Tiga kebahagiaan kudengar hari ini.
Pertama, finally beberapa dosen perempuan di kampus membentuk halaqoh. Alhamdulillah.
Kedua, salah seorang ikhwan (kalo gak mau disebut bapak), akan menikah 2 minggu lagi. Pasti heran, kenapa juga ikhwan ini nikah jadi berita bahagia? Ya bahagia dong, masak orang lain bahagia kita malah sedih. Oke, ana ngerti kok maksud pertanyaannya. Ini jadi berita bagus untukku karena ana males banget liat ikhwan-ikhwan yang sebenarnya usianya udah cukup banget, banget-banget deh cukupnya tapi gak nikah-nikah. Dan ikhwan yang akan nikah termasuk yang banget-banget cukup umurnya dan tarbiyahnya. Yakin deh dari kalian ada yang bilang “lho, kan belum datang aja jodohnya”. Itu lain lagi perkaranya. Perkaranya adalah mereka tuh pada usaha gak sih? Sementara ana kenal banyak akhwat yang juga banget-banget cukup usianya dan kemantapan serta kesiapannya tapi gak ada yang datang-datang. Sementara yang ikhwan yang banget-banget cukup umurnya juga, masih santai dan menganggap gampanglah. Emang mereka pikir karena mereka tidak ada batas waktu, terus mereka tenang-tenang aja. mikir kalo mereka punya hak milih jadi tenang-tenang aja karena saat sudah mau, tinggal nunjuk. Gak bisa gitu uga kan? Akhwat kan juga punya hak nolak. Padahal akhwat kan punya batasan yang harus dipikirkan. Usia untuk bereproduksi jadi hal yang sensitif. Kalo akhwat yang usia 30-an yang udah rawan banget untuk memiliki keturunan cemas dengan keadaannya, sementara ikhwan yang usia segitu tidak ada masalah, yang kasian kan akhwatnya. Ikhwan usia segitu kalo kita mau bicara tentang memiliki keturunan, kecenderungannya jelas kepada yang masih dalam level aman. Ikhwan yang 20-an apalagi, kecenderungannya juga ke yang usianya sama, mbeda tipis juga gak apa lah. Kalo semua ikhwan kayak gitu, lantas akhwat yang usia dalam ambang yang khawatir seperti itu mo diapakan? Kasihan kan.
Jadi ya, Alhamdulillah aja. Finally ikhwan ini (sekali lagi, kalo gak mau disebut bapak) akan menikah. Kita sudah bisa bilang “akhirnya, menikah juga, Alhamdulillah”. Kepada para ikhwan yang dari semua sisi sudah layak, menikahlah. Jangan biarkan para akhwat yang telah di usia yangsangat cukup dalam kecemasannya menanti lebih lama lagi. Mereka adalah akhwat-akhwat tangguh yang ridho dengan ketentuanNYA. Mereka adalah akhwat-akhwat yang luar biasa dalam perjuangan dakwah. Jadi, segera genggam tangan mereka dan terbanglah bersama dalam angkasa perjuangan da’wah.
Kebahagiaan ketiga ketika sms masuk ke HP ane, dan isinya
“Undangan:Akan mnikah,insya4JJl (RAHMI,ST&ABDUL SAFAR,ST)tgl:9 April 2006 di Jl.A.Mappasiling No 3 Barru.Akad nikah jam 11 rsepsi jam 13~selesai.Mohon doa restu”
Satu lagi sahabat terbaikku akan melangsungkan pernikahan menyusul 3 sahabatku yang lain. Kenangan kami bertujuh yang indah semasa STM dulu terbayang lagi. Dulu, kami adalah siswi-siswi yang masuk kategori gak mau diatur. Tapi akademis tetap kami perhatikan dong. Setelah lulus tahun 2000, phionk yang pertama kali menikah di makassar. Satu tahun yang lalu (awal 2005), endhy yang menikah di Jakarta dan sekarang sudah punya one baby. Akhir tahun kemarin (november 2005), anieq menikah di makassar juga dan sayangku ami akan menyusul minggu depan. Berarti tinggal kami bertiga, ane, mmink, dan baya yang belum.
Ami, that’s what we called her, adalah temen yang menyenangkan. Lembut, gak pernah marah, kayaknya gak bisa banget ngomong keras ataupun sekedar untuk tegas. Cewek banget deh. Lembut dan gak bisa nyakitin hati siapapun. Semua orang di STM menyayanginya. Kesedihannya adalah kesedihan kita. Waktu ia dapat musibah, kami semua ke rumahnya di Barru yang berjarak 5 jam perjalanan dari makassar. Bukan Cuma perwakilan atau orang-orang yang dekat dengan dia aja tapi semua, seangkatan. Kita berangkat dengan 2 bus. Hari itu untuk angkatan kami (waktu itu kelas 3 STM) gak ada pelajaran. Itu tanda bahwa kami semua menyayanginya. Dan saat ini, bunga terindah kami akan dipetik oleh seseorang yang tidak pernah kami kenal sebelumnya dengan izin Allah. Cerita yang aku tahu setelah kami lulus adalah Allah memilihnya menjadi salah satu pejuang tarbiyah di kampus hingga saat ini. By phone, kami berdua sering bertukar pikiran tentang kondisi tarbiyah yang sama-sama sedang kami jalani. Sejak lulus, Kami belum pernah sekalipun bertemu dalam keadaan kami yang berbeda dari masa STM dulu. Tapi ane yakin, ia adalah akhwat yang luar biasa. Dan jika ikhwan itu yang Allah pilihkan untuknya, ikhwan itu pastilah juga luar biasa.
Ami, satu fase dalam hidup akan segera kau jalani. Peran baru dalam hidup[ akan segera kau masuki. Berikanlah yang terbaik untuk peran itu. Maka ami, saat awal amanah dan peran baru itu kau emban, saat sebuah kalimat mengguncangkan arsy diucapkan, di detik itu, doaku mengalun “Barakallahu laka wa baraka ‘alaika wa jama’a bainakuma fi khoiri”
No comments:
Post a Comment