Thursday, October 29, 2009

Demo mahasiswa di mata kita...



berikut, percakapan tentang demo mahasiswa sekarang. bagaimana menurut kalian?

1. demo dengan kekerasan adalah bumbu demokrasi.

2. dengan Demo...... masalah dapt muncul ke Public seblum negoisasi maslah.

3. gak ada yang melarang demo. sah-sah saja. memunculkan masalah ke publik tidak harus dengan kekerasan dan melupakan kesantunan kan? apalagi dilakukan oleh mahasiswa yang dengan bangga memakai jas almamater. apa bedanya dengan preman pasar yang mempertahankan lapak-lapak yang mau digusur satpol?

4. sepgthuan gw sih... Demo itu jalan terakhir......
biasanya sblum Demo sdah diadakn pertemuan kdua blh pihak ....... " Demo " Pemerintah langsung turun lansung manangaapi pesoalan -persoalan..."

5. sepengetahuanmu. kenyataan gak kayak gitu kok. demo justru dilakukan di awal untuk menarik perhatian pemerintah. dan sayangnya, selalu saja dinodai dengan aksi kekerasan. sudah tak ada lagikah cara elegan yang terpikirkan oleh para mahasiswa?

6. demo yang santun???? enggg... pada satu pihak kekerasan bukan kemauan tapi itu adalah salah satu langkah juga untuk mencapai tujuan, bukannya lebih baik nyata dari pada manis dimuka dan penuh janji2 indah tapi kenyataannya menginjak lebih sadis dari pada penjajah? :D

7. saya tak penah percaya bahwa kekerasan adalah salah satu langkah. bukannya kita dianjurkan untuk menasehati, menyampaikan atau apapun dengan hikmah. santun bukan berarti manis di muka. santun berarti menunjukkan kebesaran jiwa untuk menyampaikan maksud dengan indah. percayalah, kekerasan tak pernah menemukan kebaikan pada akhirnya

8. betul sudara, segala hal yang paling baik adalah dengan menasehati, menyampaikan dengan baik dan lain2, tapi tidak selamanya penyampaian dengan baik itu akan berhasil, kekerasan pun diperlukan jika dibutuhkan, sayah bilang kekerasan adalah salah satu jalan, bukan satu2nya jalan bu... pada beberapa kondisi sayah sepakat dengan kekerasan dan pada hal lain saya akan menolak kekerasan :P~

9.okelah,banyak contoh kasus yang bisa diberikan. tapi skarang pembahasannya adalah demo mahasiswa. liat kan tayangan berita di tivi? lempar batu, lempar kursii, lempar kaca gedung pemerintah, robohkan pagar dewan. lalu kalo anggaran untuk perbaiki hal2 itu, didemo juga. maunya apa? jangan salahkan kalo mahasiswa-mahasiswa akan datang akan bersikap yang sama karena saat ini disuguhkan cara berdemo oleh mahasiswa sekarang.

10.ehhmmm.. ini hanyalah pengulangan sejarah saja, bukannya mahasiswa2 dulu sudah melewati sejarah gerilya dari kampus ke kampus sampai turun ke jalan, dari cara santun dan sopan aka diplomasi dengan pejabat sampai turun ke jalan membuat onar.. peristiwa malari bukannya itu terbukti nyata? kayaknya sayah lebih memilih untuk melihat hasil dari aksi ... kekerasan yang mereka buat, kalo hasilnya lebih banyak mudharatnya maka itu adalah pekerjaan yang paling sia2 selama mereka demo, kalo bermanfaat dan berhasil baik.. kenapa tidak didukung? :D

11. Mreka itu : Blum Belajar Manajemen Aksi........
Klo dah blajr n mmhami. Pasti pham Perangkt 2 aksi dlll
Bgitu.........

12. sapa bilang? kayaknya didikan semua tentang perangkat aksi dan manajemen aksi ditingkatan mahasiswa udah pada ada deh, tapi skr kayaknya chaos lebih dipilih untuk didengar pemerintah, soale aksi damai skr sudah dianggap biasa.. mahasiswa butuh ramuan baru lagi.....

13. tanpa menyalahkan sejarah lho ya. coba deh diliat lagi aksi-aksi belakangan ini. ada dampaknya? pemerintah kita tuh sudah kebal dengan demo tidak simpatik model begitu. demo ala 98an memang bawa hasil meski ada korban jiwa, namun mampu merubah kebijakan pemerintah yang dahsyat. lalu bergulirlah demo demo diwarnai kekerasan berikutnya, ... keballah pemerintah kita. mahasiswa yang berdiri berteriak mengacung-acungkan jari ke pemerintah, begitu dikasi kedudukan, begitu masuk dalam birokrasi, mandul juga mereka. tidak semua memang, tapi banyak. idealisme mereka tergadaikan oleh aroma birokrasi. forum-forum aspirasi banyak, namun tak mau dipakai. mahasiswa inginnya cepat namun harus dibayar mahal dengan korban fisik maupun jiwa. revolusi dan revolusi...

14. aksi damai sudah biasa, aksi kekerasan juga sudah biasa. malah meresahkan masyarakat. perlu dicari ramuan baru lagi kalo mau didengar.

15. Demo awalnya Simpatik...........berujung anarkis .. Why.
a. ditunggangi kpntingn Lain
b. Tuntutan aksi tdk tercapai dngn sett aksi
c. dengan cara Anarkis " Masalah dapt dipuiblikasikan " Media Masa, Electronic, Dlm n Luar Negri ...
d. Media salh stu Tujuan Aksi " terexspos '' masalh yg dperjuangkan .

16.nah itulah dia, butuh formulasi dan rekonstruksi gema yang baru, soalnya jaman sudah berubah, kekerasan jaman skr bisa dibilang ga ada efeknya sama sekali, tapi bukan berarti kekerasan harus dilepaskan dari sebuah gerakan, sebab hal itu dibutuhkan, pemerintah bisa mengikuti perubahan kenapa mahasiswa ga? soal idealisme yang tergadaikan itu kan ... sudah dari sononya, akbar tanjung dulu adalah salah satu tokoh gema yang radikal tapi akhirnya jatuh juga.. ah teringat soe hoek gie, seorang idealis yang harus terbuang dari kumpulannya :D

17. Kadang Aksi 2 demo.........
tdk murni........
Pendemo Bayaran,,,,,,,,,,,,,,,,

18. pada akhirnya semua kita kembalikan pada nurani penguasa dan pendemo. mana yang mau mereka menangkan

sumber : febry waliulu, al attamimi, muluk adul

Monday, October 12, 2009

Jejak dari Laut



Perjalanan ke Luhu baru baru ini adalah salah satu perjalanan yang berkesan.
Hari itu, Jumat Oktober 2009 jelang sore di pelabuhan perikanan. detik, menit, jam berlalu dalam angin, dingin dan sapa ombak. Lalu dari laut, mendekatlah kapal pencari ikan. Sekitar 10 pemuda yang ikut di dalamnya merapat tanpa membawa tangkapan apapun. Ombak yang cukup membuat saya ketar ketir, tak mampu melawan kekaguman saya akan apa yang saya lihat.


Motor ikan itu tidak bisa merapat, jadi sampai di batasnya, pemuda-pemuda itu nyemplung saja ke laut dan berenang atau berjalan ke daratan. Sementara dua bapak yang terakhir turun setelah memastikan motor ikan telah tertambat dengan baik, lalu mendayung melawan ombak merapat ke daratan.

