Waktu rasanya berjalan begitu cepat. Seolah ada yang menarik paksa tanganku dan berkata "ayo pulang,jangan melawan". Padahal kaki masih ingin kujejakkan lebih lama. Padahal masih banyak bahasa yang belum tersampaikan.
Lamunan menyampaikanku pada satu pertanyaan. Mungkinkah ada dua waktu. Satu waktu yang menarik tanganku dengan paksa dan sepucuk pistol tertodong di kepalaku. Namun ada waktu yang lain yang dengan tangkas meraih tali temali dan mengikat kaki serta tanganku di atas kursi listrik, dan aku akan terus disitu jika tak ingin disengat berkilo watt listrik.
Sekarang kebingungan kembali melanda. Tertembak peluru atau kesetrum?
Tak ada yang lebih baik. Tak ada yang ingin kupilih. Karena ada satu pengharapan lagi.
Bahwa somehow, ksatria datang dan melumpuhkan pemegang pistol itu lalu mematikan aliran listrik.
Dan dengan sekali kedipan mata, tali temali meleleh hingga menjadi abu dan aku tetap bersama sang ksatria.
Disini atau disana,
Sudah tak penting lagi.
No comments:
Post a Comment