Thursday, March 31, 2011

(147) Sebulan Merantau

Akhir bulan. Berarti pas sebulan meninggalkan Ambon. Sebulan di Ciloto, bersama teman-teman dari daerah lain. Bertukar bahasa, bertukar kebudayaan, dan bertukar cita rasa. Kadang-kadang kangen sama Ambon. Makanannya, suasananya dan yang paling sering adalah kangen keluarga di rumah, Ibu, Papa, ddan si kecil Naya.
Sebulan disini, jalan-jalan sudah meski belum banyak. Yang banyak itu pusingnya. Saya yang orang teknik, tak pernah tau soal keuangan tiba tiba harus dijejaali otaknya dengan Dasar Manajemen, Manajemen Keuangan dan Manajemen Biaya. Istilah istilah seperti aktiva, neraca, passiva, likuiditas, depresiasi, factory cost, leverage, break even point, average collection period, debt ratio, net income after tax, earning before interest and tax dan tau deh. Senang sih, bisa jadi tau perhitungan begitu, tapi kalo dijejal hanya dalam kurang dari 2 minggu bisa semua, kalo kata orang Makassar, poge ma’. Kalo kata orang Ambon, sampe pastiu.



Sebulan disini, teman teman semakin hari semakin menyenangkan. Mulai dari Aceh sampai Raja Ampa ada disini. Ada juga dari daerah daerah yang belum pernah kudengar sebelumnya seperti kepulauan anambas, sijunjung, bulungan. Mungkin itu yang bikin sedikit lebih betah. Lingkungan persahabatan yang baru, lintas suku. Dengar cerita tentang banyak daerah, banyak budaya, liat banyak gambar dari daerah lain, Indonesia memang kaya. Bertemu mereka semua, resolusi travelling saya adalah menjelajahi Indonesia, melihat kekayaan Indonesia lebih dekat.

Wednesday, March 30, 2011

(146) Gendut

Nah, sekarang bicara soal berat badan ya. Ada perbedaan dulu dan sekarang. Dulu itu sejak STM sampai selesai kuliah dan awal kerja. Sekarang yang sekarang, tepatnya sejak setahun terakhir.

Dulu berat badan gak pernah di atas 40  sekarang di atas 50
Dulu setiap gak makan, dipaksa makan  sering dilarang makan
Dulu kalau makan, disemangati “makan yang banyak,by”  sekarang kalau ambil makan, yang dibilang “jangan banyak banyak, by”
Dulu setiap ketemu orang, disuruh menggemukkan badan  sekarang disuruh mengurangi berat badan
Dulu kuliah dibilang kayak anak SMP  sekarang dibilang udah kayak emak emak.
Dulu dibilang “kamu tuh bukan kurus by, tapi tipis"  sekarang dibilang “makin lebar aja, by”

Duuh…. Setelah saya menggemukkan badan dengan mengkonsumsi susu setiap hari dan makan terus, sekarang saya disuruh menurunkan dengan sit up, mengurangi makan dan lain-lain. Tahulah, yang penting saya sehat. Naik dan turunnya, lihat nanti, saya tak upayakan apa apa. Paling sit-up saja soalnya perut jadi buncit.

Ada tips buat nurunin lemak di perut?

Tuesday, March 29, 2011

(145) Belajar dari Supir Angkot



Menolong seseorang yang tidak kita kenal, tiba tiba bertemu di jalan, mungkin saja menjadi sesuatu yang langka. Hanya orang orang yang berhati bersih, berhati putih saja yang bisa melakukannya karena tak akan ada pamrih yang bisa diharapkan dari pertemuan tiba tiba nan singkat itu.
Sore tadi, di layar kaca, sebuah reality show kembali mengajarkan kita bahwa merek ayang berhati bersih dan putih itu masih ada. Dan kebanyakan dari mereka, adalah orang orang yang tak memiliki pendidikan tinggi. Begitulah adanya, memiliki hati bersih dan putih tak diajarkan di universitas manapun. Ia hanya ada di universitas kehidupan.

