Saturday, December 22, 2007

Ini Tentang Ibu


Seorang Wanita bermahkota Ibu
Menggenggam jari-jari kecil
Ikatan ini tidak kan ternoda
Karena tautan ini,
Tautan darah dan aqidah dan rahmat dari ALLAH

(Lagu Untuk Ibu - Brothers)



Ini tentang seorang wanita bernama Ibu.
3 kata yang tak pernah selesai dijelaskan keindahannya.
Yang kemurnian cintanya tak ditemukan di tempat manapun
Yang hatinya adalah tempat kembali sejauh apapun kaki membawa raga pergi.

Malaikat berwujud wanita mulia yang selalu ada
menemani hari-hariku, menertawai candaku
Membelai sedihku dan senyum atas bahagiaku
Ibu......begitulah namanya

Sederhana panggilannya
Sesederhana itu pulalah ia mengajariku banyak hal
Dalam tawa dan tangisnya, juga dalam marahnya
There is always love

Belum juga diri ini mampu membuatnya bangga
Masih saja diri ini lebih menginginkan bahagia pribadi
Tak kunjung pula ia menjadi prioritas uatama
Tak pernah senyum kutawarkan saat tangisnya

Ibu,
Jelang hari Ibu ini aku tau tak ada yang kau tuntut
Bahkan kau mungkin tak tahu bahwa besok adalah harimu
Kau bahkan tak peduli bahwa besok itu harimu

Karena yang kau tahu,
Setiap hari adalah harimu menumpahkan cinta
Lewat masakanmu yang selalu kurindukan saat jauh
Lewat bersihnya pakaianku yang noda meski sudah berulang-ulang kucuci

Ibu,
Kau tak tahu bahwa wanita-wanita mulia sepertimu
Mendapat hari khusus oleh masyarakat dunia
Tapi mari kuberitahu,
Itu bukan hal yang penting
Karena, dengan semua cinta yang kalian berikan
Kalian para Ibu, telah mendapat tempat khusus oleh Allah
Mendapat pengakuan dan kepercayaan menjaga kami
Dan menempatkan surga di telapak kaki kalian

Ibu,
Ingin rasanya aku berbakti padamu
Hingga diri ini merasa pantas
untuk bersujud, bersimpuh mencium surga di kakimu


ps : Maaf bu, besok eby sudah terlanjur janjian sama teman2. Tapi hari ahad lusa, kita berdua having fun ya. I'll go anywhere you want to go. Kita facial, kita makan2, kita shopping, pokoknya apapun yang kau inginkan, kau adalah Ratu yang akan kupenuhi segala titah. Love you, mom...

Monday, December 17, 2007

Kernet juga manusia

Bismilahirrahmanirrahim..

Benarlah apa yang dikatakan orang-orang bijak, bahwa dengan melakukan perjalanan akan ada banyak hal yang kau pelajari. Hidup saya kini dipenuhi perjalanan demi perjalanan. Dan kali ini pelajarannya adalah toleransi, saling mengerti kedudukan sesama kita.
Seorang supir pernah dengan marah-marah mengomeli pengendara di depannya yang tidak becus mengemudi dan memperlambat lajunya. Ia pun marah-marah gak jelas kepada penumpangnya sendiri karena meminta turun di tempat yang dilarang. Dengan semua alasan dia marah-marah, memang dia benar tapi dengan caranya, itu benar2 gak masuk di akal. Kayaknya marahnya dia melebihi kebutuhan orang-orang yang dia omeli untuk mendengar.

