisa begitu saja. Alur itu harus kita sendiri yang buat. Dan yang sedang di depan mata, bukan ini alur yang ingin dijalani.

Haruskah dijalani? Sementara jiwa tak ada disitu. Mengapa harus mengikuti keinginan banyak pihak sementara hati tak sedikitpun menyetujui. Bolehkah menghadirkan kecewa pada banyak pihak? Atau terpaksa membahagiakan dan memadamkan pelita di diri sendiri?

Bukan ini yang jadi ingin. Tolong mengertilah...

(108) Lagi Bingung

well, hidup itu memang tak bisa dibiarkan mengalir begitu saja. harus ada usaha usaha atau putusan yang kita ambil secara sadar. seringkali kita dihadapkan pada kesempatan kesempatan yang tak bisa kita yakini baiknya. seberapapun hati kita tidak meyakini, namun di sekitar kita memunculkan beragam pertimbangan. pada satu titik kita jadi bertanya, apakah hati kita sedang tak bisa didengar?

peluang datang satu persatu dan kita tak pernah tau jika tak mencoba. pertanyaannya adalah, apakah semua hal perlu dicoba? apakah dunia ini isinya coba coba?
belum lagi soal apakah hati kita mau menjawab semua peluang itu.

ya, ada memang keputusan keputusan sadar yang kita ambil karena semakin menyakitkan atau malah semakin meyakinkan. pada akhirnya, its all about time. bagaimana kita fokus dengan impian dan cara cara menggapainya. bukan sekedar coba coba, bukan menghabiskan waktu pada hal yang mungkin saja tak berujung.

istikharah. tapi bagaimana kita tahu jawaban istikharah kita? belum kalau hati kita sedang tidak netral saat istikharah? its all about time and i dont wanna wasting my time. cause i never know when my time is over.

Saturday, February 19, 2011

(107) rumah lama

pasca bakudapa dengan rekans Arumbai, saya melanjutkan agenda bersama adek, ipar dan ponakan. sudah lama menjanjikan ini tapi baru sekarang bisa terlaksana. berempat kami ke ke ef ce urimessing, menikmati suasana ambon di sore hari. family gahering ini berakhir lewat dari jam 5 dan kami belum ashar. masjid yang terdekat adalah masjid al-huda di ponegoro. maka disanalah kami menuju.

dari sana, kami mau pulang lewat jalan biasa tapi tiba tiba terlintas untuk melalui jalan masa kecil dulu. daerah ponegoro ini adalah daerah tempat ngaji semasa kecil yang letaknya bertetangga dengan daerah airmatacina a.k.a amaci, daerah rumah lama sebelum pindah ke rumah sekarang 13 tahun lalu.

melewati tempat ngaji, tempat belanja cemilan cemilan waktu ke ngaji. semua sudah beda. dan sampailah kami di depan rumah lama. iseng, saya pengen tahu adakah yang tinggal disana? sudah direnovasikah? atau?

ternyata skarang yang tumbuh disana adalah ilalang. senang ada disitu untuk sementara waktu. sayang, foto yang kuambil tadi belum bisa upload skarang. kapan kapan akan ditambah gambarnya.

Friday, February 18, 2011

(106) Dan Saya Pun Pulang

Luma Sigite..Tanah Barakate

Pada akhirnya saya pun harus pulang, kembali melanjutkan hidup meski masih didera kehilangan mendalam. Meninggalkan Desa Luhu yang entah kapan bisa datang lagi. MAsih banyak keluarga besar disini, disinilah saya berasal. Namun magnet yang selalu memanggil saya pulang sudah tiada. Kakek, satu alasan terbesarku untuk selalu menyempatkan waktu ke Luhu sudah tiada. Ah, kembali merindunya. Tak ada lagi episode teras bersama, episode meja makan dan episode pata cengkeh.

