Jarum jam menunjuk pukul tiga lebih lima belas sore. Pengen tetap di kantor, tapi kerjaan udah kelar (masih ada sih, cuma sudah gak produktif). Pengen pulang, tapi lagi ujan lebat di luar sana. Maka disinilah saya, terjebak dalam tembok berukuran 3x4 meter sambil melihat ujan, wallpaper monitor dan jam dinding bergantian. Wallpaper ruang utama masjid kampus itu selalu saja membuatku adem setiap melihatnya. Seperti bongkahan kenangan manis di masjid itu berenang di kepalaku, keluar dari ruang memori menuju sunggingan senyum. 5 hari yang lalu, paket yang dikirim sahabat-sahabat surgaku, UKMBI, sampai juga kuterima.
Total isinya tuh : baju kaos, note book, pamflet dan undangan FSDa, Pembatas bukunya UKMBI, CD Dokuementasi FSDa, Gantungan Kunci, Brosur Q-blat dan brosur Sambut Maba, Stiker dan hiasan pintu/id ruangan bertuliskan "Serambi KMBI"
Dokumentasi yang ikut mereka kirimkan sudah saya putar. Subhanallah, semoga perjuangan mereka disana mendapat catatan indah. Semoga suatu saat, entah kapan, entah bagaimana, Islam yang mulia bisa terefleksi dengan gagahnya di kampus.
Sudah hampir setengah empat, Bumi Piru masih saja dibasahi oleh rahmat. Dari winamp, terlantun nasyid Brothers ”Lagu Untuk Ibu”. Lagu yang selalu saja mengingatkanku akan wnita tercantik dalam hidupku. Besok, insyaAllah, aku akan melakukan perjalanan menemuimu, ibu. Besok, ibu, dengan izin Allah, kita akan bertemu di rumah cinta kita. Tunggu aku ya, bu. Miss you
nb : mudah2an besok gak ujan, jadi perjalanan piru-ambon bisa lancar. Harga-harga naik ya? ongkos pulang pergi bengkak dong....
nb lagi : Ditulis kemarin, diposting setelah sampe di ambon yang disambut dengan menu makan malam sayur favorit plus hujan lebat.
Saturday, May 31, 2008
Thursday, May 22, 2008
Sekali Lagi tentang Ibu
16-05-08, 12:16 pm
"Ca Ebhy mengapa seng bel atau sms ibu sedikit ka? ibu rindu, ibu dan ade berlawanan jam sekolah. sering-sering sms ibu ee, salam rindu ibu dan ade dari ambon"
Begitu isi pesan yang ibunda tercinta kirim tepat siang hari saat pekerjaan begitu melenakan. Ada yang mengalir di sudut hati, betapa hati bidadariku sedang sedih karena tak ada berita dariku. Belakangan ini, saya memang sedang sibuk-sibuknya berlari mengikuti ritme pekerjaan di kantor baru ini. Dan yang tersisa saat pulang hanyalah istirahat hingga terlupa berkirim berita.
sms itu kubalas dengan penuh penyesalan dan keinginan akan menelpon ibu setiap hari. :Ibu cinta, maaf e. Iya nanti eby sering sms ibu. mmmuuuaaah.
Hanya begitu saja. Dan sms itupun terlupa begitu saja. Hingga kemarin sore, 5 hari setelah sms pertama itu beliau berkirim kabar dengan begitu singkat "Ca ebhy, ada bikin apa. sms ibu ka"
Deg, betapa berdosanya diriku yang tak jua bisa membahagiakannya meski hanya sekedar sms. Maka tak menunggu lama, setelah maghrib, aku menelpon wanita mulia itu, mendengar suaranya, meraba kerinduannya dan mencumbu kasihnya.
Kawan, ada kalanya kita lupa bahwa ibu kita yang jauh di sana menanti kita. Bukan fisik, hanya suara atau bahkan menyapa lewat sms. se-simple itu tapi terkadang kita lupakan. Sering-seringlah mengabarinya. Ini bukan nasehat murni untuk kalian, ini sebenarnya untuk saya. Ini sekedar mengajak, mari kembali dapatkan kekuatan dan spirit dari suara indahnya.
Ibu, putrimu ini sudah memenuhi hatinya dengan namamu. Hanya saja mungkin tak bisa ia ekspresikan dengan indah. Aku mencintaimu ibu, hingga hati ini berkarat dan berlubang tak sanggup menahan cintaku padamu.