Ada yang merembesi dinding hati, betapa kehidupan yang keras telah dilalui setiap hari oleh mereka-mereka ini. Kita (saya, tepatnya) tersadar bahwa hanya bisa bicara. Hanya bisa mengatakan sebaiknya di desa itu begini dan begitu. seharusnya masyarakat begini dan begitu.

ah, bodohnya diri ini. Mereka jauh lebih kuat, jauh lebih perkasa. tak perlu diajari bagaimana memperbaiki hidup karena setiap hari yang mereka lakukan adalah memperbaiki kehidupan mereka. Lihat saja guratan di wajah, pertanda perlawanan akan keangkuhan zaman. Pertanda tabuhan genderang memenangkan hidup. Tak memilih menyerah akan kesulitan yang dititipkan Allah pada mereka.

Sejam di pelabuhan itu, sejam melihat kehidupan laut itu, aku tertunduk malu karena ternyata keras yang kupunya belum pantas membuatku layak untuk mengeluh.

Monday, September 21, 2009

Tak akan mendendam

Aku tak ingin mendendam.
Aku tak ingin mendendam
Aku tak mau mendendam
Aku tak boleh mendendam
Aku tak bisa mendendam...

Setiap orang layak mendapatkan apa yang dia cari, even itu menyakitkan orang lain. Bagiku, bukan masalah besar jika aku disakiti, tapi masalah besarnya adalah jika aku yang menyakiti.
Maka di detik ini, jika pun pada akhirnya menyadari bahwa telah mendzholimiku, aku tak butuh permintaan maaf. Karena maaf itu sudah kuberikan jauh sebelum terpikir untuk mendzholimiku. Pembalasan pun tak akan pernah kau terima dariku, karena Allah-lah yang akan membalas dengan dengan setimpal. Aku takut, jika aku membalas, bisa jadi melebihi seharusnya dan jadinya aku yang mendzholimi.
Sikap yang kau ambil salah memang. Tujuannya benar, tapi ko pung cara yang salah. Tapi ya sudahlah, tak akan ada dendam di hati ini. Aku punya Allah yang akan menguatkanku dan ini cara Allah mendidikku merasakan sakitnya dizholimi agar aku tak mencoba mendzholimi orang lain.

Hal terakhir yang ingin kukatakan adalah, berhentilah memakai topeng yang selama ini kau kenakan. Jujurlah pada dirimu sendiri, jujurlah pada hatimu, dan belajarlah untuk bisa menghargai orang lain. Belajarlah untuk melihat sesuatu juga dari sudut pandang orang lain, sehingga kau tak melulu merasa paling benar. Sehingga kau tak melulu menyakiti orang lain dengan perkataanmu.

Tak ada dendam, setidaknya aku sedang mencoba sekuat tenaga untuk tidak membiarkan dendam masuk ke pintu hati. Kau masih akan selalu melihatku tersenyum setiap kali kita bertemu. Kau akan selalu kutempatkan menjadi teman baikku. Aku akan tetap menjadi orang yang pertama bahagia saat kau bahagia dan yang akan lebih bersedih melebihi kesediahnmu jika kau bersedih. Kau akan selalu bisa datang kapanpun berbagi lara denganku.

Hanya satu, belajarlah menghargai orang lain. Itu saja yang kupinta.



Your best, always

Ingin bisa membuat bangga..

5 cm...
Judul buku Donny Dhirgantoro yang baru saja saya baca setelah harus menunggu selama 4 bulan untuk sampai di genggaman. Penantian yang tidak sia-sia karena buku ini membuatku menyadari kembali satu hal tentang mimpi dan jembatan untuk meraihnya. Nyesal ketemu buku itu sekarang, setelahempat tahun buku itu terbit, setelah cetakan ke 15-nya (atau lebih) beredar, tapi daripada enggak kan?
Ada sebuah quote yang menarik,
Taruh mimpimu mengambang depan kening (agar selalu kau lihat), dan yang diperlukan sekarang Cuma....
Kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya
Tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya
Mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya
Leher yang akan lebih sering melihat ke atas
Lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari biasanya
Hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya
Serta mulut yang akan selalu berdoa.

Buku ini juga membuatku bangga akan Indonesiaku. Bumi dimana mahameru berpijak, pecel madiun ada, tempe penyet terhidang, papeda dan colo-colo menggoda. Indonesia yang kaya, yang sejak lahir, kita minum dari airnya.

Tapi tulisan ini bisa hadir bukan tentang itu, teman. Buku itu memang mengembalikan tekadku untuk memindahkan daftar mimpi dari buku coklat ke depan keningku. Mengembalikan kebanggaan akan Indonesia meski di tengah carut marut terseok memperbaiki diri. Tapi ini bukan tentang itu. Ini adalah tentang saya dan kalian, sobat. Adakah saya berarti ataukah hanya kesia-siaan yang kalian dapat dari pertemanan ini.

Almarhum Adrian menginspirasi teman-temannya dengan selalu mengulang kalimat “sebaik-baiknya manusia adalah yang bisa memberikan manfaat bagi orang lain”. Almarhum Adrian pasti dan sangat pasti terinspirasi dari pesan baginda Rasul sejak berabad-abad tahun sebelumnya “Khairunnaas anfa’uhum linnaas...sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain”.

Lalu melintaslah pikiran itu.
Bagaimana dengan saya?
Sudahkah saya memberi sesuatu yang bikin orang lain bahagia?
Sudahkah saya memberi makna di setiap kehadiran saya?
Sudahkah saya toreh jejak kebaikan di setiap perjumpaan?
Ataukah saya hanya seonggok daging yang bernama???

Teman,
Saya hanya ingin meminta maaf atas setiap kesia-siaan yang saya timbulkan. Atas berlalunya waktu tanpa makna dalam kehadiran saya di kehidupan kalian. Mungkin juga justru rasa sakit yang saya tingglkan, omongan tak penting yang bisa saja menoreh luka yang tak disadari.
Seorang bijak pernah menyuruh anaknya menempelkan paku di pagar setiap kali ia menyakiti orang lain. Dan ketika pagar itu mulai penuh, anak itu ingin memperbaikinya. Si ayah lantas menyuruh anaknya untuk mencabut paku itu satu persatu setiap kali ia berhasil meminta maaf dari setiap yang ia sakiti. Sampailah pada cabutan paku terakhir, namun si anak melihat pagar itu tak lagi sama dan tak akan pernah sama seperti sebelum dipaku.

Inilah usaha saya mencabuti paku-paku yang saya torehkan di hati kalian. Mungkin tak akan pernah sama, tapi yang saya butuhkan sekarang adalah kesempatan.
Kesempatan untuk menjadi berarti dalam tiap perjumpaan.
Kesempatan untuk bermmakna dalam setiap pembicaraan.
Kesempatan menjadi terindah dalam setiap terkenang.
Dan yang terpenting adalah kesempatan agara aku bisa belajar menjadi pribadi yang membuat orang lain bisa bernapas lebih lega karena keberadaanku disitu,

Hingga suatu ketika, saat kita tak lagi mampu berjumpa dan namaku terdengar, kalian bisa tersenyum dan bilang “itu temanku, sahabatku, saudaraku”

Maafkan segala perilaku bodohku. Dan sejak hari ini, aku akan berusaha memberi jejak kebaikan, bermanfaat bagi orang-orang di sekitarku. Maafkanku, sobat jika belum membanggakan kalian.

p.s : Menjadi sempurna adalah ketika menatap mata orang tua dan orang-orang yang menyayangi kita dan tahu bahwa kita tak akan mengecewakan mereka.