Baba, Tata, Tete Haji, aku masih saja merindumu. Episode kita terlalu cepat. Aku masih ingin kau ada disini, menemaniku tumbuh, mendampingiku menikah, memperkenalkanmu dengan makhluk kecil yang akan memanggilmu tete oya, membelai rambutmu sekali lagi.

Tata, eby pulang sekarang. Tapi eby janji, eby akan datang lagi, menemuimu di tempat peristirahatanmu sekarang. Kita akan bercanda lagi, tata.

Dermaga Perikanan Desa Luhu

Rumah Tua. Di Terasnya, kenangan bersama Tete Haji membanjir

Senja di Kampung Baru

Jemur Cengkeh, salah satu episode bersama tete Haji

Batu Kapal, salah satu tempat bersejarah di Desa Luhu

sumber gambar dari sini

Thursday, February 17, 2011

(105) Tentang Kematian

Setelah perginya kakek, di rumah setiap pagi dan sore, teman-teman kakek yang dulu sering sama sama ke masjid, ke majelis-majelis, berkumpul di rumah dan mengirimkan doa bersama. Sejenak ketika saya lihat mereka, kenangan bersama tete haji kembali berputar. Saya jadi mikir gini, orang-orang tua ini pasti selalu memikirkan kematian ketika mereka mengirimkan doa ke teman mereka. Mereka lebih dekat dengan Allah, lebih mempersiapkan kematian.

Dan kita? masih berasa muda-kah untuk tidak mempersiapkan diri? Padahal kematian datang tidak mengenal usia.

sumber gambar dari sini

Wednesday, February 16, 2011

(104) Baba, Eby Rindu...

Diguyur hujan sore ini, tanah Desa Luhu basah, sebasah hatiku. Kosong sudah, ada satu ruang di hatiku yang tiba-tiba merindu sosok terkasih. Kejadiannya begitu cepat. Kemarin siang, sekitar pukul 12 lebih 15 menit, mendapat kabar kalo Kakek tercinta di Luhu terjatuh di depan pagar rumah karena merasa pusing. Setelah ditensi, darah Tete Haji (begitu ia biasa kami panggil) tinggi sekali, 220/190. Dan itu bikin beliau tidak bisa bicara. Kabar itu membuat kami sekeluarga memutuskan besok (hari ini, red) pulang menjenguk beliau. Begitupun dengan keluarga yang di Sorong dan Masohi. Baru 10 menit dari berita jatuh itu, baru 10 menit, ada sms masuk yang benar-benar menggetarkan jiwa. sms itu berbunyi singkat namun mempu meruntuhkan benteng airmataku.

"Ass.cha,baba meninggal."

Itu saja, sesingkat itu namun mampu bikin saya teriak-teriak dalam rumah tak percaya dan mengabari keluarga yang lain. Saat itu juga, kami bersiap menuju desa Luhu.
Dan sore tadi, setelah keluarga dari Sorong dan Masohi datang, beliau pun dimakamkan. Ketika melihat beliau dan mencium keningnya untuk yang terakhir, rasanya tak percaya beliau sudah pergi. Baru 2 bulan lalu menemui beliau disini, sehat, bercanda di teras rumah seperti biasa, dan kedatangan kali ini tak lagi menyisakan senyum untukku. Mengantar beliau ke tempat peristirahatan seperti sedang membawa beban berton ton beratnya di kaki. Kakekku telah tiada, dan itu baru benar-benar kusadari saat aku melihat tanah terakhir yang ditutup di atas kuburnya.