Perjalanan yang lain, ada kanek (kernet, red) yang juga tidak sabar meladeni permintaan penumpangnya. Ada yang gak mau duduk di belakang, padahal maksud kanek itu tadi biar gak menghambat penumpang yang mau naik berikutnya. Ada yang protes kenapa bangku yang ada harus 5 orang, padahal mereka berempat aja sudah penuh, secara badannya pada lebar-lebar. Dan ketika si kanek marah-marah, dan dengan kasar meladeni penum,pangnya, eh, si penumpang malah protes-protes kalo jadi kanek itu gak boleh begitu, kudu sabar. Saya memang agak aneh dengan sikap kanek, kayaknya dia gak perlu marah-marah (Dunia tuh bisa indah banget tanpa marah-marah), tapi saya juga rada eneg dengan sikap penumpang. Emang pada banyak maunya. Kanek gak boleh marah, kudu sabar, tapi sebenarnya para penumpang juga gak perlu kalee menguji kesabarannya kanek.
Kita tuh selalu aja ya mintanya diperhatikan, diistimewakan secara kita tuh yang punya duit dan mereka yang mencari duit. Seharusnya kita bisa mengerti ledakan-ledakan emosi mereka yang tak terkendali. Seperi dalam salah satu kisah (saya lupa judul kisahnya) di buku terbarunya Mas Gaw "11 Amanah Lelaki", mereka, para supir dan kondektur, itu berkutat di jalan yang sama setiap harinya, kemacetan yang sama, omelan2 penumpang silih berganti dan macam-macam hal yang sangat cukup menjadi tekanan dan bikin emosi tak terkontrol.
Saya justru belajar dari kanek yang marah-marah itu tadi. Saat seorang bapak yang dibantu menaikkan barangnya ke mobil, si Bapak lantas memberi duit buat kanek itu. Saya yang memang sedang mengamati tindakan kernet, terkejut melihat ekspresinya mencium uang yang diberi itu sambil tersenyum dan berterimakasih ke si Bapak. Lebih terkejut lagi ketika tahu yang ia cium itu duit seribu perak. Malu, malu saya pada kernet itu. Betapa kesyukurannya mampu membuat saya menunduk dan malu pada diri sendiri. Kadang duit sebesar yang ia cium itu justru saya abaikan. Kalau saya diberi duit segitu, saya mungkin malah tersinggung, mendingan gak dikasih sama sekali daripada dikasih cuman seribu perak (karena saya sudah besar, begitu alasannya). Padahal duit sejuta juga gak jadi sejuta kalo kurang seribu, ya to?

Tapi ada sebuah perjalanan yang membuat saya tahu ada kanek yang memang perlu dibinasakan. Ketika mobil Liang-Ambon bertolak dari terminal Liang, seorang ibu menanyakan tas putihnya yang tadi belum dimasukkan ke mobil lantaran memberi jalan untuk penumpang yang mau naik.
Si Ibu bertanya baik-baik "Nyong, beta pung tas putih tadi su nae ka balom?" *
Jawab si kanek " Sudah ibu, Ibu taku e. Akang ilang jua beta bisa bayar, lapis deng ibu jua beta bisa bayar"**

Karuan aja semua penumpang langsung nyolot, termasuk saya..
"Nyong, orang tu cuma tanya. Se kanapa?"#
"Hii kanek, se kurang ajar apa ini? Itu seng bisa jawab bae-bae ka"##
"Nyong, se bisa bayar orang? Se kira orang bisa dijual berapa? Lancang e"###
"....omelan-omelan lainnya", dan si kanek terdiam.

Untuk kali ini, saya setuju jenis kanek kayak gini perlu dibinasakan.
Hidup Penumpang.

Kamus Ambon :
* = Nyong, tas putih saya sudah dinaikkan belum?
** = Sudah ibu. Ibu takut?Barangnya hilang juga saya bisa bayar, ibu juga saya bisa bayar
# = Nyong, orang itu cuma tanya. Kamu kenapa?
## = Hii kernet, kamu kok kurang ajar? Itu gak bisa ya jawab baik-baik?
### = Nyong, emang kamu bisa bayar orang? Kamu pikir manusia tuh bisa dijual berapa? Lancang amat.

Catatan penulis : Marah2nya orang ambon kalo di-indonesiakan mengurungi maknanya. Greget marahnya jadi kurang. Ekspresinya gak dapat.

Sunday, December 09, 2007

Simpatiku pada Eks Karyawan PT AOI

Sudah 3 hari ini massa dari eks karyawan PT AOI nginap di depan kantor Bupati SBB. Mereka berkeras akan tetap disitu sampai bertemu langsung dengan Pak Bupati yang memang saat ini tidak sedang berada di bumi Saka Mese Nusa.
Banyak versi yang berkembang mengenai kemauan mereka ada disini. Menuntut hak-hak mereka yang tak kunjung juga dibayar oleh pihak perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan kayu itu yang sudah dinyatakan pailit oleh Pengadilan Tata Niaga negara di Jakarta 18 Mei 2007 lalu.

Ada yang bilang bahwa mereka salah alamat dengan mendatangi Pemda. Karena itu bukan perusahaannya Pemda. Pengambilalihan aset perusahaan bukan oleh Pemda tapi oleh pihak Bank tempat Perusahaan AOI itu berutang.
Bahkan salah satu pejabat mengatakan "Gimana Pemda mau ganti rugi, wong Pemda juga rugi", begitulah kira-kira.
Apapun versi itu, yang mana yang betul, saya tidak berkomentar banyak. Toh, saya belum jelas duduk perkaranya, awal mula perusahaan ini jatuh pun saya tak tahu menahu.