Sincerely,


Eby (dengan harap tak akan mengecewakan kalian)

Sunday, September 20, 2009

Kembali menjadi hambaMU

Rabbi,
Simpuh ini tak mampu meluruhkan puing puing sesalku
Akan Ramadhan yang kubiarkan berlalu sia-sia
Tak ada yang bisa kubanggakan dari perjalanan Ramadhan kali ini
Tak ada amalan istimewa yang mampu dengan bangga kupersembahkan

Rabb,
Akankah rahmatMU menjauhiku karenanya?
Kupinta, jangan, Ya Rabb...
Karena jika tanpa rahmatMU, maka aku tak punya apa-apa

Rabbi,
Sepertinya tak bisa kusandang kefitrian di hari ini
Namun Rabb, beri aku kesempatan sekali lagi
Untuk menghidupkan semangat Ramadhan ini senantiasa
Agar aku dapat menemuiMU dengan fitri suatu saat ketika Kau memanggilku

Allah,
Terlalu banyak dosa yang kulakukan.
Terlalu banyak perintahMU yang kulanggar
Hingga rasanya aku tak pantas mengaku menjadi hambaMU

Pintaku, Rabb
Beri kesempatan sekali lagi
Ijinkan aku kembali menjadi hambaMU
Sayangi aku, Rabb.
Itu satu-satunya yang ku perlu dalam hidupku.

Thursday, September 10, 2009

Jelang Akhir Ramadhan


Hari berlalu sedemikian cepat
Kemuliaan ini sebentar lagi berlalu
Entah apakah bisa bertemu lagi,
Ataukah menjadi pertemuan terakhir

Saat-saat akhir seperti ini,
Resah, cemas, kesempatan ini sebentar lagi berlalu
Sudahkah termanfaatkan dengan baik?
Tarawih itu, tadarrus itu, subuh berjamaah itu,
Pukulan beduk lepas tarawih itu,
Wajah2 penuh senyum dan ceria
Khas ketundukan yang keluar dari rumah Allah

Ramadhan, sungguh bulan penuh berkah
Mempertemukan setiap yang berjauhan
Saudara, kerabat, semuanya
Subhanallah......

Allah.....
Ramadhan ini, akankah jadi yang terakhir untukku?


Gambar dari sini

Tuesday, September 01, 2009

Obrolan Hati Dua Sahabat


Suatu waktu, seseorang berkata padaku....

"by, kenapa? aduh, saya sedih dengarnya. Kenapa sih? Sudah dipikirkan baik2?"
*sambil meneteskan air mata yang tak kumengerti untuk apa*

saat itu aku hanya mampu bilang....

"ini jawaban istikharahku. Mungkin terlihat salah bagi orang lain, tapi inilah yang benar-benar ingin kujalani, kuambil dengan penuh keyakinan. mengertilah"
*tanpa air mata*

ia berkata lagi ...
"tapi kenapa by? tolong dipikirkan lagi"
*masih dengan air mata*

.....hening....
lalu ku menjawab
"suatu saat kau akan mengerti. tidak sekarang, tapi nanti"
*dan aku berlalu*

lalu, baru saja ia menghubungi dan bilang...
"by, saya tau sekarang kenapa keputusan itu yang kau ambil"

"kenapa?" jawabku

"karena kau bahagia dengan keputusan itu kan? senyummu kulihat lebih lebar, tawamu terdengar lebih lepas, ceriamu mulai merembesi hati. baru sadar, bahwa sebelum keputusan itu kau ambil, senyum, tawa dan ceria itu tak sempat kujumpai dengan lega"

Terimakasih kawan. akhirnya kau mengerti mengapa sahabatmu ini mengambil jalan ini. akhirnya kau tahu, bahwa inilah langkahku menuju bahagia, meski harus bersakit dahulu. Karena bukankah malam akan semakin kelam jika fajar akan terbit?

seandainya kau ada disampingku saat ini, ingin kupeluk dirimu atas pengertianmu sekarang. Terimakasih untuk selalu disampingku meski kita berbatas jarak.

Monday, August 24, 2009

Sahabat, di Ramadhan ini aku merindu


Sebelas bulan telah berlalu dari ramadhan sebelumnya. Perpisahan yang haru dan juga pengharapan akan dpertemukan kembali.
Dan kini, kita kembali dipeluk Ramadhan. Kesempatan yang tak didapat beberapa saudara kita yang ramadhan lalu masih bersama kita.

Ramadhan seperti ini, banyak hal yang ingin kulakukan. Terlebih lagi, ada hal yang kurindukan. Bersama menyusun jadwal jaga ta'jil, bersama mengonsep kegiatan semarak ramadhan, sembari tak lupa berlomba lomba mempersembahkan ibadah terbaik. Aku rindu kebersamaan dan hangatnya ukhuwah di bulan suci, di masjid kampus tercinta. Aku sudah jauh tertinggal, aku sudah meluruh dan khilaf. Ramadhan ini, aku ingin kembali berada dalam rengkuhan dakwah yang tak sadar merenggang menjauhiku (atau aku yg menjauhinya??).

Pintaku, ALLAH.....
Izinkan hamba berada di antara hamba hamba pilihanMU
Yang ketika kudengar suaranya mengingatkan aku akan panggilanMU
Yang ketika kulihat akhlaknya mengingatkan aku pada akhlak rasulMU
Yang ketika kulihat wajahnya mengingatkan aku pada keteduhan saat berjumpa denganMU
Yang ketika kudengar tangisnya mengingatkan aku pada nikmatnya sujud menghadapMU
Yang ketika kudengar tawanya mengingatkan aku pada canda rasulMU bersama sahabat.

Saudaraku,
disebabkan oleh cinta, kuurai benang kasih yang tersimpan dalam dada ini. ALLAH menjadi saksi atas cinta ini. Karena cinta itu maka kita berjumpa, berjuang bersama, membina ukhuwah, menyatukan hati hati kita yg penuh warna ini. Hanya Allah yang mampu menyinari hati ini hingga tertawan padaNYA.

Kuteringat dengan kalimat yg selalu kita ucapkan tiap ada yang akan pergi. Bahwa meski terulur jarak, selama kita masih dalam perjuangan meraih ridha Allah, maka sebenarnya kita tak pernah terpisah.
Aku sudah jauh tertinggal, sahabat. Tapi kini, telah kusiapkan stamina dan niat untuk kembali mengambil tempat dalam barisan perjuangan kita.

Untuk itu kuucapkan,
Selamat berjuang saudaraku...
Semoga warna warni kehidupan yang telah kita lukis bersama, menyadarkan kita bahwa hidup ini memang butuh perjuangan.

Ana uhibbukum fillah.

nb : catatan cinta untuk KMBI dan semua ikhwah yang pernah membersamaiku dalam perjuangan

Thursday, August 20, 2009

RAMADHAN MULIA

Ramadhan..
datang lagi menyapa hamba Allah yang merindu
dalam setiap detik ada rahmatNYA
maka masih pantaskah kita tidak mau mendekat?

Tak ada alasan untuk diam
kita bahkan tak boleh berjalan,
berlarilah...berlari dengan segala hati dan kesungguhan
bahwa kita diberi satu kesempatan lagi
satu waktu untuk menyucikan diri yang berkalang dosa

Ramadhan..
datangnya adalah anugerah
dan perginya nanti adalah perayaan suci namun juga kesedihan

Ramadhan ini,...
jadikan ia berarti
karena bisa jadi...

inilah Ramadhan kita yang..............terakhir

nb : kepada seluruh blogger, maafkan kesalahan per-sua-an kita di dunia maya ini. semoga kita semua dapat menjelani RAmadhan ini dan lulus sebagai pemenang sejati Ramadhan.