Semua episode bersamanya terputar kembali. Setiap kami datang, beliau selalu menyambut kami dan duduk bercanda di teras. Setiap ada tugas dinas di luhu, atau memang ada waktu, selalu kusempatkan menyapanya di rumah tua dan menemaninya mengobrol sejenak. Tak pernah lama memang, tapi beliau tak pernah marah. Dikunjungi oleh cucunya adalah sebuah kebahagiaan di sela hari tua beliau. Satu episode pernah kurangkai bersama beliau di sini dan membacanya kembali sukses menggugurkan airmataku lagi dan lagi. Beliau dengan cinta ke pohon duren untuk mengambil durian ketika saya mengunjungi beliau di Luhu tahun 2007 lalu. Padahal saat itu lagi musim durian, bisa saja beliau beli dan kasi saya makan sepuasnya, Tapi tidak, setelah subuh, tanpa alas kaki beliau ke hutan yang entah berapa belas kilo itu. Pejalanan hanya untuk memberiku durian hasil petikannya sendiri. Hanya satu saat itu, hanya satu, tapi itulah durian ternikmat yang pernah saya rasa.


Tete, eby rindu sekali duduk lagi di teras rumah bersama tete, cerita hingga tak kenal waktu. Eby rindu sekali saat-saat makan bersama tete di meja makan panjang kita. Kalau saya atau cucu-cucunya yang lain datang ke Luhu, beliau hanya mau makan jika kami ikut makan bersamanya di meja makan.
Aku merindunya. Aku sangat merindunya.

Tuesday, February 15, 2011

(103) Precious



Baru saja menonton film "Precious" di HBO. Film yang dibintangi oleh Gabourey Sidibe, Mo'Nique, Paula Patton, Lenny Kravitz, Mariah Carey, Sherri Shepherd.
Dikisahkan bahwa Claireece 'Precious' Jones yang diperankan oleh Gabourey Sidibe adalah seorang gadis yang tak diharapkan kelahirannya. Dalam usia 16 tahu, ia telah memiliki 1 anak dan sedang mengandung anak kedua. Kedua anak tersebut dia kandung setelah diperkosa oleh ayah kandungnya sendiri. Itu pula yang membuat setiap hari dia mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan dari ibunya.
Gadis berkulit hitam dan berbadan besar ini menjalani masa masa suram hidupnya, dengan menerima tekanan dari rumah maupun di sekolah. Tak ada seorang pun yang mau berteman dengannya. Suatu saat, Precious terancam dikeluarkan dari sekolah kecuali ia mau mengikuti program khusus satu guru untuk satu siswa. Di bawah bimbingan Ms Rain (Paula Patton, Precious berhasil melewati masa-masa kelamnya.

Saya ingin fokus pada lingkungan sekitar. Procious sebenarnya punya tekad yang kuat untuk maju tapi lingkungan di sekitarnya yang selalu menghujani dia dengan kata-kata negatif. Rendah diri kadang muncul dari situ. Lingkungan adalah salah satu faktor seseorang bisa berubah atau tidak. Meski semua kontrol ada pada diri sendiri, tetap saja kita harus mencari lingkungan yang "sehat" sebagai tempat kita berkembang. Untuk itulah, saya selalu memprotect keponakanku, Naya, untuk tak mendengar kalimat negatif dari lingkungan sekitar. Kalimat-kalimat yang bernada menjatuhkan. Karena dia harus tumbuuh di lingkungan yang positif, lingkungan yang mendukung di auntuk tumbuh kembang menjadi generasi yang berkualitas.

Mari kita biasakan kalimat-kalimat positif terhadap siapapun, ciptakan lingkungan yang sehat dimanapun kita berada.

gambar dari sini

Monday, February 14, 2011

(102) Saya dan Lipstik



Tiba tiba teringat betapa tidak "wanita"nya diriku ini. Sebelum ke bakudapa blogger maluku kemaren, saya main ke rumahnya tante yang letaknya tidak jauh dari lokasi. Waktu mau pergi, saya sempat mengoleskan lipstik di bibir yang warnanya sangat muda, seperti warna bibir jadi tidak terlalu terlihat. Saat itulah, saya diprotes oleh dua adiknya Ibu. Katanya, saya sudah besar, sudah gak zaman pakai lipstik warna bibir, harus pake yang berwarna, yang memang kelihatan warnanya. Awalnya saya menolak, namun karena terus dipaksa dan bahkan tante mengambil lipstiknya sendiri dan berwarna, saya lantas didandaninya, maksudnya cuma dipakaikan lipstik berwarnanya itu.