Pak Suprihatin, begitu namanya kalau saya tidak salah ingat. Seorang supir angkot yang dalam perjalanan menuju kantor Kabupaten, bertemu dengan seorang nenek yang minta tolong dibelikan ikan asin dan beras karena nasi yangn ia belikan untuk anaknya di rumah jatuh saat diserempet motor. Si bapak yang sebenarnya juga sedang dalam keadaan sulit, tetap membantu nenek hingga tuntas. Singkat cerita, setelah menolong nenek, Bapak Pri melanjutkan perjalanan ke kantor Kabupaten sebagai tujuan utamanya. Sesampai di kantor Kabupaten, pak Pri malah bingung saat ditanya ada tujuan apa kesitu. Beliau dengan polosnya menjawab : “Anak saya sakit. Ada tumor di telinganya sejak Desember. Saya kesini disuruh Pak Lurah aja. Saya juga gak tau mau ngapain disini”.

See, kesulitan bapak ini tidak menutup hatinya untuk melihat kesulitan orang di sekitarnya. Lalu setelah tim acara reality show memberi rezeki kepada beliau dalam bentuk uang, tak terkira betapa bersyukurnya beliau. Deraian air mata dan lafadz syukur kepada Allah tak berhenti ia ucapkan dan ditandai dengan sujud syukur di jalanan Ibukota itu. Mari berkaca kawan-kawan, kita, saya terutama, masih saja kurang rasa syukur ketika diberi kenikmatan yang sama dengan yang sedang Bapak Suprihatin alami.

Adzan maghrib sudah terdengar. Saatnya untuk kita kembali menundukkan hati, menundukkan jiwa dan raga, mengibarkan kesyukuran kepada Sang Pemilik Hidup.

sumber gambar : andhikakurniawanpontoh.blogspot.com

Monday, March 28, 2011

(144) Malu Nge-blog



Duh, malu juga kalo berkunjung disini. Janji 365 hari nge-blog, biasanya kosong 3-4 hari. Ini sudah sebulan lebih. Kalau ditanya kenapa, sebenarnya gak ada alasan. Toh, kalo gak bisa di depan kompi juga bisa lewat hp. Socmed lain model Fb dan Twit masih sering ditengok, rajin malah. Tapi blog sendiri malah tidak terjenguk.

Well, saya kembali. Entah dengan semangat yang baru atau tidak. Yang jelas dengan penyesalan yang mendalam tidak pernah menjenguk blog ini dalam satu bulan terakhir. Sebulan ini saya tidak sedang di tanah tercinta, Ambon Manise. Setelah dinyatakan lulus seleksi Diklat Pengembangan Konsultasi Diagnosis IKM, saya beserta 59 teman lain dari seluruh Indonesia bertemu di Ciloto, Kec Cipanas Kabupaten Cianjur.

Disini dingin, saya yang berasal dari daerah yang panasnya minta ampun, kini harus tinggal di daerah yang dinginnya minta ampun. Keluar kemana mana dengan jaket tebal, atau baju berlapis. Sementara yang saya lihat di jalan-jalan, mereka keluar dengan pakaian seadanya. Sempat terpikir, seandainya penduduk sini saya ajak tinggal sehari di ambon, kuat gak ya. Secara mereka gak pernah nemu matahari dengan utuh kayak kita.

Well, sudah sebulan dan alhamdulillah sudah bisa beradaptasi dengan udara dan makanannya walau kadang-kadang sering kangen dengan masakan Ambon. Kangen dengan keluarga di Ambon. Masih ada empat bulan yang harus dilewati. Semoga tetap semangat. Di kesempatan lain, insyaAllah saya akan berbagi cerita seputar serunya bersama 59 teman baru dari daerah berbeda, bahasa berbeda.


sumber gambar dari : endralife.co.cc