Minggu pertamaku ngajar. Minggu yang berlalu dengan menyenangkan tapi juga menghabiskan emosiku. Kelas yang kupegang untuk minggu ini (tiap minggu, aku megang kelas yang berbeda), benar2 membuatku terkuras emosi. Hari pertama, selasa, aku cuma capek saja karena harus teriak2 saking ramenya mereka. 45 menit pertama berlalu dengan baik-baik saja. Hingga....
"Cukup dari saya. Ada pertanyan?" Tanya saya menutup penjelasan tentang MOSFET dan SCR
Kelas hening.....
"Ada yang kurang jelas mungkin?" Ulang saya
Masih hening....
"Oke, kalo tidak ada pertanyaan, saya anggap sudah jelas. Kita pindah ke materi berikutnya" Kataku dengan tegas
Tiba-tiba ada suara : "Bu, kecepetan. Gak ada yang nyantol dari tadi"
WHAT????? 45 menit aku teriak2 ternyata gak ada yang ngerti? Gedubrak!!!! Emang sih aku kalo ngomong cepet, tapi perasaan tadi sudah pelan deh. Akhirnya, ngulang lagi dari nol dengan ritme yang lebih lama. Herannya, masih ada jugayang bilang cepet. Gak, aku gak mau ngulang lagi. Bisa kering nih. Toh yang belum paham hanya beberapa, aku suruh ke ruang jurusan aja, di-privat disana sambil minum teh panas. Asyik tho??
Hari kedua, jumat, aku emosi tapi masih bisa kukendalikan dengan sekedar meninggalkan ruangan dan menenangkan diri di ruang jurusan.
Dan hari ketiga, sabtu, hari terakhirku bersama mereka, aku gagal menahan emosi. Aku marah bahkan 5 spidol yang ada di tanganku ku lempar di atas meja dan kutinggalkan ruangan itu. Bukan apa-apa, aku masih bisa menerima kalo mereka rame. aku masih bisa tolerir kalo mereka guyon, bahkan aku ikut tertawa bersama mereka. mereka mokong, aku masih bisa nahan, wajarlah anak smu, stm lagi. Tapi aku tidak bisa tolerir ketika mereka berbohong. Sama sekali tidak. Maka ketika mereka ngotot dengan kebohongan dan tidak mau mengaku bahkan bertingkah di depanku seolah-olah aku salah telah memarahi mereka aku tidak terima. Kuputuskan untuk pergi, bukan berlari. Pergi untuk menenangkan diriku, menangis di ruang jurusan karena aku tidak suka dibohongi. Pergi untuk memberi kesempatan pada mereka merenungi kesalahan mereka. Dan setelah ketiga siswaku yang ingin kusayangi itu datang dan meminta maaf dan mnegakui kebohongannya, maka pergilah semua marah. Even mereka tidak minta maaf pun, aku memaafkan. I just need a time to handle my self.
Aku pun kembali, mencoba berbicara dari hati ke hati dengan mereka. Meminta mereka untuk lebih baik bersikap. Menghargai orang tua mereka yang sudah membawa mereka sampai ke titik ini. Aku ingin menjadi sahabat mereka. Dari cara mereka menatapku, dari intonasi suara mereka menjawab serta menanggapi pembicaraanku, aku tahu kami sudah saling memahami.
Allah, mudahkanlah lisan ini untuk berbicara agar mereka bisa mengerti yang aku bicarakan. Aaamiiin
No comments:
Post a Comment