Tapi kok setelah itu bibir rasanya tebal dan berat. Sangat tidak nyaman. Mau menghilangkan tapi telinga saya sudah dipenuhi ceramah mengenai bagaimana wanita dewasa harus tampil. Hadeeeh... ribet jaya. Maka pergilah saya dengan bibir yang berwarna.

Tapi dalam perjalanan, rasa-rasanya kok semakin tidak karuan. Pede saya langsung jeblok hingga titik minus. Ditambah lagi dengan bayangan akan digoda oleh anak anak Arumbai yang tak pernah melihatku seperti itu. Tidak, saya tidak memilih resiko diketawai Arumbai. Dan dengan tissue yang ada, lipstik itu pun saya hapus. Entah kalau tante-tante tau, kena ceramah jilid dua deh.

Lalu sepulang itu saya mikir, kenapa saya masih saja tidak bisa memakai lipstik dengan baik dan benar, secara teknik maupun secara perasaan. Kok saya masih saja tidak nyaman. Bukankah saya wanita? Saya liat wanita-wanita lain kok ya baik-baik saja, pede pede, cantik pula.

Eby.. eby... dandan gak bisa, masak gak bisa. trus bisanya apa hai wanita?

gambar dari sini

Sunday, February 13, 2011

(101) Hati-Hati


Buat semua yang berkendaraan, mohon berhati-hati. Karena ketidakhati-hatian anda bisa menyebabkan musibah bukan cuma buat anda, tapi juga orang lain.
Ini yang bisa saya bilang untuk semua yang menggunakan jalan umum. Setelah dua orang adik saya yang ditabrak motor yang melaju dengan kecepatan tinggi saat mereka menyebrang. Memang anda bertanggungjawab dengan mengantar ke rumah sakit, juga untuk menyelesaikan semua administrasinya. Namun, bagaimanapun itu tidak membayar waktu mereka yang terbuang tak bisa beraktivitas seperti biasa, tak bisa menggantikan air mata serta keresahan seorang wanita, seorang ibu, yang mendengar kabar anak-anaknya kecelakaaan di rantau. Tak bisa pula menggantikan risau serta debar kencang seorang ayah yang mengkhawatirkan dua buah hatinya.

Berhati-hatilah kawan.

sumber gambar : vienacmblnewh.blogspot.com

Saturday, February 12, 2011

(100) Anak Muda



Jadi begini ceritanya..

Dalam perjalanan menuju Ambon, di angkot jurusan Kebun Cengkeh, saya seangkot dengan 3 siswa SMA. Mungkin kelas 2 atau 3. 1 cowok dan 2 cewek.Awalnya percakapan biasa yang samar-samar terdengar. Sampai tiba-tiba :

Cewek 1 : woe, ose pung laki mo ambel informatika ka?
Cewek 2 : Iyo, dia ada bilang ni
Cewek 1 : Kata dia mo pu di Malang ka?
Cewek 2 : Awalnya begitu, tapi gara gara beta, dia seng jadi pigi

terjemahannya begini,

Cewek 1 : eh, suamimu mau ambil unformatika ya?
Cewek 2 : Iya, dia bilang begitu
Cewek 1 : Katanya dia mau pergi ke malang ya?
Cewek 2 : Awalnya begitu, tapi karena saya, dia tidak jadi pergi

Perhatikan yang saya cetak tebal. Anak SMA sudah ngomong suami suami begitu untuk pacar? Trus sudah pakai berkorban gitu ya sampe gak jadi merantau. So sweet amat. Tapi SMA?

Saya dulu SMA gak gitu gitu juga deh. Ya sekedar naksir naksir sih ada-lah ya. Tepe-tepe gitu juga kadang-kadang. Tapi itu masih pake malu malu. Malu kalau orang tahu. Takut kalau orang tua tahu. Padahal cuma naksir-naksiran saja, gak sampai deklarasi. Apalagi sampai cerita di tempat tempat umum gitu? uuhh..malu semalu-malunya.

