Tuesday, November 12, 2013

Gerimis kepada Pelangi



Assalamu’alaikum Wr Wb

Hai sayang… Alhamdulillah kabarku baik-baik saja. Suamiku juga Alhamdulillah sehat walafiat meski sedikit letih karena 2 minggu terakhir melakukan perjalanan terus. Vina baik-baik juga kan?
 
Dear pelangi,
Kalau kamu rindu, aku lebih dari itu. Apa namanya ya? Rindu yang meradang. Kita terpisah jarak, tapi seperti yang selalu kita katakan, doa kita tak boleh berjarak ya cantik. Doa kita harus selalu bertemu di langit dan saling memeluk.

Aku ingat vin, ingat semua kebersamaan kita di Shindan. Mengenai menghafal 30 nama teman itu ya? Mari saya luruskan, aku bukan hanya bisa ingat 30 teman di grup tapi juga 30 teman di grup yang lain yang diwakili Bang Jun. Tapi kalau kamu ingat vin, setelahnya, ketika kita sedang menuju resto, kamu menepuk pundakku dan bilang “ayo bi, masih ingat namaku gak? Sama nama2 yang lain”. Aku nyerah karena saat itu teman-teman sudah kocar kacir jalannya, sedangkan di ruangan tadi, aku mengingat nama mereka berdasarkan urutan duduk atau memberikan tanda pada tiap-tiap orang dengan cirinya masing-masing seperti baju, topi, atau plesetan nama.

Aku senang lho vin, kamarku dijadikan tempat kumpul kalian. Yang paling senang adalah ketika jadwal curhat akbar tiba. Di kamarku, kita berkumpul untuk masing-masing curhat apapun, tak boleh ada yang menghakimi, hanya mendengar dan memberi solusi dan kita sama sama berjanji bahwa apa yang didengar saat curhat akbar itu hanya sampai di pintu kamar, tak boleh dibicarakan apalagi disebar. Aku juga masih ingat, kalau kita bosen dengan makanan resto yang itu itu aja, kita akan cari nasi goreng di depan hotel atau bahkan sampe keluar hotel. Tapi vina jarang sih ikut kita makan nasgor di depan hotel. Lalu kita semua, semuanya, berat badan naik gara-gara makan tidur dan kurang gerak. Gerak kita kan Cuma seminggu 2 kali itu juga lebih banyak maen-maennya tanpa keluar keringat

Sayang memang, kita dekat saat pendidikan hamper selesai, tapi tak pernah ada kata terlambat. Aku ingat awal dekat kita adalah saat aku dan anes “memaksa” vina ke kamar untuk bercerita kisahmu. Dari situ aku mulai mengagumimu sebagai wanita berhati besar, yang mampu menceritakan perih sambil tersenyum bahkan tertawa, padahal mungkin saja dalam kesendirianmu, masih ada airmata yang berderai. Aku mulai mencintaimu sejak itu.

Momen bersamamu yang luar biasa lainnya adalah ketika kita sama sama ke Lembang menemui inspiratorku. Jalan Allah memang indah. Aku menjalin persahabatan dengan Mbak Titi, motivator kesabaranku, sejak 2003 dan siapa sangka pertemuan pertamaku dengannya bersamamu. Kita lalu punya momen makan tempe penyet sepulang dari situ, punya momen cari bus di terminal Bandung menuju Jakarta tengah malam, dan kkita pun hampir dicopet dalam bus.
Momen indah berikutnya adalah saat di Jakarta menjelang penutupan. Kita berdua tak terpisah. Kemanapun kamu pergi, aku ikut. Kemanapun aku pergi, kamu ikut. Lalu kita menjalin lingkaran persahabatan yang baru dengan saudara-saudaraku di Ambon, melalui pertemuan satu malam yang indah sambil menyeruput kopi.

Vina sayang,
Mengenai si Abang, aku dan suami sudah sangat mengikhlaskan. Kami percaya hanya kebaikanlah yang akan terjadi pada kami. Dan kepergian abang adalah salah satu kebaikan Allah. Check Lab menjelaskan penyebab kepergian abang adalah karena virus Rubella. Dan vina sayang, kau tahu apa yang terjadi jika abang tetap hidup dengan virus itu? Dia mungkin akan cacat dan butuh penanganan khusus seumur hidup. Allah lebih tahu bagaimana kekuatanku dan suami. Apakah kami kuat melepaskan kepergian abang ataukah kami kuat mengurusnya dalam keadaan itu. Allah lebih tahu bagaimana kekuatan sabar kami. Apakah kami lebi bisa sabar mengikhlaskan perginya abang, atau kami lebih bisa sabar mengurusnya. Allah tau batas kemampuan kami dalam menerima cobaan. Allah memilih menjaga abang dengan penjagaan terbaikNYA, karena kami mungkin tak mampu menjaganya.

Aku sudah gak nangis lagi tiap ingat abang. Abang sudah bahagia di surga. Yang aku dan suami takutkan adalah, apakah Allah meridhoi kami dan mempertemukan kami dengan abang di surga? Sementara diri ini masih banyak dosa, masih banyak lalai. Aku takut, vin.
Aku minta doanya ya say, semoga kami bisa kembali memantaskan diri untuk dipercayai lagi oleh Allah. Kami yakin, rezeki kami tak akan tertukar, juga tak akan datang terlambat atau terlalu cepat, selalu tepat waktu. Begitupun dengan rezeki keturunan, jika adalah takdir kami, ia akan datang tepat pada waktunya.

Cinta,
Aku masih dan akan selalu jadi gerimismu yang menyenangkan. Dan kau, pelangi, yang akan selalu melengkapi gerimis. Sudah dulu ya cantik. Kapan kapan kita bertukar kabar lagi. Baik baik disana ya sayang. Nikmati setiap cobaan yang sedang Allah berikan padamu. Karena seperti kata pak Jamil Azzaini dalam bukunya,”hidup adalah seperti naik sepeda. Semakin susah engkau mengayuh sepeda, itu berarti engkau semakin dekat mengayuh ke puncak”. Jadi jika saat ini terasa berat, itu tanda Allah sayang padamu dan sedang mengantarmu menuju puncak. Jangan menyerah ya sayang. Kau dikelilingi orang-orang yang sayang padamu. Aku termasuk orang-orang itu.

Love you as always,

Eby

Saturday, November 09, 2013

Hujan dan Doa

Gelap dan hujan itu perpaduan yang manis. Meski saya lebih suka hujan di waktu peralihan, pagi atau senja. Tapi hujan tetap saja menyenangkan. Apalagi hujan yang lembut seperti ini. Suaranya yang tidak gaduh mampir di telinga, lalu besok pagi akan ada aroma hujan yang tertinggal pada rumput.

Malam ini hujan datang lagi. Pertanda Allah sedang mengucurkan rahmatNYA yang banyak. Dan karena ini adalah salah satu waktu diijabahnya doa, maka rasanya bodoh sekali jika kita sibuk mengutuk hujan dan lupa berdoa.

Doa ku selalu sama. Doa agar Allah kembali mempercayakan kami sebagai orangtua. Doa agar kami diberi kekuatan untuk memantaskan diri dititipi Allah seorang hambaNYA. Doa agar kami tak dibiarkan sendiri.