Thursday, August 31, 2006

School of Life



Akhirnya, aku bisa beli juga bukunya Mas Gaw ini. Pas ke MIP 2 pertengahan agustus lalu, pengen beli tapi waktu itu lagi gak punya budget lebih. Alhamdulillah sekarang bisa beli buku ini juga. Isinya? .....
Subhanallah banget. Banyak hikmah yang bisa diambil. Benar-benar seperti kata Mas Gaw "Jika setiap tempat adalah sekolah, maka setiap orang adalah guru". Sekuel dari buku "Berhenti Sejenak" buat kita bisa mendapatkan hikmah dari hal-hal yang mungkin selama ini kita abaikan. Banyak kisah dari orang di sekitar kita yang bisa kita maknai seumur hidup hanya karena berbincang atau bertemu beberapa menit saja.

Betapa setiap orang itu punya sesuatu yang bisa kita pelajari. Saking inginnya membaca cepat buku itu, aku bacanya pas lagi ngajar. Siswanya aku suruh praktek rangkai saja, biar aku bisa duduk manis menyelesaikan bacaan. Baca buku itu kayak bercermin dan sadar bahwa yang aku lihat di cermin itu masih sangat buram. Penghambaanku pada, Baktiku pada ibu, sayangku pada saudara, perhatianku pada sesama, bantuanku pada yang membutuhkan, semuanya masih di titik kritis.

Yang paling menyentuh dari buku itu adalah kisah-kisah yang bertutur tentang ibu. Sungguh, rinduku pada ibu membuncah hingga menyesaki dada. Tersa ingin kembali dan mengambil setiap mutiara dalam kehidupannya untuk kujadikan bekalku meniti hidup. Kisah Kang Adi juga membuatku sama seperti mas Gaw, pengen jdi muridnya juga. Banyak hal yang bisa kta pelajari dari setiap orang yang kita temui. Ada sisi-sisi yang indah dari setiap perjalanan kehidupan manusia.

Aku belajar satu hal, setiap orang adalah istimewa, bagaimanapun kondisinya, tetap istimewa, karena Allah tidak pernah menciptakan sesuatu dengan sia-sia.

Monday, August 28, 2006

Bersyukur

Di balik setiap awan gelap ada garis perak bercahaya dan kita seharusnya memandang sisi terangnya dan mempertimbangkan rahmat yang kita peroleh.Tetapi terkadang kata-kata yang mendorong ini tampak kosong dan tidak berarti. Kadang kala kita merasa sungguh-sungguh tidak mampu melihat sisi baik dari situasi atau keadaan kita. Kadang-kadang kita merasa bahwa kita tidak memiliki rahmat sama sekali yang bisa kita pertimbangkan

Inilah saat ketika ungkapan syukur sering memberi hasil terbaik. Seorang wanita mengungkapkan bahwa apa yang harus ia lakukan untuk membuang suasana hati yang gundah adalah dengan "duduk merenung, mengingat-ingat di mana saya limatahun yang lalu, dan mengucap syukur. Mencari hal-hal yang paling kecil yang bisa kita syukuri bisa membantu kita melihat semua rahmat indah yang telah kita terima begitu saja.

Memandang kembali pada pertumbuhan dan perkembangan kita yang telah terjadi selama bertahun-tahun bisa membuta kita menyadari seberapa jauh kita telah tumbuh dan berkembang serta memberi kita harapan seberapa jauh lagi kita bsa melangkah mulai dari sekarang ini. Tak seorang pun di dunia ini, kapan pun dalam kehidupannya, sungguh-sungguh tidak memiliki sesuatu untuk disyukuri

@Menjelang subuh, terbangun di atas genteng, saat semalam bersama seorang teman mencoba menggali makna hingga tertidur. Dek, jangan berhenti di titik ini. Majulah ke titik yang lebih jauh@

Setelah 9 NAGA

Bismillah..
Kita sepertinya tidak perlu kehilangan sesuatu yang berharga dulu sampai kita menyadari apa yang kita lakukan itu benar atau salah. Bukankah telah ada batas yang jelas antara yang haq dan yang batil. Lantas mengapa kita begitu serakah, begitu bodoh melakukan hal yang semua orang bersepakat mengatakan itu salah dan baru menyadarinya jika telah kehilangan. Sungguh sesuatu yang bisa dihindari.


Kadang, kita melakukan banyak hal, kita melakukan hal-hal yang kita pikir baik. Mengira kita sudah bergerak maju tapi nyatanya kita hanya jalan di tempat. Hingga suatu saat, ketika ada yang hilang, ada yang pergi barulah mata kita seperti membuka dengan lebar. Apa perlu ada korban untuk menyadarkan kesalahan kita?

Kehilangan sahabat, kehilangan orang tua, kehilangan orang-orang yang dekat di hati, bahkan kehilangan jiwa kita sebelum ruh itu benar2 pergi. Resiko yang sebenarnya bisa dihindari jika saja kita bisa membuka mata kita lebih awal. Tidak melihat dari satu sisi saja setiap permasalahan. Begitu banyak hal di balik setiap peristiwa. Duduk, merenunglah, ajak Allah bersama perenunganmu, maka ada yang bisa kau lakukan selain hal bodoh dan tidak bertanggung jawa. Sekali lagi, tidak perlu ada jatuh korban dulu untuk menyadarkan kesalahan kita. Tidak perlu menunggu kehilangan dulu. Sebuah kepergian, bagaimanapun bentuknya, selalu meninggalkan sakit.

Maka perlukah kematian yang menyadarkan kita? Haruskah menunggu sebuah kepergian barulah kita mau berubah?
Perubahan itu Pilihan. Maka pilihlah untuk berubah SEKARANG !!!!!

@setelah 9 naga@

Sunday, August 27, 2006

Foto Foto Cinta




Foto-foto cinta. Kemarin siang, aku dapat sms dari salah seorang saudaraku di usroh ini. Ia menanyakan kabarku. Aku nangis (lagi???). iya, aku terharu karena usroh ini sudah lama banget tidak bertemu. Ketika ada yang mengabariku, rasanya seperti menemukan sesuatu yang hilang.


Awal perjumpaan dengan mereka sangat indah. Kami bergabung dalam sebuah remaja masjid di Surabaya, dan tergabung dalam usroh yang kami namakan Usroh Rohmah (Keluarga Kasih Sayang). Kenapa Rohmah? Karena pertemuan pertama kami sangat berkesan. Gap diantara kami langsung hilang karena dalam jumpa perdana itu kami sudah berbagi tangis. Setiap dari kami menceritakan kisahnya, dan setiap selesai, maka kami akan saling berpelukan menguatkan, berbagi bahu untuk bersandar.

Sejak pertemuan itu, pertemuan2 rutin kami berikutnya indah.Setiap tawa, senyum, sedih bahkan marah mereka adalah cinta. Bahkan ketika pertemuan rutin itu tak ada lagi, kami selalu mengadakan pertemuan2 di waktu2 yang tak terduga. Tapi, sudah lama kami tidak bertemu. 2 diantara kami baru saja mengakhiri masa lajangnya. Yang lain, berkutat dengan tugas2nya. Hingga fisik ini terasa begitu jauh. Tapi, kami tahu, ruang di hati kami selalu ada nama2 usroh Rohmah ini. Ukhti-ukhti, kapan rihlah lagi? Kapan ngumpul lagi? I miss you all

Teriring rindu untuk : mbak hani, mbak imas, mbak dina, mbak yuni, citra, binti, mbak yuli, mbak feby dan zahroh. Masih ingat rihlah2 qta? Masih ingat kajian2 qta? Curhat bareng qta? Masih ingat buka puasa bareng kita? Tukar kado kita? Masih ingat bakso bakar bareng kita? Masih ingat bareng2 ke kos zahroh, mbak yuli, dan citra? Masih ingat semua tentang kita? Indah ya…

nb : ingat foto-foto ini kan?

Saturday, August 26, 2006

Hidup Bersyarat

Berapa seringkah kita berpikir, "Dulu seharusnya saya bisa bahagia seandainya.." atau "Saya tentu akan bahagia kalau.."? Seberapa sering kita pernah merasakan ketenangan, pemenuhan diri dan kepuasan namun ternyata semua perasaan itu berubah menjadi rasa takut, marah atau kecewa hanya karena sesuatu yang kita harapkan terjadi atau tidak terjadi? Atau hanya karena kita mendengar sesuatu yang menimpa orang lain? Seberapa banyakkah persyaratan di luar diri kita yang kita yakini perlu ada demi rasa bahagia di dalam diri kita?

Ada kalanya kita yakin bahwa turunnya berat badan, mendapat pekerjaan atau promosi jabatan, menikah, mendapat momongan anak atau meraih hasil lahiriah lainnya akan membuat kita bahagia. Tetapi ketika tujuan kita terpenuhi, selalu ada tujuan-tujuan lain yang menuntut untuk dipenuhi juga. Rasanya, kebahagiaan menjadi sesuatu yang ada di luar jangkauan kita.

Mungkin sebagian besar dari kita pernah membaca stiker atau poster yang bertuliskan "Apapun yang bisa salah, pasti akan salah". Sekalipun demikian, ketika ada yang menjadi salah, kita masih saja sering heran. Kita menjadi bingung, merasa tidak siap, kehilangan keseimbangan, bahkan marah. Rasa tenang dan rasa bahagia bisa menguap begitu saja. Segala hal yang kita anggap perlu agar segala sesuatunya beres, lenyap, dan kita pun kebingungan.