Harus begitu ya sekarang? Pamer, bangga sudah ada gandengan, dan deklarasi gitu?
Tau deh.

sumber gambar : kiens.wordpress.com

Friday, February 11, 2011

(99) Cerita Damai -1-

Hari ini judulnya bersih bersih kantor. Kantor damai yang saya tempati sejak 2008 awal. Hanya ada kami bertiga, saya, Jerri dan Saul. Dan membongkar semua file seperti mengingatkan sederet kenangan bersama mereka yang pernah mengabdi disini. Juga terlintas suka duka selama ada disini. Tak terasa air mata tumpah saat melihat foto-foto. Betapa begitu banyak cerita yang pernah kami rangkai bersama demi sebuah kata damai lewat pembangunan.

Dan disini, ketika saya lihat lagi setiap sudut yang menyimpan cerita kita, saya tahu, kalian disana sedang merajut damai dan menyulam harapan akan terus berkibarnya bendera damai melalui pembangunan.

Salam Damai sodara. Kita bisa pisah, namun tekad kita tak pernah mati.

Thursday, February 10, 2011

(98) my soulmate

ah, tiba tiba saja saya teringat seorang teman semasa kuliah dulu. sahabat terdekat yang membersamaiku selama di daratan jawa sana. apalagi di jurusan teknik yang didominasi laki laki, kami berdua jadi tidak terpisah.

wanita luar biasa sabar ini tak pernah meninggalkanku dalam keadaan apapun. menangis untukku dalam suka maupun duka. padahal, dirinya sendiri pun tak kalah pelik masalah.

sudah setengah tahun ini kehilangan kontak dengannya. saya merindunya dan hanya bisa menatap foto bersamanya, satu satunya foto di photo box sebuah mall surabaya. foto yang sama yang tak pernah keluar dari dompet saya.

soulmate, begitulah dia untukku. apapun kabarmu disana, aku disini mengirim bait doa untuk bahagiamu. semoga kelak kita kembali bertemu, agar kunikmati lagi teduhnya wajahmu.

love you, sri....

Wednesday, February 09, 2011

(97) modul sistem peringatan dini

hari ini kembali digelar sosialisasi modul sistem peringatan dini berbasis komunitas. kegiatan lanjutan kerjasama PTD (Peace Through Development) kab Seram Bagian Barat dengan Institut Tifa Damai Maluku menghadirkan beragam unsur komunitas. Mulai dari kepolisian, koramil, tokoh agama, tokoh masyarakat, raja raja, pemuda, komunitas adat, eksekutif, legislatif dan LSM.

acara berjalan dengan lancar dan atraktif. semua pihak telah mengenal dan sukacita dengan kehadiran modul. namun ada yang masih mengganjal di hati saya. peer masih banyak. bagaimana lebih banyak lagi komunitas yang tahu tentang sistem peringatan dini ini. bagaimana menyebarkan semangat perdamaian di hati semua orang. membentuk sel sel damai di setiap lini juga menjadi agenda penting.

apalagi jelang pilkada 3 bulan lagi, suhu politik yang memanas mungkin saja menular pada suhu interaksi masyarakat. banyak yang perlu disiapkan untuk ketahanan masyarakat agar damai terus. atau paling tidak, bisa mendeteksi gejala konflik sedari dini.

besar harapan saya, banyak pihak bisa tersadarkan dan mulai menanam saham perdamaian, tanpa kekerasan.