Monday, August 03, 2009

Kutemukan cinta yang hangat


Di suatu masa,
Kalian pernah seperti orang tua.
Di suatu masa,
Panggilan ”nak” selalu kalian tujukan untukku

Kali ini kupinta sebuah pemaafan,
Karena tak bisa menjadi seperti yang kalian inginkan,
Karena tak bisa selamanya memanggil kalian
Dengan panggilan indah itu

Jangan ada marah,
Tak perlu pula ada penyesalan.
Ini yang terbaik,
Aku tak bersedih atas keputusan ini.
Satu-satunya kesedihanku adalah
akan tak bisa lagi bertemu kalian sesering biasanya

Aku mengagumi kalian selayaknya mengagumi hujan,
Yang hadirnya adalah rahmat,
Menyenyakkan yang tidur, membasahi yang kering.
Kalian sungguh indah

Lelaki sederhana nan bijak,
Kuat dalam kata maupun sikap.
Wanita luar biasa yang bersahaja,
Santun dalam kata, tulus dalam senyum

Terimakasih pernah menempatkanku begitu dekat di hati kalian,
Terimakasih telah membawaku begitu dalam di ruang hati kalian,
Aku anakmu, akan selalu begitu....
Walau tak bisa menjadi nyata


Kamarku, 2 Agustus 2009

Friday, July 31, 2009

punggung yang menjauh

hari-hari pernah kita renda bersama

kita menjadi kuat walau tak ada keluarga di sisi

berbagai tangis dan tawa pernah kita geluti

kita pun pernah bertukar canda dan marah


lalu tiba hari,

dimana kulihat punggungmu menjauh

bersama seorang pangeran disampingmu

yang dengan gagahnya mengambilmu, membawamu terbang


selamat jalan sayang

kami akan selalu merindukanmu

kami selalu bersama kalian

dalam doa dalam setiap helaan napas


---------------------------------------------------

bandara pattimura, 31 Juli 2009

burung besi membawamu pergi dan kuterpaku menatap punggung yang entah kapan bisa kulihat lagi.

Banyak cinta untuk eyha dan ardi.



Monday, July 27, 2009

Kepada Sebuah Hati



Memang sudah saatnya kita bersikap atas segala kegamangan
Yang kita ambil semalam adalah sebuah kemenangan hati kita
Dan….
Jauh lebih lega mengambil keputusan semalam,
Dibandingkan saat mengambil keputusan yang membawa kita sampai di titik ini.

Yang kita jalani, bagiku bukan kesia-siaan
Karena aku belajar.
Belajar mengerti, belajar berbagi, belajar memahami, dan belajar berkorban
Dan pelajaran yang terbesar adalah :
Kita akan saling menyakiti jika diteruskan

Masih ada yang aku simpan untukmu
Adalah doa dalam setiap sujudku
Agar selamanya kau baik-baik saja
Agar selalu ada senyum dalam hari-harimu

Aku sudah meraba hati
Tak ada sedikitpun rasa sakit, marah apalagi benci
Yang ada adalah kesyukuran bahwa kita ”diberitahu” sekarang oleh Allah
Sebelum tak ada lagi jalan untuk kembali

Terimakasih karena untuk sekian lama
........ pernah ada di sampingku
........ pernah mengkhawatirkanku
........ pernah menegurku
........ pernah merindukanku
........ pernah bertingkah menyebalkan
........ pernah mendengar tangisku
........ pernah tertawa bersamaku
........ pernah berbagi cerita denganku
........ pernah berbagi beban denganku
........ pernah banyak
Terimakasih atas segalanya

rumah, 26 Juli 2009 : dalam dingin malam

Saturday, July 25, 2009

Kematian Hati

Banyak orang tertawa tanpa (mau) menyadari sang maut sedang mengintainya. Banyak orang cepat datang ke shaf shalat laiknya orang yang amat merindukan kekasih. Sayang ternyata ia datang tergesa-gesa hanya agar dapat segera pergi. Seperti penagih hutang yang kejam ia perlakukan Tuhannya.

Ada yang datang sekedar memenuhi tugas rutin mesin agama. Dingin, kering dan hampa,tanpa penghayatan. Hilang tak dicari, ada tak disyukuri. Dari jahil engkau disuruh berilmu dan tak ada idzin untuk berhenti hanya pada ilmu.Engkau dituntut beramal dengan ilmu yang ALLAH berikan. Tanpa itu alangkah besar kemurkaan ALLAH atasmu.

Tersanjungkah engkau yang pandai bercakap tentang keheningan senyap ditingkah rintih istighfar, kecupak air wudlu di dingin malam, lapar perut karena shiam atau kedalaman munajat dalam rakaat-rakaat panjang.

Tersanjungkah engkau dengan licin lidahmu bertutur, sementara dalam hatimu tak ada apa-apa.Kau kunyah mitos pemberian masyarakat dan sangka baik orang-orang berhati jernih, bahwa engkau adalah seorang saleh, alim, abid lagi mujahid, lalu puas meyakini itu tanpa rasa ngeri.

Asshiddiq Abu Bakar Ra. Selalu gemetar saat dipuji orang. "Ya ALLAH, jadikan diriku lebih baik daripada sangkaan mereka, janganlah Engkau hukum aku karena ucapan mereka dan ampunilah daku lantaran ketidak tahuan mereka", ucapnya lirih.

Ada orang bekerja keras dengan mengorbankan begitu banyak harta dan dana,lalu ia lupakan semua itu dan tak pernah mengenangnya lagi. Ada orang beramal besar dan selalu mengingat-ingatnya, bahkan sebagian menyebut-nyebutnya. Ada orang beramal sedikit dan mengklaim malnya sangat banyak. Dan ada orang yang sama sekali tak pernah beramal,lalu merasa banyak amal dan menyalahkan orang yang beramal, karena kekurangan atau ketidak-sesuaian amal mereka dengan lamunan pribadinya, atau tidak
mau kalah dan tertinggal di belakang para pejuang. Mereka telah menukar kerja dengan kata. Dimana kau letakkan dirimu?

Saat kecil, engkau begitu takut gelap, suara dan segala yang asing. Begitu kerap engkau bergetar dan takut. Sesudah pengalaman dan ilmu makin bertambah, engkaupun berani tampil di depan seorang kaisar tanpa rasa gentar. Semua sudah jadi biasa, tanpa rasa.

Telah berapa hari engkau hidup dalam lumpur yang membunuh hatimu sehingga getarannya tak terasa lagi saat ma'siat menggodamu dan engkau meni'matinya? Malam-malam berharga berlalu tanpa satu rakaatpun kau kerjakan. Usia berkurang banyak tanpa jenjang kedewasaan ruhani meninggi. Rasa malu kepada ALLAH, dimana kau kubur dia?

Di luar sana rasa malu tak punya harga. Mereka jual diri secara terbuka lewat layar kaca, sampul majalah atau bahkan melalui penawaran langsung. Ini potret negerimu: 228.000 remaja mengidap putau. Dari 1500 responden usia SMP & SMU, 25 % mengaku telah berzina dan hampir separohnya setuju remaja berhubungan seks di luar nikah asal jangan dengan perkosaan.