"Ca Ebhy mengapa seng bel atau sms ibu sedikit ka? ibu rindu, ibu dan ade berlawanan jam sekolah. sering-sering sms ibu ee, salam rindu ibu dan ade dari ambon"
Begitu isi pesan yang ibunda tercinta kirim tepat siang hari saat pekerjaan begitu melenakan. Ada yang mengalir di sudut hati, betapa hati bidadariku sedang sedih karena tak ada berita dariku. Belakangan ini, saya memang sedang sibuk-sibuknya berlari mengikuti ritme pekerjaan di kantor baru ini. Dan yang tersisa saat pulang hanyalah istirahat hingga terlupa berkirim berita.
sms itu kubalas dengan penuh penyesalan dan keinginan akan menelpon ibu setiap hari. :Ibu cinta, maaf e. Iya nanti eby sering sms ibu. mmmuuuaaah.
Hanya begitu saja. Dan sms itupun terlupa begitu saja. Hingga kemarin sore, 5 hari setelah sms pertama itu beliau berkirim kabar dengan begitu singkat "Ca ebhy, ada bikin apa. sms ibu ka"
Deg, betapa berdosanya diriku yang tak jua bisa membahagiakannya meski hanya sekedar sms. Maka tak menunggu lama, setelah maghrib, aku menelpon wanita mulia itu, mendengar suaranya, meraba kerinduannya dan mencumbu kasihnya.
Kawan, ada kalanya kita lupa bahwa ibu kita yang jauh di sana menanti kita. Bukan fisik, hanya suara atau bahkan menyapa lewat sms. se-simple itu tapi terkadang kita lupakan. Sering-seringlah mengabarinya. Ini bukan nasehat murni untuk kalian, ini sebenarnya untuk saya. Ini sekedar mengajak, mari kembali dapatkan kekuatan dan spirit dari suara indahnya.
Ibu, putrimu ini sudah memenuhi hatinya dengan namamu. Hanya saja mungkin tak bisa ia ekspresikan dengan indah. Aku mencintaimu ibu, hingga hati ini berkarat dan berlubang tak sanggup menahan cintaku padamu.
Tuesday, May 20, 2008
Menjenguk Kematian
Sms masuk pas jam 12 malam. Jam segitu biasanya saya malah beraktivitas setelah bangun dari tidur awal waktu. Bunyi sms sempat membuat jengkel dan bergumam "siapa sih tengah malam begini sms, kurang kerjaan". Tapi tak urung, kaki ini melangkah juga mengambil handphone dan ...... Shock, kaget, tak percaya.
"maaf, ganggu. cuma mau kasih tau, baeng yang eby titip novel ayat2 cinta itu baru saja meninggal.
Pemuda itu bernama baeng. Entah siapa nama aslinya, tapi sebulan lalu pertama kali dia bertamu ke rumah untuk suatu urusan, kami mengenalnya dengan nama Baeng. Tak banyak bicara. Pertemuan kedua, masih ketika dia ke rumah menyelesaikan keperluannya itu, kebetulan di rumah saudara2 lagi ngumpul bikin pagar. Maka ikutlah dia maku-maku kayu buat pagar. Masih tanpa bicara. Pertemuan ketiga, adalah ketika di SBB lagi penerimaan guru kontrak. Dia datang lagi ke Piru untuk ikut testnya. Pemuda Baeng tidak tinggal di rumah, dia hanya datang maen karena di rumah, banyak yang tinggal sementara untuk ikut test juga.
Masih tidak banyak bicara, sewaktu pulang, kutitipkan novel ayat-ayat cinta yang mo dipinjam saudara. Kebetulan pemuda Baeng tinggal di tempat Saudara itu. Besoknya dia datang lagi silaturrahim kumpul2 dengan saudara-saudara dan dia sempat mengabari bahwa novel titipan itu sudah sampai sesuai amanah.
Dan berita kepulangannya itu terus terang bikin tubuh saya bergetar sedemikian hebatnya. Dia, pemuda Baeng itu, masih sangat muda. Usianya bahkan di bawah saya. Dalam kesederhanaan pribadi dan mudanya usia, ia telah dijenguk kematian. Lalu saya, apa masih bisa tersenyum dan merasa waktuku masih lama?