Yang nyata-nyata terjadi adalah : mobil kadang kala mogok, para pemasar kadang-kadang bersikap kasar, pemesanan tempat bisa tertukar. Orang-orang yang kita anggap pahlawan ternyata lemah dan korup. Orang-orang yang kita cintai mungkin meninggal atau pergi. Kita mungkin kehilangan pekerjaan kita, relasi kita, kesehatan ataupun uang kita. Tubuh kita akan menua. Semua terjadi dan berubah, demikianlah hakikat kehidupan ini.

Mungkinkah hidup kita di dunia ini tidak terpengaruh oleh segala bentuk kebingungan, rasa sakit, dan ketidakadilan itu? Tentu saja terpengaruh. Persoalannya adalah bagaimana kita terpengaruh dan seberapa besar pengaruh itu terhadap kita? Apakh ucapan sambil lalu teman kerja membuat kita tertekan? Apakah berita-berita mengenai kecelakaan, bencana, atau kejahatan membuat kita tidak lagi mempercayai elevator, pesawat udara atau sesama kita? Apakah percakapan telpon selama 5 menit dengan seorang saudara kita membuat kita merasa bersalah atau cemas selama berjam-jam atau bahkan berhari-hari?

Seberapa banyak kita rela mengorbankan kebahagiaan dan ketentraman kita demi kehidupan lahiriah kita? Jika kita memang tahu bahwa segala sesuatu di dunia ini bisa dan akan salah, mengapa kita masih mendambakan kesempurnaan? Mengapa kita menunda merasa bahagia, dengan bersikap seolah-olah kelak segala sesuatunya akan lancar sesuai dengan keinginan kita? Mengapa kita membiarkan segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan lahiriah di dunia ini menyebabkan berkecamuknya pikiran, perasaan dan sikap di dalam diri kita?

Bagaimana jika kita dengan damai menerima kenyataan yang seringkali tidak selaras dengan keinginan kita? Bagaimana jika kita sungguh-sungguh percaya, di lubuk apapun yang terjadi dalam kehidupan lahiriah atau kehidupan di dunia ini?
Kalau kita baru bisa merasa bahagia hanya jika tim pertandingan kita menang, kita justru akan jauh lebih sering merasa tidak bahagia. Selama kita senantiasa menetapkan tujuan-tujuan demi kebahagiaan, ketenteraman dan kepuasan di masa depan, kita tidak akan pernah "meraih emas yang tersembunyi di ujung bianglala"

Dunia ini tercipta tidak untuk menuruti kehendak anda atau saya atau orang lain. Kita dapat menghadapi realitas hidup dengan humor, sikap fleksibel dan ketentraman. Dengan kekuatan spiritual kita, bahwa hanya Allah-lah yang punya kekuatan mengubah semuanya, maka Kita akan baik-baik saja, apapun yang terjadi

Antara Ebhy, Mmink dan Baya

Asyik, aku ditelpon sama mmink, one of my best friend di STM dulu. Mmink di Jakarta, trus kita conference sama Baya yang juga lagi ngantor di Makassar. Jadi deh ngomong bertiga. Masih rame aja kayak dulu. Jadi kangen banget sama mereka. Dari kelompok kita bertujuh, tinggal kita bertiga aja yang masih berstatus single fighter. Jadinya pas baya bilang invite lagi yang lain, kata mmink jangan dulu. Sekarang pembicaraan para lajangers dulu. Empat yang lain kan sudah emak-emak, omongannya nanti gak jauh-jauh dari anak+suami, gak nyambung sama kita. Dasar mmink.

Puas banget ngobrol 90 menit sama mereka. About kerjaan, reunian kemarin, macam2 deh. Kapan ya bisa ngumpul? Bay, barang-barangku yang ketinggalan di makassar kemarin, cepetan kirim ke surabaya.

Buat kaum ibu (ani, ami, phionk, endhy), gimana kabar dedek2nya?. Salam kangen dari kami bertiga. Doain cepet nyusul. Tadi kita bertiga pada maen feeling. Masing-masing punya feeling dia jadi yang terakhir menanggalkan jubah kebesaran "SINGLE".

Friday, August 25, 2006

Serba 9

setelah blog walking, banyak sahabat blogger pada menceritakan tentang dirinya. Serba 6 lah, serba 4 lah. Aku jadi pengen juga mengenali diriku. Pengennya sih buat serba 9 soalnya aku suka angka 9.
$ 9 buku favorit
$ 9 sahabat yang menginspirasiku
$ 9 keluarga yang luar biasa (walaupun jelas semuanya luar biasa
$ 9 film yang gak rugi aku nonton
$ 9 karakter yang gak aku sukai
$ 9 fakta ajaib tentang aku
$ 9 travelling menyenangkanku
Pokonya serba 9 deh.
Tapi kayaknya belum sempat untuk aku tulis dalam waktu dekat. Kalo sempat aja deh. O iya, buku "Sudahkah Kita Tarbiyah" sudah selesai aku baca, tapi masih belum sempat bedah nih. Afwan ya. Sudah pada baca belom sih? Buku barunya Bayu Gawtama "School Of Life" sudah punya belum? aku belum nih. Kemarin mo beli tapi ada buku yang lebih urgen untuk dibeli. Kapan ya bisa beli??

nb ; Lagi pengen banget makan duren

Thursday, August 24, 2006

WARNING : JANGAN BERKENALAN DENGAN PUTUS ASA !!!!

The Oprah Winfrey Show hari ini menarik. Kisah tentang orang-orang yang menjadikan kehancuran dan kegagalannya justru sebagai awal kesuksesannya.

Kisah 1 :
Pria yang pernikahannya dibatalkan oleh tunangannya 5 hari sebelum pesta. Semua sudah dipersiapkan. Dan yang ia lakukan? Ia melanjutkan pesta pernikahan tanpa mempelai wanita. Baginya, sulit mengumpulkan 150 orang yang ia cintai dalam satu ruangan, jadi apa salahnya mencari semangat dari berkumpul dengan 150 orang itu. Besoknya, bosnya berkata "Saya turut prihatin dengan pernikahan anda. Dan maafkan saya harus mengatakan bahwa ada perampingan karyawan dan anda kami PHK"
Hidupnya kian terpuruk. Ia pun pulang ke rumah dan melihat tiket bulan madu yang tidak bisa ditukar uang. Maka, ia pun tetap pergi ke costa rica bersama kakaknya. Setelah "bulan madu" itu, mereka memutuskan memperpanjang perjalanan mengunjunghi 53 negara selama 2 tahun, menulis buku berjudul Honeymoon With My Brother. Endingnya, he falling in love again, get married, and waiting for their baby

Kisah 2 :
Seorang pria berusia 53 tahun. Telah mengabdikan diri dalam dunia jurnalistik selama 19 tahun hingga suatu pagi, ditelpon bosnya dan bilang "Sorry, yo've lost your job". Maka, ia pun memulai menulis kisah yang selama ini hanya berputar-putar di benaknya selama 10 tahun. Endingnya, buku berjudul "The Known World" menerima penghargaan Pulitzer

Kisah 3 :
Pemuda yang ditangkap selaam 15 kali dalam usianya yang belum 15 tahun. Hidupnya bersama gangster, pengedar, germo, mafia dan sejenisnya. Hingga akhirnya ia "dibuang" ke tempat isolasi selama 2 minggu. 2 minggu yang mengerikan tetapi ia mampu melihat sudut pandang yang lain. MAka berjanjilah ia pada dirinya sendiri dan kepada ibunya bahwa sekeluarnya ia dari situ, ibunya tidak akan mencemaskannya lagi. Ia akan menjalani hidup yang lebih berarti, yang lebih bisa ia pertanggungjawabkan. Endingnya, ia kini salah seorang The Rising Star of NBA.

Bismillah..
Putus asa, kecewa, marah, tidak bisa dipungkiri akan terjadi pada kita. Kita diciptakan sudah satu paket dengan emosi-emosi itu. Dan kita adalah pemenang jika bisa mengendalikan emosi-emosi negatif itu, bukan terjebak bahkan diperbudak olehnya.

Suatu masa dalam hidupku, aku pernah merasa begitu desperate hingga duniaku seakan runtuh, hidupku seakan berakhir. Aku terpuruk tanpa tahu bagaimana harus bersikap. Tapi, 2 malaikatku, 2 cinta dalam hidupku, kedua orang tuaku, meyakinkanku bahwa semuanya akan baik-baik saja. Mengatakan bahwa mereka akan berbuat apa saja agar aku bisa berdiri tegak kembali. Hingga, akhirnya aku bisa kembali tegak menjalani hidupku, mematahkan tantangan2nya walaupun tidak mudah.

Putus asa, kecewa, marah, sedih akan datang silih berganti dalam hidup kita. Namun kita tidak perlu dikendalikan oleh emosi-emosi itu. Sangat tidak perlu emosi-emosi itu menghancurkan hari-hari kita, mingu-mingu kita bahkan hidup kita. Pengembangan spiritual akan membuat kita lebih mantap, tenang, dan lebih yakin menjalani hidup ini.

Aku Gak Jadi MAen BAsket

"Mbak eby, bisa ikutan gabung di tim basket jarsat arh? kalo bisa nanti ikut persipan di masjid Unitomo jam 1. pliz datang ya" isi sms dari teman akhwat yang sama2 ngurusi KAMMI Jarsat ARH.
Di-sms gitu, aku seneng banget. Udah lama gak maen basket. terakhir sih pas kelas 3 STM waktu masih tergabung di tim basket putri STM. After berhijab, itu gak pernah aku lakukan lagi. Terang aja aku exciting banget diajak maen. Cuma gak bisa ikut persiapannya karena masih gak di SBY nih.