Tuesday, February 08, 2011

(96) bunda

pada dinding cemara
kutautkan satu rasa
untuk seorang bunda
yang penuh cinta

bu,
saat ini bersamamu
namun aku merindumu
senyum lembutmu

bunda,
banyak cinta terlayang dalam doa
hinggap pada keinginanmu bahagia
aku,anakmu, mencintaimu selamanya

Monday, February 07, 2011

(95) Ambon di Balik Mendung


Mendung terus menggantung di langit Kota Ambon. Dari pagi hingga jelang maghrib ini tak ada matahari yang menyapa. Jalanan kota Ambon pun begitu teduh, tenang tak ada riuh. Saya menyusuri kota Ambon sehari ini, dan kota kecil ini makin membuatku cinta. Mungkin di suatu ketika, akan muncul mall mall besar, jembatan jembatan yang mematahkan nafkah para pengemudi perahu, atau taman bermain sekelas dufan atau yang ada di kota kota besar sana, mengalihkan perhatian anak-anak dari enggo basambuyi dan kulibia. Atau kubah masjid Alfatah yang akan diganti dengan yang lebih indah.

Mungkin itulah tuntutan zaman. Tak bisa mengelak dengan pembangunan. Kalau mau enak, bikin saja satu kawasan semacam Kota Tua dio Betawi dimana tak ada perubahan apapun. Tapi ini hanya ucapan seorang Ebhy yang belum dipikir matang. Intinya, apapun perubahan Kota ini nantinya, dengan menikmati Kota satu hari ini, bisa membuat saya punya kenangan akan jalan mungilnya, akan bangunan tua Masjid Alfatah, akan perahu Galala-Rumatiga. Semuanya tentang kota ini, mungkin saja kelak akan jadi kenangan indah.

Apapun perubahan fisik yang bakal terjadi, semoga perdamaian, ketenangan, keramahan, selalul tersedia, tidak ikut berubah, tidak ikut tergerus zaman.

ps : gambar diambil dari bumi-nusantara.blogspot.com

Sunday, February 06, 2011

(94) Judul-judulan



Di mentari ada kita gantungkan harap
Pada senja ada kita gantung ingin
Dan pada rotasi bumi, atas nama penguasaNya, kita lambungkan doa.

Sedari tadi ada yang berbisik.
Merpati di ujung cemara pun ikut melirik
Pada dia yang jauh menelisik
ke dalam hati untuk menggelitik

Dan senyummu perkasa, memberikanku satu lagi makna
kelak di hatimu aku bersandar
Pada doamu, kutitipkan hidup
Dan di doaku, hidupmu berada.

Saturday, February 05, 2011

(93) Kopdar Blogger Maluku



Yeyay... Kopdar lagi.. lagi-lagi kopdar. Ketemu lagi sama basudara blogger maluku. Kali ini Kafe The Street, terletak di Jalan A.Y. Patty, depan Swalayan Planet. Kafe ini sudah setahun berdiri tapi baru kali ini masuk situ. Awalnya sih dapat bisik bisik tetangga kalo disitu cuma menu ikan, sedikit porsinya. Makanya saya gak pernah kesitu, malas saja sudah kesitu tapi porsinya sedikit. eh tapi, ternyata tidak saudara-saudara. Mungkin karena tetangga yang bisiki saya itu gendut kali ya, yang porsi makannya memang tidak normal. hehehehe....

Yang hadir kali ini, saya, mas mamung, om dharma, harry, nia, sem, wiwied dan ichal.


hmmm...sebenarnya saya mau cerita apa ya?
oiya, ada beberapa hal nih.

1. Komunitas Blogger Maluku mau ganti nama. Ada ide?
2. 2 bulan lagi blogger maluku ultah, ada ide untuk bersihkan pulau pombo. Pulau indah yang sudah tidak indah lagi karena sampah orang orang yang ngakunya kesitu menikmati indahnya
3. Bulan maret kita tetap harus bikin workshop internet sehat lho ya. Ayuk, ngobrol serius lagi tentang ini


Itu dulu untuk sekarang. Sampai jumpa di kopdar berikutnya.

foto diambil dari harry cenat cenut

Friday, February 04, 2011

(92) Pemuda dan Kerja Keras


Di teras rumah ketika bercengkerama dengan Papa, adekku eyha dan ponakanku Naya tercinta, lewatlah seorang anak muda yang menawarkan jasa Sol Sepatunya.
karena sepatu sandal saya ada lepas pengaitnya, pemuda itu kami panggil untuk membetulkan, Ketika dia lagi asyik dengan peralatan perangnya, saya perhatikan dan cermati pemuda ini. Dari penampilan, dari suara, dari wajahnya, terlihat sekali dia masih muda dan dia orang Jawa Barat.