Mungkin engkau mulai berfikir "Jamaklah, bila aku main mata dengan aktifis perempuan bila engkau laki-laki atau sebaliknya di celah-celah rapat atau berdialog dalam jarak sangat dekat atau bertelepon dengan menambah waktu yang tak kauperlukan sekedar melepas kejenuhan dengan canda jarak jauh" Betapa jamaknya 'dosa kecil' itu dalam hatimu. Kemana getarannya yang gelisah dan terluka dulu, saat "TV Thaghut" menyiarkan segala "kesombongan jahiliyah dan maksiat?" Saat engkau muntah melihat
laki-laki (banci)berpakaian perempuan, karena kau sangat mendukung ustadzmu yang mengatakan."

Jika ALLAH melaknat laki-laki berbusana perempuan dan perempuan berpakaian laki-laki, apa tertawa riang menonton akting mereka tidak dilaknat?" Ataukah taqwa berlaku saat berkumpul bersama, lalu yang berteriak paling lantang "Ini tidak islami" berarti ia paling islami, sesudah itu urusan tinggallah antara engkau dengan dirimu, tak ada ALLAH disana?

Sekarang kau telah jadi kader hebat. Tidak lagi malu-malu tampil. Justeru engkau akan dihadang tantangan: sangat malu untuk menahan tanganmu dari jabatan tangan lembut lawan jenismu yang muda dan segar. Hati yang berbunga-bunga didepan ribuan massa. Semua gerak harus ditakar dan jadilah pertimbanganmu tergadai pada kesukaan atau kebencian orang, walaupun harus mengorbankan nilai terbaik yang kau miliki.

Lupakah engkau, jika bidikanmu ke sasaran tembak meleset 1 milimeter, maka pada jarak 300 meter dia tidak melenceng 1 milimeter lagi? Begitu jauhnya inhiraf di kalangan awam, sedikit banyak karena para elitenya telah salah melangkah lebih dulu.

Siapa yang mau menghormati ummat yang "kiai"nya membayar beberapa ratus ribu kepada seorang perempuan yang beberapa menit sebelumnya ia setubuhi di sebuah kamar hotel berbintang, lalu dengan enteng mengatakan "Itu maharku, ALLAH waliku dan malaikat itu saksiku" dan sesudah itu segalanya selesai, berlalu tanpa rasa bersalah?

Siapa yang akan memandang ummat yang da'inya berpose lekat dengan seorang perempuan muda artis penyanyi lalu mengatakan "Ini anakku, karena kedudukan guru dalam Islam adalah ayah, bahkan lebih dekat daripada ayah kandung dan ayah mertua?"

Akankah engkau juga menambah barisan kebingungan ummat lalu mendaftar diri sebagai 'alimullisan (alim di lidah)? Apa kau fikir sesudah semua kedangkalan ini kau masih aman dari kemungkinan jatuh ke lembah yang sama?

Apa beda seorang remaja yang menzinai teman sekolahnya dengan seorang alim yang merayu rekan perempuan dalam aktifitas da'wahnya? Akankah kau andalkan penghormatan masyarakat awam karena statusmu lalu kau serang maksiat mereka yang semakin tersudut oleh retorikamu yang menyihir? Bila demikian, koruptor macam apa engkau ini? Pernah kau lihat sepasang mami dan papi dengan anak remaja mereka. Tengoklah langkah mereka di mal. Betapa besar sumbangan mereka kepada modernisasi dengan banyak-banyak mengkonsumsi produk junk food, semata-mata karena nuansa "westernnya" . Engkau akan menjadi faqih pendebat yang tangguh saat engkau tenggak minuman halal itu, dengan perasaan "lihatlah, betapa Amerikanya aku". Memang, soalnya bukan Amerika atau bukan
Amerika, melainkan apakah engkau punya harga diri ????.

Oleh: KH.Rahmat Abdullah

astaghfirullah. ..astaghfirullah ...


*dari milis KMBI -- Akhina Heri Yusuf--*

* Tertohok, ampuni hamba ya Rabb*

Friday, July 24, 2009

Rabb, bukan ku ragu...



Rabb,
Aku yakin akan janjiMU.
Aku yakin akan penjagaanMU
Maafkan jika aku bertanya,
Kau tidak akan mengecewakanku, bukan?

Bukan sebuah keraguan atau ketakutan
Hanya sebuah penegasan kepada diriku sendiri
Agar tidak semakin jauh dariMU

Rabb,
Sentuh hamba yang hina ini Rabb
Agar diri tak semakin jauh
Tak pernah kuragukan Engkau, Rabb.
Tak pernah.

Jujur, aku takut.
Tapi tak pernah ketakutan
Karena Kau tak akan meninggalkanku.
Ya, Tak Akan.

terimakasih Allah
Aku lebih tenang sekarang

Thursday, July 23, 2009

Aku Bernama .....


Aku, perkenalkan
Namaku cinta...
Aku datang membawa hati

Namaku setia
Aku ada tanpa mendua

Namaku rindu
Aku hadir setiap saat

Namaku janji..
Terpatri dalam hati

Dan namaku adalah jarak...
Tak masalah bagiku bernama itu

Lalu,
Bolehkah ku tahu siapa namamu?

*Pojok ruangan berdinding biru, dalam dekapan malam*

Wednesday, July 22, 2009

[ S.E.T.I.A]

Waktu ……

Beku …….

Hampa …..

Lalu :

Nyata …..


Banyak menjelma menjadi tanya

Tak meragu

Ragam canda berwarna yang diselingi sedikit api

Namun air selalu saja datang

Dengan cara yang indah, tepat, pas pada waktunya


Nikmatilah, renungilah

Ini kesempatan

Dan ada pengertian di dalamnya

Tak perlu ragu


Karena aku ................................... [ Setia ]


Bilik kantor, jam makan siang—22 Juli 2009


Tuesday, July 21, 2009

Cinta, Rindu, Jiwa



Kebekuan hati tak melengahkanku

Menemukan apa jiwa mau

Resahmu adalah gadam, menggelinding

Serupa titah selami rasa



Merangkak lalu berjalan tertatih

Terseok dalam kubangan tanpa sela

Menjelma nyata dalam satu pastian

Kau, aku, melebur dalam impian



Gelak yang terangkai belum jua

Mampu resapi makna yang sama

Dalam hampa yang termakna sunyi

Serpihan yang tiba-tiba hadir dalam kepingan jiwa

Membekukan segala apa depan



Mimpi ini, cinta : Kita Punya

Mimpi ini, rindu : Akan ada

Mimpi ini, jiwa : Bersama

Waipirit - Piru, 21 Juli 2009

Monday, July 13, 2009

Ambon Kita

Senja tadi, saya dikejutkan oleh hp yang berdering dari teman STM. Lebih terkejut lagi ketika dia meminta saya menebak sedang dimana dia sekarang. Pertanyaan yang tak biasa itu gampang sekali ditebak jawabannya. Kira-kira begini percakapan kami :

Teman (T) : Eby, tebak ko dimana ka skarang?
Saya (S) : Di Ambon ko mi?
T : Iyo, di Ambon ka dari kemaren. Tapi sa di Waiheru, baru ka ini ke Ambon.Skarang sa lagi di Pasar Mardika
S : Serius ko mi?
T : Serius ka. Sa lagi dikotamu yang jorok dan sempit

Seterusnya, itu percakapan biasa sesama teman. Kali ini saya pengen kita sama-sama menyimak kesan salah seorang yang baru menginjakkan kakinya ke kota kita yang berjulukan Manise ini.