Pas sms-nya sudah kubalas, dia sms lagi. Katanya yang tanding itu ikhwan. Akhwatnya bantuin nyusun strategi dan nyuporterin. Yaaa, kirain akhwatnya yang maen. Kalo ikhwan yang maen, ya sudah deh. Dan aku juga gak niat nonton atau nyuporterin ikhwan maen. Maen aja sendiri, ngapain pake disuporterin?

@mengubur lagi keinginan maen basket@

Wednesday, August 23, 2006

Kawan-kawan kecilku

Tadi malam aku mimpi gak enak tentang dua sahabatku, santje dan lia. Sebenarnya kisah dalam mimpi itu baik, tapi waktu aku cerita ke tante, kata tante coba hubungi mereka, jangan-jangan ada apa-apa. Perasaanku langsung gak enak.

Kuambil HP, mencari nama santje dalam phone book dan menekan tombol yes
"Assalamu'alaikum" salamku setelah HP-nya diangkat
"Wa'alaikumsalam"
Suara di seberang yang kukenali bukan suara santje tapi suara mamanya. Dengan heran aku bertanya,
"Ma, santjenya mana? kok mama yang angkat"
Aku memanggil mama karena kami udah dekat banget. Pertemananku dengan santje sudah 18 tahun. sejak kami kelas 1 SD, waktu itu usiaku masih 5 tahun. Sampe saat ini, kami tidak terpisahkan walaupun ia sudah balik ke ambon

"Sebentar ya bhy, mama panggilkan" begitu kata mama
"Hallo,," Suara santje terdengar lemah
"San, san sakit? Kok suaranya lemah gitu?" tanyaku
"Iya bhy, san sakit sudah 2 hari" jawabnya
Kami lalu bercerita dan aku menanyakan juga kabar lia yang semalam kumimpikan juga. Setelah berbicara, aku lebih tenang, santje sakit tapi paling tidak, ia tidak kenapa-kenapa. Kedekatan kami bikin feeling kami kuat banget. Waktu Pernah aku sakit di ambon, santje yang lagi di surabaya gak enak hati. Dia telpon berkali2 ke rumah, juga ke rumahnya meminta mamanya ngecek terus keadaanku. Waktu kami sama-sama masih di Surabaya pun, kita sering kontak pas perasaan gak enak, biasanya salah satu diantara kami lagi sakit atau lagi butuh seseorang.

Pukul 07.18, hp-ku bunyi ada sms.
"Asslmkm..eby, pha kabar? Su lama zn ada kbr nich. Bgmn kuliahnya? dah selsai blm? Kapan blk ke amq lg? Dtg jua, katong samua su takumpul lai di amq ni"
Terjemahan bebasnya "Assalamu'alaikum. Eby, apa kabar? Sudah lama gak ada kabar nih. Bagaimana kulnya? Udah selesai belum? Kapan balik ke Ambon lagi? Cepetan datang, kita semua sudah kumpul lagi di ambon nich"
Sms dari lia, teman masa kecilku dulu. Setelah dapat telponku, santje telpon lia, jadi lia sms ke aku. Sebenarnya aku pengen juga kayak mereka, balik lagi ke Ambon. Disana gak pernah kering akan cinta. Selalu ada cinta disana. Lagian, there is no place like home kan? kemanapun kita pergi, rumah selalu jadi tempat kembali kita kan?

But, i dont know. Allah-lah yang punya hak menempatkanku di tempat yang IA inginkan. Dimanapun itu, aku yakin pastilah terbaik.

Buat seluruh kawan masa kecilku, you are my forever friend

Tuesday, August 22, 2006

Hak Yang Terabaikan

Bismillah..
Kumulai hari ini dengan aksi protes dari mana-mana, dari orang-orang yang merasa selama ini telah kuabaikan. Papa dan ibu telpon, dan mempertanyakan kenapa aku gak pernah telpon ke rumah, maunya ditelpon aja. Padahal orang rumah kangen ditelpon. oh ya, papa selasa besok ke Jakarta, moga aja pulangnya bisa mampir Surabaya. Habis itu, aku dapat sms dari tante di Gresik, ngomel2 aku gak pernah nengokin tante lagi, balas sms juga gak. Aduuh, feeling guilty nih.
10 menit kemudian, aku ditelpon sama om di dukuh kupang dan keluarga di manukan. Sama, merasa gak pernah aku datangin lagi. Eh, pas lagi terima telpon mereka, sms bunyi lagi dan isinya dari keluarga di malang yang protes aku juga gak pernah kesana padahal sekarang ini aku harus ada disana, ada masalah yang harus aku ikut selesaikan. Puyeng..puyeng.

Aku teringat beberapa hari yang lalu saat pulang ngajar. Depan pintu kost, ada kertas yang aku tempelin untuk teman2 ninggalin pesan kalo aku gak ada. Sore itu pas pulang, ada pesan di kertas tersebut. Isinya "Ca, ingat dong kalo ada adek di rumah". Itu pesan dari dek ega, adik kandungku sendiri yang baru 1 minggu nyusul ke Surabaya. Waktu itu rasanya bersalaaaah banget. Pas buka pintu kamar, dia sedang tidur. Aku jadi ingat kalo sering juga mengecewakan dek eya, adekku yang sekarang lagi pulang liburan. Dia sering protes katanya aku lebih sering mikirin kerjaan luar ketimbang adek2 di rumah. Beberapa kali aku membatalkan janji sama dia karena ada panggilan amanah mendadak. Kemarin, dek ega minta aku anterin ke Tante di Gresik, juga ke Solo silaturrahim ke keluarga sana. Aku bilang gak bisa dan dia kelihatan kecewa banget. Dia cuma diam dan tidak berbicara apa-apa lagi. Bahkan sekarian kemarin dia hanya tidur menghindari bicara sama aku.

Maka, disinilah aku sekarang. Di rumah tante setelah tadi tante menelpon sampe hampir nangis karena udah lama gak ketemu kita, apalagi sekarang ada masalah yang harusnya aku juga ada untuk menghadapinya. Aku emang sudah 3 bulan gak kesana. Besok, insyaAllah mo ke malang trus lanjut ke solo-jogja beresin yang harus diberesin sekalian silaturrahim, menunaikan hak-hak mereka yang selama ini aku abaikan.

Buat saudara-saudaraku di LDK : Afwan ana gak bisa bantu sambut MABA. Ada hak yang belum ana tunaikan. Ana gak punya waktu lagi selain sekarang karena setelah ini, sudah ada 3 deadline yang ana selesaikan sampai 2 minggu ke depan. Jika kepergian ini ana tunda hingga 2 minggu, ana akan menjelma menjadi orang yang paling dzhalim yang mendzhalimi keluarganya dengan sangat teganya. Afwan

Buat saudara2ku aktivis : Diingat ya hak keluarganya. Jangan kayak aku yang diingetin dulu baru sadar bahwa gak seimbang menunaikan hak

n.b : O iya, aku punya pin baru. Pin berbentuk lumba-lumba. Aku banget deh.

Monday, August 21, 2006

Untitled

Sudah sesore ini,
Kok air mataku belum bisa berhenti ya
Padahal aku tidak mencoba mengingat, terlintas begitu saja
Tapi kenapa mata ini masih mencair
Padahal insyaAllah hatiku masih steril
Sebenarnya apa sih yang kusedihkan?

Dasar perempuan....

Coretan Di Atas Genteng

Dalam hening dan dinginnya embun pagi
Saat jiwa sedang tak tahu ada dimana
Saat batin terhempas dalam jurang ketidakpercayaan
Saat hati memaknai setiap keputusanNYA
Saat diri butuh waktu untuk sekedar duduk
Waktu merenungi semua kata, semua tulisan, semua pikiran bahkan semua angan-angan
Saat gemetar tubuh menghentak,
menyadarkan kekerdilan diri
Maka tak ada tempat selain kembali

saat ini, tak ada yang lebih nikmat selain berduaan dengan Allah,
mengadukan setiap kesah
mengadukan setiap gelisah
mempertanyakan yang tak bisa terjawab
mempercayai apa yang tak ingin kita percayai

Dan maaf itu,
Selalu ada kelapangan untuk mengatakannya
Bukankah hakikat persaudaraan adalah saling memaafkan?
Melupakan?
Entah apa bisa kulakukan
Kadang-kadang kita harus diam dan membiarkan tangan TUHAN bekerja
Yang kuyakini,
setiap luka ada obatnya
Setiap sakit, ada waktu untuk sembuh
ITU SAJA

@Seperti Pilot, aku tak bisa mengubah arah angin yang menerjang pesawat kehidupanku, tapi aku bisa merubah arah sayap pesawatku agar tidak terombang ambing. Aku tak bisa mengubah keadaan, tapi aku bisa mengubah caraku menghadapi keadaan itu. Everything will be fine. Ini hanya bagian dari perjalanan serta pelajaran yang harus kujalani@

Mujahidku, Kau Dimana?

“Keyakinan yang harus dibangun adalah pasangan hidup sudah digariskan oleh Allah. Tapi perjalanan ketemunya mungkin panjang, berliku, mendaki, atau bahkan sederhana & tidak jauh2. Yang pasti semua penantian itu indah jika dilandasi dengan kesabaran & kepasrahan pada Allah. Allah tidak akan salah memilihkan pasangan hidup bagi kita. Harus diakui, burung akan terbang lebih tinggi jika bersayap lengkap. Tapi jika sayap kita belum juga utuh, yang harus kita lakukan adalah mencoba terbang setinggi dan semampu kita bisa hingga ada sayap lain datang melengkapi. Jadi yang terpenting adalah mengisi waktu sendiri untuk hal yang berarti, bermanfaat & mencoba sebisa mungkin menjadi manusia yang bermanfaat di setiap kehadirannya. Penantian panjang pasti berakhir jk qta mampu menikmati semuanya dengan senyum kesabaran”

Dimanakah satu hati itu? Yang dengannya aku bisa berbagi beban, bisa berbagi ruang jiwa. Entah dimana, tapi aku yakin, Allah sedang menyimpannya untukku di suatu tempat, di belahan bumi dakwah yang lain. Allah hanya sedang mempersiapkan diriku dan dirinya hingga pada waktunya nanti, ia akan datang dengan segala kesiapan dan kematangan menyandingku, membawaku menempati sebelah sisi rumah jiwanya hanya padaku saja.