Yang saya tahu, mereka tidak salah alamat. Mereka rakyat, dan kemana lagi mereka menyuarakan hati mereka kalo bukan kepada para eksekutif tercinta mereka. Rakyat gak pernah salah alamat. Mereka harus mendapat tempat atau sekedar telinga untuk didengarkan. Karena Pemda atau apapun sebutannya adalah harga mati untuk menjadi bagian dari solusi. Sekedar dengarkan mereka, itu saja. Suarakan kata hati mereka kepada yang bertanggungjawab. Perjuangkanlah hak-hak mereka, kuatkan kembali harapan mereka bahwa masih ada kita untuk menemani perjuangan mereka mendapatkan apa yang menjadi haknya.

Rakyat tak pernah salah alamat.

nb : saat tulisan ini diposting, massa sudah kembali kemarin malam sebelum ada hasil.

Tuesday, December 04, 2007

Tempat Mengeja Cinta


Its time to go home. Kembali menekuni hari-hariku. Kembali melanjutkan hidupku, setelah semua yang aku temui disini begitu berharga.
Melihat foto-foto di file UKMBI yang ana dapat dari saudara seperjuangan ana, tak pelak menciptakan sebuah danau di ujung mata. Mau ane upload tapi filenya terlalu besar. Betapa bangunan bersejarah ini, bangunan penuh cinta ini, entah kapan bisa kembali melihatnya.
Ada banyak sejarah disini, banyak kisah tercipta. Hidup ku menjadi lebih berwarna disini, bahkan hidupku mungkin justru bermula disini. Banyak sekali hal-hal yang terjadi disini yang membuatku terbantu menghadapi hidup yang sekarang.

Melihat UKMBI-ku bersama ruh-ruh baru, menggores suka juga luka.
Suka karena finally kita sudah di titik ini. Memang belum seberapa tapi 4 tahun yang lalu, tak pernah dibayangkan akan ada sekret KMBI, gak pernah juga berandai UKMBI akan mendapat banyak tanggapan. Tak pernah. Saat itu, kami hanya ingin mengekspresikan cinta, itu saja. Kami membangun mimpi-mimpi kami yang sederhana dan mencoba menggapainya dengan tertatih-tatih. Dan kalo saat ini sudah terlihat sedikit sekali hasilnya yang tidak ikut kami nikmati, itu sudah sebuah kenikmatan. Ini bukan kebanggaan, toh UKMBI masih belum apa-apa. Masih harus terus merangkak. Masih akan lebih dahsyat ujian yang menerpa. Bukankah semakin tinggi pohon, anginnya juga semakin kencang?

Tapi luka itu juga ada. Luka karena ternyata aku tak bisa melihat bayi ini tumbuh. Aku akan kehilangan banyak momen pentingnya. Tak bisa melihat satu persatu giginya muncul dan ia bisa mengucap satu demi satu kata. Aku tak bisa ikut membesarkannya atau paling tidak menyaksikan mereka membesarkannya. Tapi, begitulah perputarannya. Setiap masa, ada pahlawannya. Dan masaku sudah berakhir.

Suatu saat, di suatu ketika, ketika aku datang lagi mengunjunginya, aku ingin melihatnya sebagai pemuda jihad yang luar biasa. Dan sejak dulu, saat ini, nanti ketika masa itu datang, dan juga masa setelahnya, aku harap pejuang2 baru itu tahu, bahwa aku mencintai UKMBI dengan hidupku. Aku selalu ada untuknya. Tidak secara fisik, tapi hati, pikiran serta doaku selalu bersama UKMBI.

Tolong jaga bahtera ini. Mungkin kalian akan digoncang badai, angin malam pun akan membuat kalian membeku, layarnya mungkin juga akan sobek. Tapi jangan berhenti. Tambal layar itu, pakaikan selimut agar tak kedinginan, lalu lanjutkanlah cerita kebenaran. Nikmatilah pelayaran ini. Karena suatu saat ketika masamu berlalu (seperti aku saat ini), ketika sudah ada ABK lain yang lebih handal darimu, maka pelayaran ini adalah yang akan sangat kau rindu.
Bersabarlah karena para sahabat menorehkan kisah cinta mereka menanti kemenangan yang Allah janjikan dengan darah kesabaran.