Dua hari kemudian, ibunda tercintaku datang ke Piru. Sore ketika baru pulang dari koordinasi kegiatan di Waesala dan Allang Asaude, kedatangan ibu seperti oase bagi kelelahan fisik dan pikiran. Kami kemudian ziarah ke makamnya kakek dari pihak Ibu.
Mengunjungi tempat itu sungguh sebuah perjalanan ruhani yang menyadarkan. Bahwa hari ini kau menjenguk, mungkin besok kau yang dijenguk. Sering, setiap kali aku ke makam kakek, hatiku bertanya, jika waktuku sampai, akankah cucu-cucuku datang membersihkan tempat kecilku? Akankah ada doa yang mereka sampaikan padaku?
Di sebelah makam kakek, ada makam saudara yang kata ibu, meninggalnya bersamaan dengan kakek. Makam itu ukurannya begitu kecil. Kata ibu juga, memang meninggalnya masih sangat kecil. Tak sempat ia berbuat dosa. Ah, sebesar ini, berapa banyak dosa yang harus kutanggung hukumannya nanti?
Waktuku tak lagi banyak. Kematian bisa menjenguk dan membawaku kapan saja.
Ya Allah, jadikan akhirku indah.
Nb : Postingan lama, baru diupload sekarang
"maaf, ganggu. cuma mau kasih tau, baeng yang eby titip novel ayat2 cinta itu baru saja meninggal.
Pemuda itu bernama baeng. Entah siapa nama aslinya, tapi sebulan lalu pertama kali dia bertamu ke rumah untuk suatu urusan, kami mengenalnya dengan nama Baeng. Tak banyak bicara. Pertemuan kedua, masih ketika dia ke rumah menyelesaikan keperluannya itu, kebetulan di rumah saudara2 lagi ngumpul bikin pagar. Maka ikutlah dia maku-maku kayu buat pagar. Masih tanpa bicara. Pertemuan ketiga, adalah ketika di SBB lagi penerimaan guru kontrak. Dia datang lagi ke Piru untuk ikut testnya. Pemuda Baeng tidak tinggal di rumah, dia hanya datang maen karena di rumah, banyak yang tinggal sementara untuk ikut test juga.
Masih tidak banyak bicara, sewaktu pulang, kutitipkan novel ayat-ayat cinta yang mo dipinjam saudara. Kebetulan pemuda Baeng tinggal di tempat Saudara itu. Besoknya dia datang lagi silaturrahim kumpul2 dengan saudara-saudara dan dia sempat mengabari bahwa novel titipan itu sudah sampai sesuai amanah.
Dan berita kepulangannya itu terus terang bikin tubuh saya bergetar sedemikian hebatnya. Dia, pemuda Baeng itu, masih sangat muda. Usianya bahkan di bawah saya. Dalam kesederhanaan pribadi dan mudanya usia, ia telah dijenguk kematian. Lalu saya, apa masih bisa tersenyum dan merasa waktuku masih lama?
Dua hari kemudian, ibunda tercintaku datang ke Piru. Sore ketika baru pulang dari koordinasi kegiatan di Waesala dan Allang Asaude, kedatangan ibu seperti oase bagi kelelahan fisik dan pikiran. Kami kemudian ziarah ke makamnya kakek dari pihak Ibu.
Mengunjungi tempat itu sungguh sebuah perjalanan ruhani yang menyadarkan. Bahwa hari ini kau menjenguk, mungkin besok kau yang dijenguk. Sering, setiap kali aku ke makam kakek, hatiku bertanya, jika waktuku sampai, akankah cucu-cucuku datang membersihkan tempat kecilku? Akankah ada doa yang mereka sampaikan padaku?
Di sebelah makam kakek, ada makam saudara yang kata ibu, meninggalnya bersamaan dengan kakek. Makam itu ukurannya begitu kecil. Kata ibu juga, memang meninggalnya masih sangat kecil. Tak sempat ia berbuat dosa. Ah, sebesar ini, berapa banyak dosa yang harus kutanggung hukumannya nanti?
Waktuku tak lagi banyak. Kematian bisa menjenguk dan membawaku kapan saja.
Ya Allah, jadikan akhirku indah.
Nb : Postingan lama, baru diupload sekarang
Subscribe to:
Posts (Atom)