Mujahidku, siapapun engkau, dimanapun engkau, tetaplah berada di jalan dakwah yang indah ini, tetaplah di jalan tarbiyah yang akan mempertemukan kita. Mempertemukan dua juru nasihat, dua pemberi peringatan, dua orang yang senantiasa optimis dalam hidupnya, dua pembaru, dua aktivis, dua ustadz, dua pejuang, dua pemimpin umat dan dua lain-lainnya.

Kita akan jadikan rumah kita sebagai amunisi dakwah. Tempat dimana para mujahid mujahidah, ruhul jaddid, pedang-pedangnya Allah terlahir dan dibesarkan. Aku akan jadi ibu yang terbaik untuk mereka dan kau akan menjadi pelindung terhebat bagi kami. Deal with me?

Dan aku, doakan aku juga. Agar senantiasa menjaga kesucian ini hingga hanya untukmu kupersembahkan. Kelak, jika rumah jiwamu telah kau percayakan untuk aku sebagai ratu, maka itulah saatnya kita saling menarbiyah diri kita. Ingatkan aku atas salahku, dan aku akan jadi yang pertama mengingatkan lalaimu. Aku akan disini, menantimu datang, mengajakku meniti jalan Ilahi, mengajakku berpartner mengayuh perahu hingga ke tepian, SURGA. Jika kelak telah kau percayakan sayapku untuk melengkapimu, dan menawarkan sayapmu untuk melengkapi sayapku, maka kita akan terbang tinggi hingga pintu surga kita capai, insyaAllah.

Mujahidku, apa yang sedang kau cari saat ini hingga membuatmu belum menemuiku? Rupiahkah yang masih kau kumpulkan? Berapa banyak yang kau cari? Ekonomi apa yang ingin kau bangun bersamaku? Bagiku, tak soal berapa rupiah yang kau punya, yang penting ada engkau di sisiku, cukup. Karena dengan keihklasanlah kita akan jalani bahtera itu. Berapapun yang kau punya, yang penting bukan dari yang tak bisa kau pertanggungjawabkan datangnya.

Atau amanahmukah yang membuatmu belum menjumpaiku? Seberapa berat amanah itu? Aku ingin menemanimu menjalankan amanah itu. Aku ingin membersamaimu memikul amanah itu agar segala berat bisa kau bagi bersamaku, agar amanah2 itu bisa kau tuntaskan dan agar ada lagi amanah2 lain yang akan kita kerjakan bersama hingga menjadi pemberat kita di hari akhir nanti.

Dimanapun engkau mujahidku, aku yakin Allah tengah mempersiapkan waktu dan cara yang indah untuk pertemuan kita. Saat ini, marilah berlomba-loma memperbaiki diri, karena bunga yang istimewa hanya untuk yang istimewa. Maka mari kita sama-sama menjadikan diri kita istimewa hingga tiba saaatnya nanti, kita songsong mitsaqon Ghalidzo itu dengan penuuh keberkahan. Siapapun engkau yang Allah siapkan untukku, kutahu Allah punya rencana indah, terbaik untukku dan juga untukmu.

@aku adalah seekor lumba-lumba di lautan tarbiyah, berharap mendapatkan mujahid yang akan mempercantik gerakan-gerakan dan lompatan. Tidak memasung apalagi mematikan@

Sunday, August 20, 2006

Keputusan Allah Akhirnya Datang Juga

Bismillah…
Aku buat tulisan ini di atas genteng rumah. Tempat dimana aku biasanya duduk saat sedang ingin merenungi sesuatu. Melihat langit dengan dekat tanpa ada penghalang membuatku bisa berpikir begitu banyak rahasia Allah yang belum terkuak sehingga setiap keputusanNYA dalam hidupku, tidak boleh tergesa-gesa aku memahami dan menghakimi.

Saat ini ada yang ingin kurenungi. Sebuah keputusan yang harus kuterima, mau atau tidak mau, suka atau tidak suka. Tak kupercaya, air mataku keluar. Padahal, sejak awal aku sudah tahu bahwa kemungkinan ini selalu ada. Aku sudah berkali-kali meyakinkan diriku bahwa apapun hasilnya nanti, skenario Allah pasti indah. Sudah lama kusiapkan diriku untuk keputusan apapun bahkan saat sholat lail dan sholat subuh tadi pun, aku sudah meminta kekuatan untuk menghadapi hasil akhirnya, apapun itu, tapi mengapa air mata itu tetap ada?

Dan kini, saat akhirnya keputusan itu telah diambil (tanpa mendengarkan pendapatku, red), keputusan yang sudah kupersiapkan hatiku untuk menerimanya, ternyata aku gagal menahan air mata ini, aku gagal menahan perasaan sedih dan terluka. Sedih karena Allah belum mempercayaiku memegang amanah baru, menjalankan perintahNYA. Terluka karena keshalihan itu pergi. Kucoba maknai, Allah masih memberiku kesempatan lebih lama mengusung amanah2 yang sekarang, dan IA belum ingin memberikanku amanah baru. Allah memberiku waktu lebih lama menyelesaikan yang harus aku selesaikan sebelum IA memberiku sebuah amanah besar.

Allah, aku percaya telah Kau buatkan jalan lain untuk kulalui. Mungkin saja tujuannya beda dari tujuanku sekarang sehingga engkau tidak mengizinkanku melangkahi jalan menujunya. Atau sebenarnya tujuannya sama, tapi Engkau ingin aku melewati jalan lain untuk kesana, atau melewati jalan itu di waktu yang lain, tidak sekarang. Apapun itu, Engkau tidak akan pernah mengecewakan hambaMU ini. Dan untuk semua ini, terima kasih ya Allah.

@mencoba memaknai skenario Allah. Saat ini, prinsip ketsiqohanku teruji, aku ingin lulus ujian ini@
nb : Kenapa air mata ini tidak mau berhenti juga? Kau tak serapuh ini, bhy. Be strong.

Serial Kepahlawanan

Teringat pembicaraan dengan seorang teman menjelang 17 agustus kemarin di atas bemo sepulang menghadiri sebuah acara. Katanya “bhy, kalo anti ditanya ‘apa yang akan kamu lakukan pertama kali jika dipercaya menjadi presiden?’, dan hanya ada 2 menit untuk jawab, jawabmu apa?”
Langsung senyum-senyum sendiri, bingung jawabnya. Mau jawab yang idealis atau buat lucu-lucuan ya. Berhubung saat itu aku lagi gak pengen ngomong yang berat-berat, kujawab aja “Yang pertama tak kerjakan, kumpulin ustadz-ustadz, trus tanya ‘ustadz, kadernya diamanahi jadi presiden nih, ngapain dulu nih ustadz?”. Jawabanku dibilang asal. Emang asal, wong aku gak niat jawab kok, yeee.

Tapi setelah itu kita ngomong serius sih tentang itu. Yang perlu diperbaiki, perekonomian dulu, soalnya kalo ekonominya lancar, yang lainnya nyusul, kayak pendidikan, moral, macem2 deh. Belakangan ini kejahatan marak dimana-mana kan tuntutan ekonomi juga alasannya, gak jauh deh dari urusan perut. Caranya ya dengan gerakkan zakat. Sudah terbukti zakat bakal bikin ekonomi suatu negara baik. Kesimpulannya, gak perlu bingung-bingung mikir apa yang harus dilakuin pertama kalo diamanahi jadi presiden karena di Islam sudah ada pedomannya, tinggal dijalani saja. Pak SBY baca gak ya blog ini? Kalo baca, buat bapak saya sarankan untuk mencari solusi-solusi permasalahan bangsa dalam Al-Qur’an. Komplit banget deh pak.

Masih dalam perjalanan pulang, karena dalam rangka agustusan, setiap kampung yang kami lewati ramai dengan pertandingan2. Salah satunya pertandingan pukul bantal, dimana dua orang duduk berhadapan di atas bambu sambil memegang bantal guling. Di bawah mereka, tentu saja kali/got besar yang warnanya sudah gak jelas. Setelah itu saling pukul-pukulan hingga ada yang jatuh ke got dan membuat seluruh yang melihat tertawa. Melihat itu, kami kembali berbincang.

“Filosofinya apa sih maen pukul2an bantal? Emang bisa memaknai kemerdekaan dengan pukul bantak kayak gitu?” tanyaku
“ya, mungkin maknanya menunjukan ke kita tantangannya pahlawan dulu ketika berjuang” jawab temanku
“Emang tantangan jaman pahlawan dulu bisa disamakan dengan tantangan pukul bantal? Di jaman pahlawan perangnya pake senjata. Resikonya nyawa. Nah ini, pake bantal, kalah juga paling-paling basah kuyup. Yang lihat juga pada ketawa-ketawa. Lagian aku sangsi mereka ikutan lomba-lomba kayak gini untuk mengenang pahlawan, untuk memaknai masa perjuangan dulu. Ikutnya juga paling-paling karena hadiahnya, sama ketawa-ketawanya. Kasihan banget ya pahlawan-pahlawan kita. Sama juga kayak permainan bawa kelereng di sendok yang diletakkan di mulut dengan jarak tertentu. Memangnya semudah itu apa pahlawan2 kita dulu?” komentarku

Kalo kita mo jujur, sekarang kemerdekaan begitu semu. Kita bilang diri kita merdeka, tapi kita kehilangan penghargaan kepada orang-orang yang membuat kita bisa berteriak “MERDEKA” walaupun hanya tiap 17 agustus saja. Berapa elemen sih yang peduli sama para veteran. Negara? Mana sempat mikirin veteran. Memang sih, insyaAlah ketika mereka berjuang dulu, tidak ada keinginan untuk dipuja puji di tahun-tahun yang akan datang, tapi apa iya kita masih bisa dikatakan punya hati jika menelantarkan mereka?

