Bunyi sms yang membuatku excited membacanya. Ukhti yang baru semalam kukangeni dan kukirimi sms ukhuwah betapa rindunya aku padanya, membalas kerinduanku dengan mengabariku berita gembira. Sungguh, aku senang mengetahuinya.
Ini tahun ke-6 kita tidak bertemu sejak lulus STM. Dan 3 tahun bersamanyaadalah saat-saat yang indah. Saat itu, ia yang sudah dengan penampilan akhwat, berjilbab rapi sebagai bukti kepatuhan pada yang menggenggam jiwa, mau bersahabat denganku yang masih sibuk dengan hal-hal duniawi, masih berkutat dengan kejahiliahanku.
Setiap jumat, ukhti ini sibuk dengan mempersiapkan kajian jumat muslimah, sementara aku dan ke-6 temanku yang lain (kelompok cewek yang agak-agak bukan cewek), malah meninggalkan sekolah untuk cari makan atau kemana aja deh, yang penting gak ikut kajian, bilangnya sih refreshing. Tapi dia gak pernah marah atau menyueki kita atau menunjukkan ketidaksukaannya pada kita. Kelemahlembutannya membuat ia diterima semua orang, baik yang lurus maupun yang bengkok alias bandel dan mokongan.
Saat aku sedang dalam proses memantapkan diri untuk menutup aurat, ia yang paling mendukung dan berada di garis terdepan memberikan full support. Ia pula teman yang pertama kali aku beritahu bahwa aku akan memulai menutup aurat esok hari. Dan saat bertemu esok harinya, kegembiraannya melebihi kegembiraanku. Ia terpesona melihatku dan matanya menyiratkan kebahagiaan yang sangat, yang kurasa melebihi kebahagiaanku sendiri. Belakangan kuketahui kenapa ia sebahagia itu? mungkin ia bersyukur dan bahagia karena usahanya insyaAllah dibalas oleh Allah dengan yang lebih baik dari unta merah.
Kini, 12 hari lagi ia akan menjalani peran yang baru. Wanita sholehah itu akan mengarungi lautan dengan biduk pernikahan bersama sang nahkoda yang semoga saja shaleh. Saat ini, mungkin ia sedang panik atau cemas, tapi kuyakin senyum selalu tersungging dibibirnya. Siapapun engkau ya akhi, jagalah saudariku itu dengan baik. Laksana taman, engkau telah memilih memetik bunga yang terbaik, maka rawatlah dengan baik. Jangan engkau sia-siakan. Siapapun engkau ya akhi, terimalah saudariku itu apa adanya, sama seperti ia yang akan mencoba menerimamu apa adanya.
Dan untuk kalian berdua, walau aku tak bisa berada disisi kalian saat hari yang mengguncangkan arsy itu tiba, tapi doaku teriring dari sudut bumi Allah yang lain.
Semoga Allah selalu menghimpunkan kalian (yang saling mencintai karena Allah dalam ikatan halal pernikahan) dalam kebaikan. Mudah-mudahan Allah yang maha lembut melimpahkan kepada kalian bening saripati cinta, cinta yang menghangati nafas keluarga, cinta yang menyelamatkan. Semoga Allah memampukan kalian membingkai keluarga sakinah, mawaddah, warrahmah. Semoga Allah mematrikan helai keikhlasan di setiap gerak dalam keluarga. Jua Allah yang maha menetapkan, mengekalkan ikatan pernikahan tidak hanya di dunia yang serba fana tapi sampai ke sana, the real world "Akhirat". Mudah-mudahan kalian selamat mendayung sampai ketepian. Allahumma Aamiin.
Mudah-mudahan saya mampu mengikuti tapak kalian yang begitu berani mengambil sebuah keputusan besar, yang begitu nyata menandakan ketaqwaan kepada Allah serta ketaatan kepada sunnah Rasul Pilihan. Mudah-mudahan jika giliran saya tiba, tak perlu lagi saya bertanya mengapa teman saya menjadi begitu murah senyum. Karena mungkin saya sudah mampu menemukan jawabannya sendiri.
Kabar lain datang tadi pagi dari salah seorang ukhti, kawan “kajian pekanan”ku yang telah menyelesaikan studi-nya di surabaya dan kini pulang ke kampung halaman mengabdikan diri dan ikut menghidupkan tarbiyah disana. Ia memberitahu bahwa besok ia akan menjalani test di sebuah sekolah SDIT di jogja dan minta didoakan. Ukhti-ukhtiku tersayang, langkah apapun yang akan kalian jalani, doaku mengiringi agar setiap langkah itu diberkahi Allah dan berujung kepada ridho-Nya. Aaamin
No comments:
Post a Comment