Sempit dan Jorok.

Kesan ini bisa ditanggapi macam-macam, bisa sinis, bisa koreksi ataupun cuek beybeh. Mungkin pula kesan sempit karena dia mendapatkan kemacetan di Mardika yang nyaris tak pernah berhenti. Pun Jorok ia dapatkan karena sedang berada di Mardika yang memang jorok, begitulah kenyataannya. Agak tak fair memang, jika dengan melihat sudut Mardika lalu mengambil simpulan bahwa Ambon Sempit dan Jorok. Tapi kita juga gak bisa kan memaksa turis lokal untuk mengelilingi kota Ambon berbulan-bulan supaya mereka bisa pulang dan bilang Ambon itu indah, Ambon itu bersih, atau kesan-kesan baik lainnya.

Pasar Mardika, 15 sampai 12 tahun lalu saat masih SMP, sepertinya tidak sekacau sekarang. Mobil umum punya tempat antriannya masing-masing, pedagang punya lahan sendiri tanpa perlu mengambil lahan terminal. Laut yang dulunya menjadi view menarik dari terminal sekarang tergantikan dengan sampah-sampah yang tentu tak bisa dikatakan menarik. Bukankah seharusnya semakin hari, semakin tahun, pembangunan serta keteraturan kota semakin baik?

Kita boleh bangga dengan pantai-pantai kita yang saking banyaknya kita sendiri tidak menghafalnya, dan saya haqqul yaqin tak ada seorang pun anak Maluku yang sudah mendatangi seluruh, sekali lagi, seluruh tempat-tempat indah di Maluku yang tentu dimiliki setiap desa. Kebanggaan itu mau kita jual ke luar? Silahkan saja. Namun jika untuk ke tempat-tempat yang membanggakan itu, harus melewati jorok dan sempitnya Mardika atau sudut-sudut lain yang tak bisa dibilang bersih, apa jawaban kita jika ditanya? Menyalahkan pemerintah? Atau menyayangkan kesadaran masyarakat?

Jawab pakai hati, nyamankah kita tinggal di Ambon? Saya sendiri merasa belum saatnya menjawab iya untuk pertanyaan itu. Karena Mardika adalah tempat yang saya lewati setiap hari jika saya sedang berada di Ambon, dan kemacetan serta suasananya sangat tidak me-nyaman-kan. Bukankah pasar tradisional tidak harus sama dengan kumuh?

Anda ??????????????????

Waimeteng, 13 Juli 2009

Sunday, July 12, 2009

Goresan Saja

Terkadang, untuk sesuatu yang kita yakini
Kita perlu melakukan hal-hal yang dalam keadaan normal tak mungkin mau dilakukan
Hal-hal sederhana yang kita percayai dengan sungguh
Di suatu waktu mampu melecut kita mengerjakan hal yang tak biasa

Apa yang terjadi kemarin adalah langkah yang terseret hati
Nurani tak bisa menunggu untuk sesuatu yang diinginkan
Bukankah bola harus dijemput
Dan aku sudah menjemput

Lega,
Tak mulus memang, tapi lega
Karena memperjuangkan sebuah keinginan adalah istimewa

RumahTiga, 12 Juli 2009

Sunday, June 28, 2009

Gadisku, Mengangkasalah..........


Cinta, kau temukan jua

Sayap pendamping yang kau nantikan

Menjemputmu memulai pengembaraan

Yang semoga selamanya


Cinta,

Dalam temaram senja, wajahmu bercahaya

Belum pernah ada senyum semanis ini

Yang kau hadirkan selama hidupku bersamamu


Cinta,

Kau telah dijemput

Siapkah kau meninggalkan kami?

Karena aku tak siap kau tinggalkan


Cinta,

Serupa makna matahari bagi manusia

Serupa itulah kau padaku

Lantas jika kau pergi,

Kemanalagi aku berharap sinar?


Cinta,

Melihatmu bahagia adalah kebahagiaan terbesarku

Melihatmu tersenyum adalah senyuman terindahku

Membelaimu, melihatmu, adalah sejuk mataku


Dia telah datang,

Seorang pangeran yang bersiap menggandeng tanganmu pergi

Mitsaqan ghalidza itu, bahagia dan duka bercampur tak karuan

Dia, kenapa dia datang lalu membawamu pergi?


Cinta,

Tak ada kata yang pantas menyematkan bahagia di hatiku

Melihatmu tersenyum manis..manis sekali

Lalu terkadang tersipu memerah


Cinta,

Aku mencintaimu, dengan seluruh hidup yang aku punya

Aku mencintai keputusanmu dengan seluruh napas yang aku hirup

Aku mencintaimu dengan sepenuh doa seumur hidupku


Selamat sayang,

Barakallah untuk kalian berdua

Aku disini, bersama kalian hingga detik terakhir hidupku


Rumah cinta Wailahan, 28 Juni 2009 : Ditulis untuk seorang gadis berjilbab biru

Nb : Ardi, jaga adekku dengan seluruh hidupmu. Bimbing dia disisimu. Dia bunga terindah yang kau petik dari taman kami.

Monday, June 22, 2009

Salah satu sisi Allang Asaude





Allang Asaude, satu desa diantara 89 desa di SBB yang berpenduduk mayoritas Kristen (bukan mayoritas, tapi semuanya). Di Allas, kami tinggal di rumah keluarga Bu Ulis. Bu Ulis beserta istrinya, Usi May dan 3 anaknya (Versi dll), begitu hangat menyambut kami dan memberikan pelayanan terutama kenyamanan serta suasana hati yang enak yang tak bisa ditawarkan oleh hotel bintang lima manapun. Di sela-sela tugas yang harus kami jalankan di desa Allang Asaude, Kecamatan Waesala Kabupaten Seram Bagian Barat, Kamis yang lalu kami mendaki gunung Kotahalu, sebuah gunung karang yang konon katanya dulu gunung yang tinggi lalu pada zaman penjajahan Belanda, dari arah Laut, Belanda mengira gunung ini adalah bangunan. Belanda kemudian membombardir gunung dengan tembakan-tembakan hingga gunung Kotahalu ini runtuh dan berbentuk seperti sekarang ini. Beruntung rasanya diberi kesempatan oleh Allah berkunjung di satu sisi lain dari bumiNYA yang begitu indah.


Perjalanan kami mulai pukul 05.30 WIB dan setelah berjalan sekitar 10 menit ke kaki gunung, mulailah pendakian yang lumayan sulit itu. Dalam kondisi gelap, berbekal 2 senter, kami berlima memanjat dan mendaki dengan rasa penasaran apa yang akan kami lihat di puncak nanti. Medan yang sulit dalam kondisi gelap membuat perjalanan lebih lama dari yang biasanya, itu kata Aty dan Angki yang menjadi guide kami bertiga. Yah, buat pemula oke-lah. Apalagi ini karang semua, kudu lebih hati-hati kalo gak mau kena tajamnya karang. Pendakian yang luar biasa. Capeknya minta ampun. Tapi semakin dekat ke puncak, dan semakin capek dirasa, semakin bersemangat kami mendaki. Dan ternyata benar. Sampai di puncak, semua kelelahan itu terbayarkan oleh suguhan alam yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Angin puncak yang bertiup menghapus keringat hasil pendakian dan mata benar2 termanjakan oleh alam. Di depan pulau Allang yang terlihat dari puncak gunung Kotahalu ini, ada tiga pulau yang terlihat. Ada pulau hoffman (atau hotman ya?), katanya ada gua yang isinya tengkorak. Sebelahnya ada pulau yang lebih kecil dari pulau Hoffman (atau hotman) bernama pulau Air, dan pulau Tatinai. Ketiga pulau ini tidak berpenghuni. Pulau Hoffman ini akan jadi target kunjungan berikut jika saya ke Allas lagi. Untuk kesana, kita cuma perlu naik ketinting alias dayung sendiri setengah jam. Dari puncak, juga terlihat sebuah danau/telaga yang disebut talaga Halong. Dua tempat ini serta merta masuk dalam daftar daerah berikut yang harus kukunjungi.