Paling tidak, mereka sudah berkorban nyawa untuk membuat kita merdeka secara fisik. Ya secara fisik saja. Karena saat ini, penjajah telah datang lagi dalam kaos lain. Fikroh, fun, fashion dan food. Kita hanya merdeka fisik tapi keinginan kita, jiwa kita, obsesi kita masihlah dijajah oleh para penjajah.

@penghargaan&penghormatanku kepada seluruh mujahid-mujahidah bangsa ini@
nb : judul diambil dari serial pak Anis Matta, walaupun kualitas isinya masih jauh banget bedanya.

Friday, August 18, 2006

GAK PAKE LAMA

Belakangan ini lagi populer banget kalimat “gak pake lama” dalam pembicaraan atau sms. GPL, gitu kata orang-orang. Dan aku, orang yang tidak suka dengan kata-kata itu. Jangan harap deh aku bakal merespon sms yang masuk padaku dengan akhiran itu. Malah bikin aku jengkel dan semakin tidak ingin membalas.

Kalimat GPL menempatkanku di tempat yang tidak bia mengendalikan kapan aku harus membalas sms, atau perlu tidaknya aku membalas sms. Dan aku gak suka. Aku yang menentukan iya dan tidak aku melakukan sesuatu termasuk membalas sms.

Suatu kali ada pesan masuk dengan nomer yang tak kukenal, isinya begini : “afwan, anti itu kakaknya aisyah ya? balas gak pake lama”. And you know what? Sms itu tidak kubalas sampe saat ini, bahkan langsung aku hapus begitu selesai kubaca. Itu kejadian sekitar 8 bulan yang lalu. Kenapa? Yang benar saja, seseorang yang tak kuketahui siapa, tiba-tiba saja sms menanyakan keluargaku tanpa tau apa maksudnya dan mendikteku untuk segera membalasnya. Padahal yang terpenting justru dalam sms itu, sertakan nama pengirim. I ignore that sms.

Tadi malam terulang lagi, seorang muridku meng-sms-i meminta tolong dicarikan tempat untuk PKL. Pas baca, niatku sudah mau balas, tapi pas di akhir sms ada tulisan “balas gak pake lama”, maka aku pun tidak membalasnya. Kata GPL menurutku adalah kata yang tidak menunjukkan penghargaan kepada orang lain. Menunjukkan bahwa di dunia ini yang penting adalah kepentingannya saja, maka apapun yang sedang kau lakukan, ada atau tidakada pulsa, kamu kudu balas sms GAK PAKE LAMA.

Suatu kali, pertengahan bulan juli, seorang adek di kost sms dan diakhiri kalimat “balasnya besok pagi aja”. Aku jelas bingung dengan kalimat itu. Pas pulang, aku tanya, maksudnya apa. Jawabnya gini :
“Mbak kan gak suka kalo ada yang sms dengan GAK PAKE LAMA. Jadi ya tak tulis besok pagi aja, maksudnya lama-lama balasnya juga gak apa”. Padahal itu sms penting lho menurutku :-)

Buat teman-teman yang tidak kubalas sms-nya karena kata GPL, aku minta maaf. Gak usah pake kata GPL untuk menandakan sms kalian penting. Aku insyaAllah akan balas sms tanpa harus pake GPL. Kata BLS atau BLS ASAP sepertinya lebih nyaman aku dengar. Lagian, kalo sms kalian benar2 penting, gak perlu pake GPL juga pasti dibalas kok, kalo ada pulsa maksudnya. Jadi, jangan pake kata itu lagi ya kalo sms aku, I don’t like it.

Wednesday, August 16, 2006

Rindu Untuk Ibu

Beberapa hari ini aku kangen banget sama ibuku, wanita yang dari rahim agungnya aku terlahir. Dalam pikiranku tak pernah lepas bayang wajah ibu. Saat ini, ia sedang terluka, hatinya aku tahu sedang terkoyak. Bukan ia yang memberitahuku, ia tak pernah memberitahukan kesedihannya padaku, karena ia selalu bisa melewatinya sendiri. Wanita tangguh yang ada di muka bumi ini begitu luar biasa. Seseorang memberitahuku tentang kesedihannya, dan akhirnya ia menyesalinya karena ternyata ibu berpesan untuk tidak memberitahukan padaku.

Ibu selalu begitu. Ia tak pernah ingin membuatku ikut dalam masalahnya. Ia selalu terbuka dengan bahagianya, dengan susahnya, tapi dengan lukanya? Ia tak pernah berbagi luka karena ia tak mau aku ikut terluka. Tak salah jika aku menganggapnya malaikat dalam hidupku.

Saat ini, sayap itu tengah terluka, teriris begitu dalam hingga mungkin akan patah. Tapi pemilik sayap itu selalu punya sayap lain, yang ia siapkan untuk kami, anak2nya, jadikan sebagai tempat berlindung yang nyaman. Berlindung dari peliknya permasalahan, berlindung dari sengatnya cobaan. Tempat ternyaman bagiku di dunia ini adalah dalam pelukan ibu. Masih kuingat dan kurasakan bagaimana hangatnya ada di balik pelukannya, dipenuhi aroma tubuhnya, menciumi setiap kulitnya, dan aku pun melayang ke langit dan tak ingin kembali.

Kini, ia tengah terhempas dalam sakit. Tapi keteguhannya tak terkalahkan bagai batu karang yang tetap kokoh di tengah lautan. Aku ingin bersamanya, berbagi kekuatan. Aku ingin memegang tangannya, menciumi tangan itu dengan sepenuh jiwaku, dan mengatakan padanya “Bu, semua akan baik-baik saja. Ibu punya Allah, ibu juga punya eby, dan itu cukup bagi ibu”. Tapi , aku tak bisa mengatakannya karena ia tak ingin aku ikut terluka.

Ibuku, wanita yang tak akan pernah habis cerita tentangnya, tak akan pernah usai lukisan kecantikannya. Ibu, aku hanya punya cinta. Yang tetap saja tidak sebanding dengan cintamu. Tidak mampu menggantikan peluh dan air matamu

Ibu, aku hanya punya doa. Memasukkanmu dalam relung hati saat doa terlantunkan. MemintaNYA menjagamu.

Ibu, ketegaranmu bagai oase dalam hidupku. Air matamu adalah pelecutku, senyummu adalah napas kehidupanku

Ibu, hati ini telah penuh dengan namamu, hingga berlubang hati ini merindukanmu
Allah, kutitip ibuku, karena Engkaulah sebaik-baiknya penjaga.

@Dalam keheningan malam, saat rindu ini tak terbendung lagi@

Sepi....

Bismillah..
Kesedihan mulai mewarnai dunia dakwahku di kampus. Tadi siang, salah seorang mbak yang kucintai karena Allah datang ke kost-an. Ngobrol-ngobrol hingga tiba saat ia menyampaikan rencananya pulang kampung, meninggalkan Surabaya sebelum ramadhan, it means kurang dari sebulan. Hati ini menangis lagi, kucoba membujuknya agar menunggu paling tidak hingga wisudanya nanti, tapi kerinduan berkumpul dengan keluarga sudah memenuhi pikirannya. Kuhargai keputusannya tapi ada yang tergores di hati ini. Apalagi ketika beliau memberitahu bahwa salah seorang mbak yang juga kucintai karena Allah juga akan meninggalkan Surabaya setelah Idul Fitri.

Lagi, aku merasa kesepian. Cerita yang kurangkai dalam kehidupanku bersama mereka terlalu indah. Pernah aku sadari, bahwa ada saat dimana kami harus bergerak maju, dan memilih jalan kami masing-masing, yang tak kusadari, sudah begitu dekat waktu itu tiba. Aku belum siap berpisah dengan mereka.

Ya Allah, bukan aku akan rapuh tanpa mereka, bukan aku akan mundur dari dakwah jika tak ada mereka, tapi aku mencintai mereka dan bukankah setiap cinta ingin selalu bersama yang dicintainya? Maka Ya Allah, teguhkanlah kami di jalan ini. Eratkanlah ukhuwah kami ini. Kami berkumpul karenaMU dan kami pun akan berpisah karenaMU.

Semakin kuat kusadari, bahwa ukhuwah ternyata begitu indah. Semoga jika tiba saatnya nanti kami terpisah, kami akan dikumpulkan kembali oleh Allah di pintu surgaNYA karena fisik kami terpisah, tapi darah kami mengalir di jalan yang sama dan ingin berujung di akhir yang sama.

Mbak anis, mbak ana, eby sayang anti. Eby pernah bilang kan kalo eby sayang? Dan akan selamanya begitu, insyaAllah.

NB : Sebelum di publish tulisan ini, dapat kabar kalo mbak ana sepertinya lebih awal kembali. Awal bulan depan sudah pulang kampung. hik..hik..aku mewek mewek lagi malam ini

Tuesday, August 15, 2006

Sudahkah Kita Tarbiyah?

Bismillah..
Aku punya satu buku baru. Judulnya "Sudahkah Kita Tarbiyah. Refleksi Seorang Mutarabbi", kalo gak salah tulisannnya Eko Novianto. Baru baca dua bab sih jadi belum bisa kasi komentar. Ada yang sudah baca?