Semuda itu, dia merantau demi sesuap nasi. Dari Jawa Barat ke Ambon, untuk Sol Sepatu. Bayangkan berapa km dia jalani setiap harinya? Adakah setiap hari dia temui mereka yang mau memakai jasanya? Berapa penghasilannya sebulan? Cukupkah untuk sehari-harinya? Masih tersisakah untuk mengirim ke sanak saudara disana? Kalo dia lelah, kehujanan atau kepanasan, adakah tempat ia berteduh? Bayangkan jika tak ada satupun yang memakain jasanya di satu hari, bisakah dia dapat uang hanya untuk sekedar pulang dengan naik angkot, tidak dengan berjalan kaki lagi?
Ini kebetulan anak muda, bagaimana seandainya tukang sol sepatu itu bapak-bapak atau malah kakek kakek? Duh, mana keluarganya yang lain? Tak kuasa aku melanjutkan bayangan bayangan ini.

Banyak anak muda yang saya temui juga seperti itu, Bahkan jauh lebih muda. Cobalah datang dan nginap semalam di rumahku. Pagi hari kala kau terjaga, ada banyak suara yang akan kau dengar. Suara bocah-bocah yang berjalan menjajakan donat atau roti gula atau pisang goreng. Usia mereka? masih sekolah. Setiap melihat mereka, teringat ketika saya di usia yang sama, sedang bermain main dengan tetangga, sedang menikmati coklat setiap papa pulang kerja, atau makan makanan ibunda dengan lahap tanpa bersusah payah.

Sore ini, saya kembali disadarkan akan kesyukuran mendalam. Bahwa ketika keluhan keluar dari diri, maka lihatlah, masih banyak yang lebih berhak untuk mengeluh.
Buat semua anak muda yang sedang menjalani hidupnya dengan keras, tetap sabar. Rezeki yang halal memang perlu digapai dengan keras di zaman seperti ini. tetaplah menjadi jujur dan berdiri di kaki sendiri, meski lara kadang menyapa.

nb : gambar hasil googling didpat di damay-anti.blog.friendster.com

Thursday, February 03, 2011

(91) Ranah 3 Warna



Hari ini, buku Ranah 3 Warna tulisan Bang Fuadi, tuntas saya baca.
Saya tak pandai bikin resensi, saya juga tak pandai mengulas. Yang saya tahu, saya tercerahkan. Bahwa keinginan dan semangat yang kuat kadang tak cukup. Perlu ada sabar sebagai pelumasnya. Sabar sebagai kekuatan untuk tetap bertahan. Sabar untuk hal-hal yang tak terduga.

Buku ini juga membuka kembali kecintaan dan kebanggaan sebagai Orang Indonesia. Meski di tengah beragam kejadian yang menyedihkan di negeri ini, saya tetap akan bangga ada disini. Ranah 3 Warna juga mengajarkan sebuah kerja keras, tidak menyerah dan berusaha lebih keras dari biasanya, dari orang lain. Spirit yang sama ketika membaca 5 cm-nya Donny Dirghantoro.

Terimakasih tanpa batas kepada Bang Fuadi yang telah mengalirkan semangat kebaikan, dan energi kesabaran kepada banyak jiwa di Indonesia yang mulai lelah mengejar kehidupan dunia, mempersiapkan kehidupan akhirat.