Jika nanti aku duduk di perut burung besi yang akan membawa ragaku menjauh darimu, percayalah, jiwaku justru semakin mendekat.
UKMBI, dengan semua pejuang di dalamnya, aku akan terus rindu. Bahkan pada masa dimana pejuangnya tak lagi kukenal apalagi mengenaliku. Karena aku berharap rindu ini cukup menjadi sebab Allah mempertemukan kita di surga, berkumpul di samping telaga Al-Kautsar sambil mengenang masa-masa indah ini.

Ya Allah, tanamkanlah pohon kecintaan kepadaMU di hati-hati kami agar kami bisa memandang cahaya dalam perjalanan kami, agar kami selamat dari dosa, dan bersih dari kekeliruan.

UKMBI, tempatku mengeja cintaNYA

Monday, December 03, 2007

Seminggu Bernapak Tilas

Silaturrahim yang terangkai selama 10 bulan terakhir lewat telpon, sms, email maupun YM-an masih tak cukup memuaskan pandanganku menatap wajah mereka. Hingga akhirnya satu persatu mereka kutemui seminggu ini.

Sabtu, 24 November 07
Pagi pertama di Surabaya, hal pertama yang saya lakukan adalah mengunjungi "emak". Sayang, emaknya gak ada. Yang ada si Bapak, suaminya "emak". Katanya dua hari ini "emak"ku ada agenda full seharian. Tapi siangnya, "emak" sms, selamat datang dan bikin janji ketemuan. oks deh.
Saat kita muktamar, kebahagiaan memenuhi hati karena masih diijinkan Allah duduk lagi, berembuk lagi, berbagi pikiran lagi dengan sahabat-sahabat surgaku. Lina juga datang dari Nganjuk, thanks sweety. Siangnya aku dan sri, my soulmate, makan di Bakso Bratang, tempat kita dulu sering makan sepulang kuliah. Seharian ini, dari pagi sampai sore, my soulmate itu menemaniku. Thanks ya jeng. Kamu tuh indah banget di hatiku. Tempatmu yang paling indah

Ahad, 25 Nov 07
Jalan sama sri dan eya ke Delta. Sorenya, dua mantan adek binaan datang. Emang ada ya istilah mantan adek binaan? Enggak, saya gak mau pake istilah itu. Karena saya pun gak mau disebut mantan adek binaan sama emak. Yang benar mungkin "adek yang tidak lagi dalam tanggungjawab" tapi kepanjangan juga. Mmmmmm, adek demisioner deh. Whatever they called, mereka datang malam2, bawa cinta. Ngobrol, menceritakan perjalanan mereka 10 bulan terakhir ini. Berbagi lagi kisah dan persoalan. So nice.

Senin,26 Nov '07
Satu lagi adek demisioner datang. Bercerita tentang hati yang sedang ingin ditata, tentang kegelisahan dan shock akan dakwah kampusnya. Subhanallah, semangatmu dek. Lanjutkan dengan gagah ya. Siangan dikit, teman di RMA (Remaja MAsjid Al-Falah **minjam istilah Akhi Ario "in memoriam") mengunjungi. Betapa rindu pula aku pada mereka yang sudah bertualang ke Medan, ke Kalimantan, ke Mojokerto. Duduk disini dan mengenang kembali kisah2 kita, indah.
Malamnya, sahabatku kuliah, mita, datang dengan segala rencananya. Ia yang dulu pernah berbagi tangis denganku di saat jatuh bangun ber-skripsi ria. Datang dengan impiannya dan doaku tulus mengiringinya. Om Udin (sepupunya papa) dan anaknya armand (it means, sepupuku) datang pula dan kita diajak makan tempe penyet Lestari di perempatan. Asyiik, enak sih.

Selasa,27 Nov '07
Seharian itu judulnya adalah one day with book. Saya datangi toko-toko buku yang dulu sering didatangi dan berlama-lama disana.I dont know, but there is always something. Selalu saja ada perasaan lar biasa kao membiarkan diriku tenggelam di antara buku-buku yang tersusun di rak. Rasanya seperti ada kepuasan batin yang tak terdefinisikan. Melihat, menyentuh, memiliki dan membaca. Ke Media Idaman Press-nya Pak Zeth, ke Gramedia, ke Uranus.
Pas pulang, ternyata tadi paginya dua adek demisioner lainnya datang. Sayang, mereka yang datang ingin menyalip rencanaku pergi dan memberi kejutan malah terkejut sendiri karena aku sudah pergi sejak pagi-pagi sekali. Hanya selembar pesan dititipkan di atas meja "Inilah kami berdua, menyempatkan persinggahan di kursi rumah kost mb' eby...tersirat tangis...hiks, hiks, hiks, huaa, hiks, huaa. Mbak, kalopun kita berjodoh pasti bakal ketemu lagi".
Menjelang maghrib,sahabat alumnus RMA mengunjungiku dan kita berbincang lagi tentang kisah2 itu. Ada apa dengan mereka yang sudah menulis kisahnya masing-masing bersama pangeran jiwa di tanah Allah yang lain?. Semoga keberkahan selalu menyelimuti kalian, saudaraku agar berkah itu menjalar dalam rumah tangga kalian.