Bukunya bagus. Pas baca itu, kadang manggut-manggut sendiri, kadang senyum sendiri, kadang juga mikir benernya. Memang banyak yang perlu dibenah.
Nanti kalo aku sudah selesai bacanya, baru deh dibedah disini. Intinya sih, jangan ngaku tarbiyah kalo cuma sekedar punya jadwal pekanan, kalo punya murobbi, kalo punya mutarabbi, kalo dapat materi yang berkelanjutan. Karena tarbiyah bukan hanya pada hal2 formal seperti itu. Tarbiyah itu perubahan. Sudah berubah gak sih kita?

Bahasnya nanti aja ya. Atau pada beli deh, insyaAllah gak rugi. Nanti kita bedah bareng2, setuju?

Amanah Baru

Bismillah...
Ada yang gak enak hari ini. Tadi pagi jemput dek Ega di bandara, pesawatnya lama banget landingnya. Aku di bandara sudah sejak jam 9. Katanya pesawatnya tiba jam 1.2 10, ternyata gak nongol2. Kira2 15 menit dari jam 9, pahri, my cousin muncul di depanku ikut jemput dek ega. Lagi ngobrol soal keluarga, ada sms dari dek ega yang bilang sudah landing. Alhamdulillah

Tunggu, gak muncul2 juga. Akhirnya ditelpon, katanya lagi nunggu satu karton belum ada. Tapi lamaaa banget. Ada kali 45 menit nunggu satu karton. Begitu keluar, ternyata kartonnya itu gak ada. Astaghfirullah, karton itu gak tau dimana. Sudah buat laporan sih dan katanya kalo mau nunggu sampe jam 1.

Pas aku tanya isi karton apa? Katanya kue kering dari Ambon, sagu plus ikan goreng. ADuuuh, itu kan gue banget. Aku sudah bayangin makan ikan sejak semalam. Sudah bisa juga ngebayangin ibu tadi malam masak ikan itu dan sekarang kartonnya gak ada. Penting banget tuh. Oke, mungkin ada yang mo bilang "cuma ikan ini". Jangan salah, gak ada deh yang nyamain bikinan ibu walau cuma ikan goreng. Apalagi ikan disini gak enak, gak ada rasanya. Makanya setiap ada yang datang, requestku ya ikan goreng. Biarin konyol. Enak kok.

Sekarang sudah jam 5. Tadi mutusin gak nunggu, nanti telp aja dan kalo sudah ada baru ambil di bandara. Tapi ditelpon berkali2 ke Lion Airnya gak nyambung2. Kok bisa ya kesasar? Jelas jelas di karton itu ada tulisan Surabayanya, kenapa bisa ketinggalan di makassar atau malah terus ke Jakarta?

Balikin dong ikanku.


Oh ya, ngomong-ngomong soal kedatangan dek Ega, berarti aku dapat satu amanah baru lagi. Setelah sebelumnya berdua sama dek eya sekarang kita bertiga. Rasanya kayak aku punya 2 anak yang harus aku urus. Gimana gak, kesimpulannya, aku pengganti ibu dan papa buat mereka. Memastikan mereka baik2 saja selama di rantau adalah tugasku. Ini tahun ke 10-ku keluar dari rumah orang tua, menjalani hidup di rantau, dengan itu semoga aku bisa membimbing adek2ku yang baru saja belajar mandiri, seperti ulat yang baru keluar dari kenyamanan kepompongnya menghadapi dunia luar. Dan aku, harus selalu ada di dekat ulat baru itu, hingga sayapnya tumbuh, indah dan dapat terbang sendiri. Bismillah, semoga amanah ini bisa aku jalankan dengan baik.

Ibu, Papa, dengan cinta dan kepercayaan kalian padaku, aku akan bagai mata air bagi mereka. Semoga. Doain eby ya

Monday, August 14, 2006

Mempertajam Kepekaan Spiritual

Bismillah..
Baru pulang ikut kajian akbar interaktif IKADI JAtim di Masjid Al Akbar Surabaya.
Temanya tentang "Mempertajam Kepekaan Spiritual" oleh Ust H Muhamad Sholeh Dreihem Lc. M.Ag.
Dari bahasan yang menarik, kesimpulannya satu : Kalo hati kita baik, kalo hati kita bersih, kepekaan spiritual kkta bakal tajam. Kalo sholat kita tidak lagi terasa nikmat, kalo tilawah kita tidak lagi masuk ke dalam hati, kalo qiyamul lail kita terasa berat, maka evaluasilah, bagaimana hati kita saat ini.

Ini ada oleh-oleh yang tidak seberapa yang ingin aku bagi. Semoga bermanfaat

Maksiat-maksiat yang Dapat Menjadi Racun Bagi Hati:
1. Banyak berbicara. Belebih-lebihan dalam berbicara. Tentu saja ini dimaksudkan untuk pembicaraan yang tidak bermanfaat. Lisan hanya harus untuk amar ma;ruf nahi munkar dan berdzikir. Dari Anas Bin Malik : "Tidak akan lurus iman seseorang, jika tidak lurus hati seseorang. Tidak akan lurus hati seseorang jika tidak lurus lisannya"

2. Mengumbar pandangan mata. Melihat yang diharamkan Allah dengan syahwat. Perangkap setan itu masuknya lewat mata. Awalnya memandang, kemudian senyum, diteruskan ke saling salam, kemudian berbicara. Sudah itu buat janji dan bertemulah. Saat itulah setan hadir diantaranya. Sungguh, pandangan mata adalah anak panah beracun yang dipanahkan oleh iblis kepada manusia

3. Berlebih-lebihan dalam mengkonsumsi makanan. Hadits "Tidak ada bejana yang paling kubenci selain perut yang diisi penuh dengan barang yang halal". Halal aja gak disuka kalo berlebihan, kebayang dong gimana kalo haram

4. Salah dalam memilih teman. Teman disini ada dua jenis. Pertama, teman hidup/pasangan. Kudu selektif milih. Kalo yang ini panjang banget bahasannya tadi tapi aku gak mau bahas sekarang. Teman yang kedua, teman karib. Karena kualitas iman seseorang bisa dilihat dengan siapa dia bergaul.

Kalo sudah tahu 4 yang bisa meracuni hati, kita berarti perlu tahu juga obatnya. Ada 8 resep untuk menghidupkan hati.
1. Dzikrullah
2. Tilawatil Qur'an. Yang ini jangan karena kejar target, tapi berusahalah benar2 membaca dengan hati
3. Istighfar. Rasulullah saja tiap hari beristighfar 70-100 kali
4. Do'a
5. Shalawat kepada Nabi. Shalawat yang paling dicintai RAsul adalah Shalawat Ibrahimi, yang kita baca pas tasyahhud akhir itu lho
6. Qiyamul lail
7. Zuhud terhadap urusan dunia. Maksudnya meletakkan dunia secara proporsional
8. Selalu mengevaluasi diri

Ada bonus nih. Ada 4 sifat yang harus dimiliki para penegak amar ma'ruf nahi munkar. Yaitu lembut, sabar, tenang menghadapi masalah dan berdo'a.

Semoga bermanfaat ya. Afwan Jiddan

Sunday, August 13, 2006

Haruskah Aku Menangis?

Tak bisa kutahan perasaan pagi ini. Hatiku sesak berisikan sebuah puzzle raksasa kepingan bernama KECEWA. Seseorang yang selama ini kubanggakan, pahlawan dalam hidupku, kini ia pula yang melemparku jauh dalam kekecewaan.

Serasa tubuh ini diangkat setinggi-tingginya, kemudian dilemparkan begitu keras ke sebuah gurun bernama GURUN KEKECEWAAN, justru oleh orang yang tidak pernah mengecewakanku selama ini dan kupikir akan selamanya begitu sampai aku atau ia menutup mata. Meninggalkanku disana tanpa ada perbekalan walau hanya setitik air. Tak kupercaya ini terjadi dalam hidupku. Begitu banyak yang terjadi, banyak hal yang sudah kulalui. Satu persatu kubenahi, mencoba melihat dari sisi yang lain setiap permasalahan, mencoba merubah arah sayapku ketika angin kehidupan menggoyangkan hidupku. Tapi, kali ini, sisi apa yang harus kubenarkan? Alasan apa yang bisa kuterima? Tidak, aku tidak bisa menerimanya. Untuk alasan apapun, aku dan orang-orang yang kucintai tidak bisa menerima ini. Tidak kupercaya. Bagaimana bisa hal ini terjadi? Tidak, aku tidak ingin mempercayainya. Allah, mengapa ini terjadi? Kenapa ini terjadi? Allah, bukan ku menolak, kuhanya pinta kekuatan KAU alirkan untuk kami.

Aku masih ingin menganggap ia pelitaku, hadiah terbesar Allah untukku, masih ingin menganggap ia-lah napasku. Tapi apa aku masih punya alasan untuk itu? keyakinanku tidak sekuat dulu lagi. Oke, aku akan fair. Aku tetap harus mendengar penjelasannya terlebih dahulu. After that, we will see, apa ia masih pelitaku yang terang benderang, ataukah ia telah menjadi pelita yang meredup bahkan mati.

Buat yang juga sakit, Allah tidak akan menguji kita di luar kemampuan kita. Bahu ini, tempat untuk kalian menangis. Dan jangan mengira aku tak punya hati jika tak ada air mata. Bukan aku tidak punya empati, Saat ini, ia tak pantas mendapatkan air mataku. No matter what, I am with all of you.

