Kenapa aku harus merasa bersalah? niatku baik, karena kita sama2 menyandang label seorang muslim. Aku hanya ingin mengingatkan tentang apa yang tujuan kita berada di sini dan bagaimana cara kita untuk menggapainya? Allahu ghayatuna... Allah - dan hanya Dia - yang berhak menjadi tujuan kita.. Benar bukan?
Then, kenapa harus merasa bersalah?
Jika nasihat yang aku berikan ternyata menyakitkan, apa iya aku harus minta maaf. Bagaimana kalo permintaan maffku malah membuat nasihat yang coba kulantangkan tidak terdengar? Bukannya lebih baik mengatakan yang benar walaupun itu menyakitkan?
Apa yang saya kemukakan tadi sama sekali tidak melunturkan ukhuwah saya ke antum, dua orang ikhwah yang begitu saya hormati. Saya sampaikan maaf sebesar-besarnya jika tadi saya terlalu kasar atau tidak ahsan cara penyampaian sikap saya ini. Ini hanya ikhtiar saya untuk saling menasehati dalam kebenaran dan dalam kesabaran, untuk bersikap profesional. Tidak bertumpu pada egoisme pribadi. Tidak merasa penting dalam dakwah karena dakwah tidak pernah membutuhkan kita. Kita ada dan tidak pun, roda dakwah akan tetap berputar. Justru, kitalah yang sangat membutuhkan dakwah. Karena tanpa dakwah, kita hanya diam dan seperti air yang tergenang, bau busuknya mengganggu dan menjadi sarang penyakit. Berlapang dadalah.
Ibarat perjalanan, KMBI adalah perahu yang kita huni bersama. Kayu-kayu yang sudah mulai keropos, layar yang mulai sobek, kabin yang sudah mulai kotor, ayo kita bersihkan bersama agar perahu ini tetap berjalan sampai tujuan. Jangan memilih untuk terjun ke laut karena kita tidak akan sanggup mengarungi lautan dengan berenang seorang diri. Mungkin memang ada lumba-lumba yang akan menemani kita bermain, tapi bukan tidak mungkin ada hiu yang siap menerkam kita. Mungkin laut akan tenang sehingga kita bisa berenang dengan mudah, tapi bukan tidak mungkin tiba-tiba ombak yang besar menghantam. Begitu juga pasti ada siang yang sinar mataharinya bisa membuat kita hangat, tapi saat malam tiba apakah kita bisa menahan kedinginan airnya? Jika setiap ketidak puasan, setiap kekecewaan disikapi dengan mundur atau bahkan berbalik menjadi musuh, maka kapankah dakwah ini bisa baik?
Disinilah, kematangan tarbiyah kita diuji
Astaghfirullah.. Rabb, tolong singkirkan rasa tak berdaya ini dari dadaku. Aku hanya ingin menjalankan perintah-Mu.
Bukankah kewajiban kita hanya mengingatkan?
26 Februari 2006
Ba’da maghrib selepas syuro BPH dan syuro perdana kembalinya seorang ikhwah
No comments:
Post a Comment