Wednesday, February 02, 2011

(90) Masih di Losari


Agenda utama di Kota daeng sudah selesai. Saya punya kesempatan jalan-jalan dengan dua adekku tersayang. Pagi pagi sekali ke kost mereka dan mulailah perjalanan. Mulai dari menikmati kembali Lumpia Sulawesi di Jalan Lasinrang hingga berakhir di Pantai Losari mencari pisang epe rasa durian favorit saya. Di Pantai Losari ini, mata kami dihibur dengan senja yang mulai menyapa dan beragam aktivitas muda mudi Makassar. Pas asik duduk-duduk, ada seorang muda datang menghampiri dengan gitarnya dan mulai menghibur kami, menyanyikan lagu yang isinya mengenalkan Kota Makassar.

Setelah menikmati dan memberi sekedarnya, kami jalan-jalan dan setiap melewati pengamen yang sedang beraksi dengan gitarnya menghibur pengunjung, telinga saya menangkap bahwa ada satu lagi yang selalu mereka nyanyikan. Setiap pengamen menyanyikan lagu yang sama. Saya gak hapal liriknya tapi kira kira begini potongannya :

Makassar... kota Anging Mamiri
..............................
..............................

duh, lupa lupa. intinya tentang Makassar gitu deh, plus losarinya. Kenapa ya? Bagus memang, menarik tapi saya cuma ingin tahu kenapa semua pengamen menyanyikan lagu itu dulu? Kesepakatan bersamakah? atau ada peraturan yang mengaturkah? atau apa?

Ada yang tahu?

Tuesday, February 01, 2011

(89) Kopdar bersama Anging Mamiri

Dear bloggerwan dan bloggerwati,

surat ini saya tulis sepulang saya bertemu dengan rekan-rekan blogger dari kota Daeng, Makassar. Sebelum keberangkatan saya ke Kota Daeng, saya sudah mengabarkan lewat blognya Daeng Ipul. Sok penting banget ya saya. Tapi begitulah, kalau ada kesempatan bertemu dengan rekan blogger, kenapa tidak?

Nah, setelah dapat sms kalo kopdarnya itu di IGO Cafe, bertanyalah saya kesana kemari, bagaimana supaya bisa kesana. Ketemuannya jam 7 malam dan baru di jam 7 itulah saya keluar asrama. jam Indonesia, ngareeeeet terus. Sampai di depan IGO, saya masih tebingung bingung, ini anak anak AM mana ya? Ada seorang bapak (atau anak muda? gelap, gak kelihatan) di parkiran yang tiba tiba bilang sama saya "cari anak anak anging mamiri? di atas".

wups, ternyata ini basecamp sampai bapak-bapak itu tau. Mungkin di-sms sama Nanie, turunlah Daeng Ipul menjemput kami. Sampai di atas, sudah berkumpul anak anak AM yang lain. Ada Unga, Tika, Anbhar, Daeng Takdir, Siapa lagi ya? lupa, banyak soalnya. Ada adek kelas juga ternyata. Banyaklah yang diomongkan. Meski yang lebih banyak omong memang tuan rumahnya. Saya sih ketawa ketiwi saja. Apalagi kalo sudah keluar dialek-dialek makasaar dari mereka, pikiranku melayang ke teman-teman jaman STM dulu, biasanya bercanda kayak gini sama mereka dulu.

Dan, entah mengapa, tiba-tiba saja saya teringat dengan komunitas blogger maluku saya. Teringat dengan Om Embong sekeluarga, Almas, Mas Mamung, Om Dharma, Iki, Ello, Lina, Hari dan Nia Cenat Cenut, teringat kisah kisah kopdar kita. Mulai dari Seroja, Sibu-Sibu (non formal), Joas (non formal), baguala beach, kafe pasir putih, KFC urimessing hingga di kantor Om Embong yang dulu, dan yang terakhir di Hilyah. Ditambah lagi pernah bekpeker akhir tahun bersama mereka. Aih, saya kangen mereka semua.

Dan, sepulang dari Makassar ini, kopdaran lagi yuk.