Saturday, August 12, 2006

A Lovely Pet

Semalam ada berita duka dari mita, sahabatku. Beberapa hari yang lalu, mita kecelakaan. Tapi alhamdulillah sudah gak apa. Yang terbaru, kemarin ayam peliharannya mita meninggal. SMSnya dengan ikon sedih gitu.

Aku bisa bayangin gimana sedihnya mita, dia pasti nangis nangis soalnya ayam itu dia pelihara sejak kecil. Pas burung peliharaannya mati, mita juga sedih banget dan aku liat itu. So, sekarang bisalah aku bayangin sedihnya mita sekarang.

Tiba-tiba aku teringat dengan nuri, burung nuri peliharaan tante sekeluarga waktu masih di ngagel. Burung itu sudah lamaaaa banget jadi bagian keluarga itu. Sampe-sampe sudah menyatu banget dengan kami. Waktu nuri meninggal, suasana rumah ngagel kayak orang berkabung. Tante, Om, Mas Buyung dan Mbak Ratih kehilangan banget. Tante berhari-hari nangisnya. Kadang malah duduk dengan tatapan kosong memandangi tangga rumah, tempat dimana nuri melakukan aktivitas kesehariannya, dan tidak berapa lama kemudian, tante pun menangis tanpa suara. Selalu begitu berhari-hari.

Mas memasukkan nama Nuri dalam daftar terimakasih skripsinya, mbak sibuk menyalahkan mas yang gak peka kalo nuri lagi sakit dan kenapa gak dibawa ke dokter. Aku? Aku kehilangan juga, walau memang tidak sebesar tante, mas dan mbak ratih. Gimana gak kehilangan? Sudah beberapa kali aku diberi gigitan cinta kalo ngasi pisang. KAdang kami jadi sahabat baik dengan nuri bergelantungan di bahuku, kadang juga dia agak galak. Satu lagi yang kehilangan, bukal. Dia yang selalu mandiin nuri, dia yang selalu beri makan nuri, maen bersama nuri bahkan mereka bisa bercanda saling gigit.

Makam nuri di bawah pohon belimbing depan rumah ngagel sudah gak pernah dikunjungi lagi, soalnya tante sekeluarga sudah pindah ke driyorejo. Disana, ada nuri baru lagi. Masih kecil. Belum sedekat almarhum nuri tapi sudah mulai bisa berinteraksi. Merespon kalo diajak ngomong, ikut teriak2 protes kalo kita gak ngasi makan dia padahal kita sendiri lagi makan.

Aku gak pernah punya binatang peliharaan. Dulu pengen punya ayam. Sudah ada ayamnya, tapi baru beberapa jam, mati di depan mataku sendiri. Waktu itu rasanya takuuut banget. Trus pengen punya kelinci, sudah siap2 beli, tapi mikir lagi. Aku gak telaten, kasihan kalo mati juga. Gak jadi.

Sekali waktu pernah punya bunga. Bunga pemberian salah satu teman se-kajian pekanan. Waktu ngasih, dia bilang "mbak ebhy, anti harus jaga bunga ini. Selama bunga ini baik2 saja, berarti ukhuwah qta baik2 saja walaupun qta jauh". Waktu itu aku merinding. Gak mau dong, ukhuwah tergantung pada satu pot bunga. Jaga sih bakal jaga tapi kalo ukhuwahku dipertaruhkan dnegna bunga ini, aku gak mau. Soalnya aku gak telaten ngurusi hal2 seperti itu. So, aku ngomong aja "Afwan ukh, bukannya pesimis tapi bunga ini kayaknya gak bakalan lama hidup kalo aku yang pelihara. Jadi jangan deh ukhuwah jadi taruhannya"

Dan benar saja, usia bunga itu gak sampe 2 bulan. Aku gak telaten nyiram plus ganti tanah. Apalagi pupuk, gak pernah ngasih itu. 2 minggu lalu waktu kajian pekanan, dia tanya "mbak, gimana bunganya? masih hidup?
Aku bilang aja "Afwan, udah lama banget matinya. Usianya cuma 2 bulan. Afwan ya"
Dia ketawa dan bilang "Mbak..mbak, gak telaten amat sih. Padahal aku sudah sengaja milih bunga yang paling mudah rawatnya"

Aku jadi malu sendiri. Bunga yang paling mudah perawatannya saja bisa mati dengan cepat di tanganku. Bagaimana dengan bunga yang perlu perlakuan khusus?

Terpikir satu hal, aku pengen punya kaktus saja deh.

Mungkinkah Kami Meninggalkan Da'wah?

Jika olahragawan bisa mengalami masa pensiun karena usianya yang renta dan kekuatan fisiknya yang melemah. Jika seorang pegawai akhirnya menemui saat pensiun karena usianya telah melewati batas ketentuan umum kepegawaian. Jika seorang artis harus meninggalkan pentas karena keterampilan dan keindahan aktingnya telah digerogoti usianya. Tapi, para juru da'wah, tidak mengenal kamus pensiun dan berhenti dari panggung da'wahnya. Kami dan saudara saudara kami di jalan ini tidak mengetahui ada kondisi yan mengharuskan kami mundur dari gelanggang da'wah karena faktor usia, kemampuan fisik yang menurun, pikiran yang sulit difungsikan secara maksimal, atau bahkan karena kondisi ekstrenal yang memaksa kami untuk mundur. Singkatnya, kondisi apapun tidak akan menyebabkan kami 'uzlah atau pergi meninggalkan jalan ini.

Di jalan ini, kami mempelajari bagaimana kisah sebagian Anbiya dan para da'i yang pernah memilih 'uzlah dari tugas da'wahnya. Kami merenungi secara seksama baaimana orang-orang sebelum kami mundur dari arena da'wah dengan alasan para objek da'wahnya. Diantara banyak kisah itu, adalah kisah Nabiyulah Ibrahim as tatkala ia berniat menjauhi kaumnya dan tidak mau menghadapi problematika da'wah yang ia hadapi dari kaumnya seperti yang tergambar di Surat Maryam ayat 48-49.
Ada pula kisah Nabiyullah Musa as seperti dalam Ad-Dukhan : 20-21. Ada pula kisah pemuda Kahfi yang menghindar kaumnya degan berlindung di dalam gua

Tulisan diatas adalah sedikit pembuka esai "Mungkinkah Kami Meninggalkan Da'wah?" yang bisa antum antunna baca di bukunya M Lili Nur Aulia "Beginilah Jalan Da'wah Mengajarkan Kami" terbitan Da'watuna.

Tulisan itu kurenungi kembali setelah baca tulisan di blog ukhti fathi (Syukron ukhti) saat dimana BEM UI suksesi. Membaca tulisan fathi, aku seperti dibawa ke bulan depan. Bulan depan, KMBI, LDK tercintaku insyaAllah akan suksesi. Penggambaran fathi kuat banget membawaku mencoba meraba "seperti itukah rasanya bulan depan?". Tidak lagi ada di sana, memberi kesempatan kepada ruh baru mengisi pos yang akan kutinggalkan. Rasanya seperti tak rela tapi setiap zaman ada batas waktunya. Mungkin waktuku sebentar lagi habis.

Memang, tak ingin benar2 kutinggalkan KMBI-ku. Hanya saja, tidak lagi memiliki KMBI secara utuh, aku perlu menata hatiku. Karena, aku terlanjur membayangkan, aku ada di sekret KMBI bersama saudara2 tercintaku melakukan banyak hal, menyusun konsep demi konsep dan sebagainya.
Sudahlah, harus kuoptimalkan sebulan tersisa ini. Sekret itu harus mendapat sentuhan tanganku. Ingin kuukir sejarah di dalam sekret itu. sekret Ruhul Jaddid Fii Jasaadil Ummah

Dan pasca itu, jika ada yang bertanya "Mungkinkah kami meninggalkan da'wah?". Maka hanya ada satu jawaban : "TIDAK, TIDAK ADA KEMUNGKINAN ITU. KAMI AKAN JADI BAGIAN DA'WAH HINGGA KAMI MEMENANGKANNYA ATAU KAMI MATI KARENANYA"

Ada juga akhirnya kelas yang tenang

Ini minggu ketigaku ngajar.
Minggu pertama yang berlalu dengan permainan emosi. Minggu kedua dengan kelas yang berbeda tapi lebih tenang dari kelas di minggu pertama. Ada sih yang nakal tapi wajarlah, masih bisa kutolerir.
Dan minggu ketiga ini benar2 tenang. Tanpa harus teriak teriak, mereka sudah tenang. Menjelaskan dengan suara yang pelan pun, yang duduk paling belakang sudah bisa dengar, saking tenangnya. Kelasnya juga lebih hidup. Diskusi berjalan lebih semarak. Gue banget deh. Sayang besok gak ngajar soalnya sekolah mulai Porseni menyambut tujuh belas agustus.

Maafku

Katanya, setiap manusia punya kembaran 7 di dunia. Aku sih sudah pernah lihat 2 orang yang mirip aku. Gak mirip-mirip banget sih, ada-lah bagian yang mirip. Itupun kata orang2 yang melihatnya. Tadi, waktu masuk kelas, salah satu muridku menarik perhatian. Wajahnya mirip dengan seseorang dari masa lalu. Mirip banget sampe2 aku tidak berhenti memfokuskan pelajaran hari ini ke dia. Menanyakan materi, memberi ia kesempatan berbicara, hanya ingin mencoba melihat lebih jauh apa cuma fisik saja? Ternyata cara ia duduk, cara ia melihat, mirip.

Murid itu menarik perhatianku karena seseorang dari masa lalu itu tidak kutahu lagi dimana rimbanya. Daerahnya adalah daerah yang baru saja terkena bencana. Aku tak tahu apa ia masih hidup dan aku pun tak tau bagaimana mencari tahu. Entahlah, tipis banget antara “tidak tau bagaimana mencari tahu” dengan “tidak mau tahu”.