Pas lagi pose-pose narsis di atas, dari arah Waesala, muncul pelangi yang melengkapi keindahan pagi itu. Matahari pun mulai muncul malu-malu dari timur menerpa menyegarkan wajah. Di Allang Asaude, tidak ada komunikasi. Masyarakat yang mau berkomunikasi, biasanya naik ke gunung ini lalu mencari sinyal kiriman dari Namlea. Kadang sinyal muncul, namun lebih sering tidak munculnya. Hari kami mendaki itu, sinyal hanya “singgah” di handphone Aty yang digantung di dahan pohon. Gantung di dahan pohon, memang cara mencari sinyal. Di handphone yang lain, sinyal tidak mau “mampir”. But its not a big deal karena kedatangan kami bukan untuk telpon. Lucunya, sudah jauh2 kita mendaki, dua orang yang dihubungi Aty, satunya tidak aktif dan satunya tidak menerima telpon. Kasian amat ya.


Konon pula, kata Aty dan Angki, selama ini orang-orang dari luar Allang Asaude yang naik ke gunung Kotahalu ini tidak bisa mengambil gambar. Sementara kami, semua peralatan narsis mulai dari handycam, kamera digital dan 3 hp kamera, semuanya berfungsi maksimal. Aty bilang “dong bisa foto-foto e. Orang luar kalau kesini to seng bisa foto. Dong pung hp dan kamera seng bisa pake foto. Tapi ini bisa tu. Memang dong nae deng hati bersih jadi bisa”. Senang dengarnya, karena memang tak ada apapun yang kami inginkan selain ingin mengagumi.

Waktu hal ini kuceritakan ke Bapa Raja Allang Asaude, beliau tersenyum dan bilang “Nona eby kan orang Luhu, katong pung Tamaela”. Tamaela, saya tidak tahu apa itu arti jelasnya Tamaela dan bedanya dengan pela. Yang saya tahu, kalau orang Luhu ada kegiatan besar atau ada musim cengkeh, yang datang untuk bantu dan juga naik cengkeh adalah orang Allang, begitu juga sebaliknya. Berasa istimewa setiap kali Bapa Raja bicara dan menyebut saya dengan panggilan “Nona Ela” dan saya pun disuruh untuk tidak memanggilnya Bapa Raja, tapi “Bapa Ela”. Its wonderful…..

Monday, June 15, 2009

tak berjudul

sedu menyapa hati
pada makna hujan ia bertanya
dinginkah kau rasa
atau memang begitulah adamu

tak menemukan tempat untuk berlabuh
tapak kaki masih harus tertatih
merengkuh asa berselimut mimpi
menjelma kesunyian dan bisikan takbir
betapa kesyukuran menggelembungi naif diri
tak bisa begini jika tak ada kasih sayangNYA

makna apalagi yang masih dicari
ketika harap tak kunjung tiba
padahal telah banyak tetes-tetes penantian
lalu bertanya ia pada angin
tak lelahkah kau mengembara
atau memang begitulah adamu
menyinggahi tempat tak terjamah sebelumnya
penuh yakin makna nyata kehadiranmu
diiringi salam tasbih, salam selamat datang

lalu matahari kembali tersenyum
seringainya lebar hingga menusuk pori
maka bertanyalah ia pada matahari
tak bosankah kau menyinari
atau memang begitulah adamu

Wednesday, May 06, 2009

Masih Berharap .................

Dunia pendidikan adalah dunia yang penuh warna. Dunia yang begitu sempurna, luar biasa, heroik, patriotik dan segala yang berbau kepahlawanan. Setiap melihat seorang guru, timbul sebuah rasa kagum, ada manusia-manusia pilihan yang mendedikasikan hidupnya kepada sesuatu yang baru bisa terlihat hasilnya bertahun-tahun kemudian.

Banyak yang bisa diberikan oleh seorang guru, banyak pula sebenarnya yang bisa mereka minta. Tapi tak pernah sedikit pun mereka menuntut balasan atas setiap kesuksesan yang mereka toreh, setiap kesuksesan yang mereka siapkan sejak awal mereka mendidik. Namun terkadang mereka malah lupa, bahwa mereka pernah menitipkan segores asa dan meletakkan satu bata kesuksesan kepada anak muridnya.

Kesan di atas adalah kesan saya terhadap pendidikan dan para guru di masa lalu. Dulu, ya dulu. Sekarang ini, sulit mencari guru yang menjadikan kata “mendidik” sebagai semangat hidupnya. Sekarang, guru hanya profesi yang mudah dilakoni siapa saja, bahkan jika ia tidak memiliki basic keguruan sekalipun. Aktivitas mengajar hanya sebagai rutinitas, tak lagi menyertakan hati.

Tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada para guru senior yang masih sangat berdedikasi terhadap tugasnya tapi tak diperhatikan haknya oleh Pemerintah, saya ingin mengatakan bahwa saat ini sepertinya siapa pun bisa menjadi guru. Mereka yang setelah selesai kuliah lalu tak kunjung mendapatkan pekerjaan, berbondong-bondong mengajukan lamaran sebagai guru dan dengan mudah diterima. Modal Akta 4 yang hanya 2 tahun cukup bisa disejajarkan dengan lulusan keguruan yang memang sejak awal berniat menjadi pendidik. Karena itu, langkah menutup Akta 4 adalah langkah yang sangat tepat dan sangat bertanggungjawab, karena itulah yang tanpa disadari akan menghancurkan sistem dan kualitas pendidikan kita.

Saya ambil contoh di sebuah desa yang tak perlu disebut namanya, mutu dan kualitas guru perlu dipertanyakan. Para guru yang terhitung masih sangat muda itu di siang hari mengajarkan pelajaran di sekolah dan di malam hari, masih bisa kita lihat joget di saat pesta kampung atau berkata tidak sopan dalam pergaulannya. Bukankah seorang guru yang diikuti bukan hanya pelajarannya tetapi juga bagaimana dia ber-akhlak. Apa jadinya jika akhlah dan mental pendidik bobrok? Apa yang bisa ditiru oleh muridnya? Tak ada lagi pendidikan berkualitas yang bisa dihasilkan. Tak ada lagi pola mengajar dan komunikasi yang mampu membuat siswa rindu akan sekolah. Beberapa guru muda pernah datang bertamu ke rumah saya, dan masuk sampai dapur tanpa mengucapkan salam. Dan setelah yang dicari tak ada, mereka pergi tanpa mengucapkan salam pula. Kemana larinya sopan santun seorang guru? Bagaimana ia bisa mengajarkan sopan santun kepada siswanya jika ia sendiri tak punya itu? Padahal, Pendidikan adalah instrumen rekonsiliasi sosial. Jika tak direkayasa pola pikir siswa secara baik dari sekarang, hal ini bisamengancam eksistensi integral sosial dalam sebuah masyarakat di masa yang akan datang.

