Semua ini mulai terasa berat. Betapa satu demi satu dinamika bermunculan di sela sela kebahagiaan yang juga dirangkai. Atmosfer ketidaksabaran dari sekitar, lelah yang menggantung di langkah langkah kaki juga emosi yang naik turun serta perubahan rencana dari waktu ke waktu mulai mewarnai perjalanan.
Belum lagi sakit, saya sudah, lalu papa juga sudah, ibu sedang sakit, dan kini, dia, calon suamiku itu pun sakit. Entahlah, mungkin ini efek dari psikologis yang naik turun mempersiapkan segala sesuatunya. Sungguh, meskipun aku didera kebahagiaan yang amat sangat untuk semua hal ini, kepala juga rasanya mau pecah. Semakin dekat, perasaan takut banyak hal yang belum beres seperti membuntuti. Ketakutan yang tidak berdasar memang, karena ku dikelilingi banyak orang yang kutau bersedia membantu. Tapi entahlah, saya positive thinking, ini sindrom yang wajar dialami, semoga saja begitu.
Saat saat seperti ini adalah saat saat betapa saya sangat butuh Allah. Butuh IA menenangkanku, memberikan kekuatan lagi dan lagi, memberiku kesabaran yang cukup untuk mengurus banyak keperluan, menghadapi banyak orang juga memutuskan banyak hal. Saya butuh sandaranMU, Rabb. Dan berharap segala kemudahan untuk terus Engkau alirkan.
Aku hampir patah, Rabb. Tapi aku akan bertahan. Hamba ingin bisa lebih bersabar.
yah begitulah beb.. namanya mau memulai hidup baru. tetap semangat !! :)
ReplyDeleteiya ade... pusing ee.. Tapi tetap semangat. Bismillah..
ReplyDeletesama pusingnya hehehe..
ReplyDeletesemangaat ya caca :)
ReplyDelete