Pernah sih ada masalah, dan itu membuatku sangat kecewa. Tapi harus kuakui, aku juga telah mengecewakannya. Maaf itu sudah terucap, tapi melupakan? Bagian itu yang sulit. Dimanapun anda, aku minta maaf telah mengecewakan. Kita sama2 terluka, tapi untuk anda tahu, lukaku sudah sembuh, kuharap lukamu juga sudah. Semoga yang terbaiklah yang sedang kau jalani sekarang. Terimakasih pernah telah membuatku bahagia berteman denganmu

Wednesday, August 09, 2006

The 6ers, The 6ers +, dan The 6ers ++

Kabar baik datang dari memet The SIXERS. Sabtu kemarin memet tunangan sama hilda. Acaranya di Gresik di rumah Hilda, jadi aku gak datang soalnya pasti pulangnya malam banget.

Buat memet dan hilda, aku pengennya kalian cepat2 nikah. Tak bantu deh nyiapinnya. Hil, kayaknya bentar lagi kamu bakalan jadi "The SIXERS +". Selamat Bergabung di Dunia SIXERS penuh warna.

Kabar dari The SIXERS lainnya, endhy. Baru saja diberi karunia oleh Allah, bayi mungil bernama Muh Rangga Pratama. Kalo Budi, nama suami endhy itu "The SIXERS +", maka si kecil Rangga jadinya "The SIXERS ++"

Buat seluruh The SIXERS + dan The SIXERS ++, selamat Bergabung.
The SIXERS, brotherhood never ends

Ada Apa Sih Ini?

Hati ini rasanya teriris. Aku kosong, aku merasa hampa. Serasa dipermainkan oleh keinginan2 orang lain. Ingin rasanya berontak, ingin rasanya berteriak mengatakan bahwa aku juga manusia, bahwa pendapatku juga harus didengar sebelum kalian menentukan sesuatu yang ada sangkut pautnya pada diriku.

Oke, aku tetap teguh dengan prinsip ketsiqohanku tapi tidak bolehkah aku tahu kenapa itu yang diputuskan? Kenapa tidak mendengar pendapat dulu? Kenapa tidak mengajakku bicara dulu. Tiba2 saja aku diberitahu tentang perubahan. Tidak, aku tidak memprotes perubahan itu. Tapi salahkah kalo aku ingin tau mengapa ada perubahan? Bahkan Imam Hasan Al-Banna pun mendahulukan paham daripada tsiqoh. Kali ini, aku tetap tsiqoh, aku hanya ingin tau kenapa. Itu saja. Berlebihankah?

Tuesday, August 08, 2006

Gagal = Allah punya rencana lain

”Mbak, hari ini aku gagal”. Kata seorang adek sekost-an
Setelah mengatakan itu, bahuku langsung dirangkulnya dan ia pun menangis di bahuku. Aku tak ingin bertanya apa-apa. Kubalas rangkulannya, kupeluk ia erat-erat, mecoba mengalirkan kekuatanku, mencoba hingga ia bisa merasakan dari pelukanku bahwa aku bersamanya, aku merasakan kepedihannya

Ia hanya menangis, tak berbicara apa-apa. Dan aku pun tak mau memaksa ia bicara.
“Menangislah dek. Keluarkan semuanya. Menangislah, tidak ada yang salah dengan menangis” kataku

Setelah menangis, ia lepas rangkulan itu dan mengalirlah cerita tentangnya hari ini yang membuat ia begitu terluka. Untaian kata demi kata ia kisahkan hingga seluruh perasaan itu tumpah. Masih dengan air mata yang sama, kebingungan dan ketidakpercayaan bahwa ini terjadi pada dirinya. Dibuka dengan ..
“Mbak, aku gagal lulus tahun ini. Dosen pembimbingku tidak mengizinkanku maju. Tadi aku bahkan sudah dalam ruangan tapi aku tidak diizinkan berbicara, partnerku yang maju dan aku tidak diizinkan. Aku gak tau mbak, kenapa bapak itu segitu teganya…..”
Panjang mengalir kisah darinya sejak ia mulai mengerjakan TA hingga tiba waktunya, harus terganjal di salah satu dosen yang menurutku tidak cukup bijak.

Aku berusaha menyelami perasaannya. Tidak sulit untukku, karena aku pernah berada di tempatnya. Bedanya, ia masih begitu rapuh menerimanya. Kuyakinkan pada dirinya bahwa ada rencana Allah yang lain untuknya, rencana yang lebih indah. Aku sangat megerti perasaanya. Perasaan yang dimiliki oleh seluruh manusia di muka bumi, perasaan tidak ingin menyakiti orang tua, tidak ingin mengecewakan mereka. Ingin rasanya ia pulang ke rumah dan mengabarkan kelulusannya, tapi itu harus tertahan sampai tahun depan. Padahal seharusnya itu bisa ia lakukan sekarang.

Penghargaan terhadap proses, itulah yang seharusnya setiap orang bisa lakukan. Atas nama kepentingan pribadi, atas nama kepentingan nama pribadi, tidak semestinya dijadikan pembenaran bahwa orang lain boleh diabaikan. Proses yang telah dijalani orang lain seharusnya menjadi satu pertimbangan dan layak mendapat penghargaan kecil, paling tidak kesempatan. Berada pada posisi posisi penting, pada posisi dibutuhkan pun tidak seharusnya membuat kita takabbur dan merasa berhak menentukan hidup seseorang harus berhenti kapan, kuliah seseorang harus selesai kapan.

Kepada bapak yang di luar sana, adekku ini sudah bisa menerima apa yang Allah putuskan untukNYA lewat bapak. Tapi, ia hanya minta bapak tidak dengan dzhon bapak bahwa ia hanya ndompleng. Karena bapak tidak tahu, siang malamnya habis untuk menyelesaikan TA ini, yang tidak sedikit pun bapak hargai. Ia memaafkan bapak, walaupun bapak tidak meminta bahkan mungkin bapak tidak merasa bersalah. Tapi ia sudah tidak menyalahkan bapak lagi. Terimakasih ya pak telah melukai adekku itu.

Adekku sayang, you aways have my shoulder to cry on. InsyaAllah orang tuamu bisa mengerti bahwa tidak ada maksud dirimu mengecewakan mereka. Kau telah melakukan yang bisa kau lakukan, tapi ada saat dimana takdirlah yang akan berlaku. Dan dek, wilayah takdir adalah wilayah dimana kita tidak punya pilihan selain MENERIMA. Yakinlah bahwa gagal adalah bukan karena kita tidak bisa, tapi gagal adalah karena Allah punya rencana yang lain untuk kita, tentunya rencana yang jauh lebih indah dan satu hal lagi, percayalah bahwa semua akan datang pada saat yang tepat.

Monday, August 07, 2006

Kisah My Dear GPS lagi...

my GPS kehilangan sendalnya di masjid tadi. Ini syuro terakhir “Palestina Training Centre” bersamanya. Tapi, ketika kita masih mencari dan belum ketemu berbumbu pertanyaan kok bisa? Terdengar ada seorang bapak yang bertanya “sepeda saya mana? Tadi saya parkir disini?”

Subhanallah, maha suci Allah, ampuni kami yang tidak tau bersyukur ini. Baru Engkau uji dengan kehilangan sendal saja sudah kebingungan, padahal ada hambaMU yang kau uji dengan kehilangan sepeda. Ampuni kami ya Allah

Akhirnya, ia mengantarku pulang tanpa sendal. Ukhti, ini bagian kisah indah perjuangan kita di LCD. Jangan lupa ya masukin di biography tentang tim kita yang denger2 mau anti buat.

Ana uhibbuki fillah. Hati-hati berangkat besok. Kita masih se-DPW kan? So, masih ada lah kemungkinan ketemu. Kayaknya bakal jadi Kewanitaan DPW sana nih, kata anak-anak.
Kangen dari eby-mu selalu

Ikhwan kok manja

Ada ya ternyata ikhwan manja? Malees banget deh...
sudah 2 ikhwan manja kutemui. Gak banget deh
Diminta tolong ini, gak bisa, diminta ngerjain itu, belum apa-apa udah bilang gak bisa. Padahal kita para akhwat malah sudah beritau caranya. Apatis banget. Emang sih, konseptor plus revolusioner abis, tapi kalo cuek bebek gitu dengan keadaan sekitar, nanti dulu mas. Katanya ikhwah harus saling bantu. Tapi kok apatis banget dengan hal2 teknis gini. Gak bisa gitu juga kali..

Sampe-sampe ada celetukan akhwat iseng gini "Bukan ikhwan idaman". Denger akhwat itu bilang gitu, ana hanya bisa menimpali sambil senyum, "Hati-hati lho ukhti dengan ucapannya"

Sunday, August 06, 2006

Gelombang Putih Itu

6 agustus 2006
Dingin yang mendera menghentikan langkahku untuk beranjak
Namun ...
Tersentak oleh gencarnya pemberitaan hangat suasana di luar sana
Terbayang kembali gelombang putih meneriakkan AllahuAkbar di jalan Raya
Dingin itu pun pergi
Ia tak mampu lagi menghentikan langkahku
Ia tak mampu mengalahkan satu keinginan sederhana
Menjadi bagian gelombang putih itu, sekali lagi
Toh, hanya dingin
Nun jauh disana, Peluru peluru seperti hujan
Maka dingin ini belum seberapa
Jika nanti, dingin itu menerpa kembali
Tak akan ku mengeluh
Akan kunikmati lagi
Karena aku telah menikmati hangatnya gelombang tadi