Sungguh, saya berduka atas mental-mental pendidik seperti ini. Namun, saya percaya masih ada para pendidik yang luar biasa. Masih ada pendidik yang menjadikan pendidikan sebagai nafasnya, sebagai hidupnya. Sungguh, saya percaya mereka masih ada.

Dan sungguh, saya masih berharap akan sebuah perbaikan .......

* Ditulis untuk postingan MBC meramaikan Hardiknas*

Para Pelukis Semangat

3 tahun sudah saya tinggalkan dunia pendidikan formal, kemudian mengakrabi pendidikan yang sebenarnya. Pendidikan dimana setiap orang adalah tempat kita belajar. Setiap peristiwa adalah bab yang diajarkan oleh alam, oleh Tuhan. Pelajaran yang baru kita tahu temanya setelah dijalani, ya, belajar tentang kehidupan itu sendiri.

Tak banyak yang bisa saya ceritakan tentang 18 tahun di bangku sekolah resmi sejak TK hingga kuliah. Masuk TK di usia 4 tahun hanya karena ingin berpakaian putih biru seperti kakak, yang karena itu pula ditolak oleh salah satu SD favorit di Ambon pasca lulus TK karena katanya tidak menerima siswa berusia 5 tahun. Sampailah saya pada sebuah SD yang sederhana, yang saat itu hanya karena kekecewaan ditolak oleh SD yang sebenarnya saya dambakan. SD Negeri 5 Tawiri Ambon, sebuah sekolah di Bilangan Tawiri yang sunyi dari lalu lalang kendaraan. Sekolah yang tampak sangat sederhana tapi disitulah saya menemukan pendidikan yang sebenarnya. Guru-guru yang luar biasa yang percaya akan setiap anak didiknya, yang menganggap setiap muridnya adalah emas yang layak untuk disepuh.

Persahabatan yang muncul di sekolah sederhana nan bersahaja ini bukan hanya persahabatan antara para siswa tapi juga persahabatan antara saya dan beberapa guru bahkan hingga detik ini. Diawali dari Ibu Kariuw di kelas 1, lalu seterusnya Ibu Mina Waliulu, (alm) Pak Sabban, Ibu Sahertian, Ibu Sapulette, Ibu Mien Berhitu, Ibu Rat, Ibu Nun Keliobas, dan Pak Dadiara. Mereka inilah yang sangat yakin akan kami, para muridnya. Mereka yang selalu memompa semangat kami agar yakin akan kemampuan kami. Dan hingga kini, setiap tahun kami selalu menyempatkan diri ke SD tercinta itu menjenguk mereka dan setiap tahun pula mereka selalu bilang bahwa mereka bangga akan kami. Sesungguhnya kami-lah yang bangga akan mereka. Karena mereka-lah, kami bisa sampai di titik ini.

Di SMP (SMP Negeri 2 Ambon), tak banyak sosok guru yang bisa saya ceritakan. Tapi ada satu guru yang melekat di hati yaitu Pak Umar (Guru PPKN). Di satu kesempatan, beliau pernah menjaga kami saat tak diijinkan keluar sekolah sementara kami belum shalat maghrib. Beliau lalu meminjam lab Biologi,dan menyuruh kami shalat di atas meja lab, sementara beliau di luar lab menunggui. Sungguh luar biasa. Entah dimana beliau sekarang. Terakhir ketika beliau bertemu dengan Ayah, beliau sempat menanyakan keadaan saya, dan katanya beliau sudah ngajar di Ternate, pindah karena konflik 1999 itu. Di SMA (STM Telkom Makassar), banyak guru yang kocak, yang santai. Tapi ada juga yang killer. Disini tak banyak yang bisa saya ceritakan karena semua gurunya luar biasa. Ada kenangan dari setiap pendidiknya.

Semua pendidik yang saya temui selama 18 tahun ini adalah pribadi-pribadi yang luar biasa. Mereka berkorban banyak untuk anak-anak didiknya. Hal itu baru saya sadari 3 tahun yang lalu. Saat kuliah sudah berakhir, LAB yang saya kelola sedang tak ada praktikum, dan belum ada keinginan untuk pulang kampung ke Ambon, ada tawaran dari Dosen untuk mengajar di salah satu STM Listrik di Surabaya. Saya mengajar di kelas 1 dan 2 dengan total 6 kelas yang per kelasnya 36 orang. Bisa dibayangkan, menghadapi 216 anak usia SMA yang kesemuanya laki-laki. 216 keinginan, 216 karakter, 216 kemauan, 216 tingkah aneh-aneh, dan beberapa yang kurang ajar.

Memang, masih ada jenis murid yang menyenangkan. Yang sering berdiskusi, yang kemauan belajarnya tinggi. Beberapa yang setiap harinya curhat masalah pribadi. Kita juga sering makan bersama sambil berdiskusi di ruang kelas. Banyak hal yang menyenangkan. Namun ada satu peristiwa yang begitu menyesakkan dada. Saat itu, entah bagaimana, kelakuan semuanya begitu menjengkelkan. Mungkin juga karena pembawaan yang memang sedang capek, semua hal jadi begitu menyebalkan. Kelakuan mereka di dalam kelas yang kelewat batas dan saya yang tak bisa mengeluarkan emosi di depan mereka hanya memilih diam. Dan sebelum jam mengajar berakhir, mereka saya pulangkan karena batin saya yang capek.

Saya pun pulang. Dan dalam perjalanan pulang itulah, tangis tak bisa dibendung. Tangis capek dan tangis mengingat jasa para guru dan terutama ibu saya yang juga seorang guru. Betapa susahnya menjadi seorang guru. Di sekolah, dihadapkan dengan berbagai macam masalah dan sampai di rumah, bisa saja ada masalah-masalah baru dalam keluarganya. Atau sebaliknya, di rumah sedang bermasalah dengan keluarga, namun harus tetap ke sekolah dan mengajar tanpa melibatkan emosi, mengabaikan suasana batin yang sedang tidak enak.

Itu pula mungkin penyebabnya, kenapa kita sering melihat guru-guru yang melakukan tindak kekerasan. Tekanan pekerjaan dan suasana yang batin yang tidak mendukung bisa menjadi alasan seseorang tak bisa mengendalikan emosinya. Karena itulah, melalui tulisan ini, saya ingin memberikan apresiasi yang luar biasa kepada guru-guru yang masih bisa tersenyum di sekolah. Bahkan kadang senyuman itu yang bikin murid-muridnya tersenyum lebih ceria. Apresiasi yang tinggi kepada para pendidik yang mampu melejitkan setiap anak didiknya menjadi orang yang lebih hebat darinya dan tersenyum bangga tak menuntut balas.

Terimakasih tak terhinggaku kepada seluruh guruku di SD Negeri 5 Tawiri Ambon (Ibu Kariuw, (alm) Pak Sabban, Ibu Sahertian, Ibu Sapulette, Ibu Mien Berhitu, Ibu Mina Waliulu, Ibu Rat, Ibu Nun dan Pak Dadiara). Mereka-lah peletak kedua batu semangat belajarku (setelah orang tuaku, tentu saja). Mereka yang hingga detik ini, setiap kali bertemu dengan saya, selalu mengatakan kebanggaannya, meski saya tak tahu apa yang mereka banggakan. Saya-lah yang bangga dan beruntung dididik oleh mereka. Love you all.

*ditulis dalam rangka Hardiknas*

*ditulis dalam rangka apresiasi MBC (Maluku Blogger Community) pada guru lewat tulisan*