Rabu,28 Nov 07
Kisah hari ini adalah kisah tentang saya, eya dan Lina makan gurami Lestari lagi. Sambil mengenang masa-masa se-kost bareng dulu dan what next? Interview-interview yang akan dijalani dan lain2nya. What an unforgettable moment.

Kamis,29 Nov '07
Kalo ini judulnya shopping day. Keliling kemana2 sama dek Eya nyari pesanannya orang-orang rumah di Ambon. Yang ini-lah, yang itu-lah, tapi senang jalan2 berdua sama eya. Secara saya yang gak tau fashion gitu, yang dalam keluarga paling buta urusan selera. Yang katanya paling bego kalo disuruh milih barang bagus. Jadi, Eya ya buat milih2 gitu. Saya sih tinggal meng-oke-kan saja. Jadi kalo yang pesan protes, kan saya bisa bilang, protes ke dek Eya saja, hehehe.

Jumat, 30 Nov '07
Sama Bu Titiek ke rumah tante di Driyo Rejo sana. Lagi menikmati gedung2 baru, bahkan ketika pikiran saya sedang asyik memelototi Taman Bungkul yang selesai direnovasi. Mengagumi keindahannya tanpa pengemis yang biasanya berumah disitu, memanggil memori tempat berkampanye atau sebagai tempat start kalo mau longmarch, eh malah diberhentikan. Dan ditilang, saudara-saudara, oleh pak polisi terhormat itu. Gara-garanya, saya gak pake helm standar melewati kawasan tertib. Tau apa saya tentang kawasan tertib?.
Dari semua sore yang saya lewati seminggu ini, mungkin ini sore paling indah. Karena sore ini, saya ada dalam lingkaran cinta itu lagi. Duduk bersama akhwat2 tercinta saya melantunkan ayat-ayat cintaNYA, membedah buku dan saling bertaujih. Lingkaran ini yang dulu selalu saya nantikan setiap minggunya. Yang setiap pandangan mata mereka menusuk jiwaku, cukup sebagai bekal menjalani seminggu berikutnya. Lingkar cinta ini, ah, sungguh indah. Setelah melingkar, kami pun pergi untuk makan malam bersama. Indah....
Malam, syuro bersama orang2 hebat yang pernah kutemui. Ingin rasanya kembali. Ghiroh kalian masih seperti dulu, bahkan menanjak. Aku iri..

Sabtu, 1 Des '07
Waktuku untuk KMBI lagi, eh UKMBI. Syuro bersama kepengurusan yang baru, trus pesan cap/stempel sama Lina. Habis syuro tadi, melintasi sekretariat akhwat yang dulu. Jadi penasaran seperti apa sekarang dalamnya. Waktu minta kunci di ikhwan, mereka sempat ragu karena tempat akhwat ini sudah dipake juga sama ikhwan. (Jadi ikhwan pake dua sekret, akhwatnya dibuatin sekretariat baru di dalam masjid). Gak masalah sih, kita cuma pengen liat lagi ruangan tempat kami dulu berkumpul, ruangan yang kami tata dengan cinta kami, kami hiasi dengan kasih kami pada Allah dan UKMBI.
Dan terbengonglah kita. Ruangan itu benar2 berubah. Jadi tempat istirahatnya para ikhwan. Paling tidak, hiasan-hiasan yang dulu ditempel Mbak Anis masih indah di tempatnya. Juga sebuah gambar dari pejuang Intifadhah Sejati "Syekh Ahmad Yassin" yang dulu kami pasang bersama. Di depan sekretariat itu, pohon yang dulu kami tanam bersama sudah besar, bikin asri liatnya.
Malamnya, si bungsu dalam lingkaran cinta datang minta ditemani ke kostnya maba di kampusnya, silaturrahim. Dan she said something about makan malam itu. Ada-ada saja. Maksudnya apa tuh, neng?

Ahad, 2 Des '07
Judulnya seharian di kost. Sudah mau pulang, tapi belum makan gado-gado di deles IV, juga pangsit mas keriting yang sering mangkal depan kos. Juga sayur manisa-nya warung sederhana. Ya sudah, mau gimana lagi.