Huh, berat banget kaki ini melangkah sepulang dari syuro. Beban yang semakin menghimpit terasa berawal dari syuro yang penting tadi. Mungkin kesadaran ini
sudah terlambat munculnya, tapi Alhamdulillah akhirnya muncul juga.
Syuro-syuro sebelumnya masih terasa mudah karena baru sebatas pemetaan kader dan analisa kondisi. Tapi syuro kali ini berbeda. Ada hal-hal strategis yang harus dibahas sampe pada kualitas yang ana takut untuk membicarakannya.
Capek ini bukan capek fisik atau pikiran maupun batin, tapi capek yang merupakan pelarian dari rasa ketakutan akan murkaNYA. Apa yang sedang kami lakukan ini?
Sebuah makar yang menyisakan ketakutan akan bisa tidaknya ana mempertanggungjawabkan hasil-hasil makar tersebut. Bahkan ketika ana yakin bahwa urgensi makar yang kami lakukan ini InsyaAllah diridhoi olehNYA, ana masih takut dan bertanya-tanya apakah ana termasuk orang-orang yang sudah layak dan pantas ikut dalam barisan pembuat makar? Angka-angka yang kami tetapkan sebagai batas minimal atau level aman yang harus dipenuhi, apa wewenang kami? Ana takut dengan pertanggungjawabannya. Apa semua ini tidak berlebihan?
Mungkin tidak, tapi ana takut tidak dapat mempertanggungjawabkannya. Ya Allah, ana bukan menolak amanah yang sudah diberikan, ana hanya ingin meminta kepadaMU untuk memberikan kami ketajaman analisa tentang yang harus kami selesaikan agar keputusan-keputusan kami nantinya bisa kami pertangungjawabkan.
Ya Allah, kami yang tadi berkumpul di salah satu sudut rumahMU, sedang berupaya mencari keridhoanMU, maka bantulah kami Ya Allah.
Ana teringat akan tausiyah dari seorang al-akh saat syuro sebelumnya, bahwa kita ini sedang melakukan makar, tapi insyaAllah makar yang diridhoi Allah. Dan yang perlu berulang-ulang kali dicamkan dan menjadi catatan penting bahwa Allah sebaik-baiknya pembuat makar. Ya Allah, ana berlindung dari murkaMU. Ana hanya ingin mendaparkan ridhoMU dan melihat indahMU. I am scare.
17 Januari 2006 : 09.00 am
Saat terpekur sepulang syuro
No comments:
Post a Comment