Thursday, October 29, 2009

Demo mahasiswa di mata kita...



berikut, percakapan tentang demo mahasiswa sekarang. bagaimana menurut kalian?

1. demo dengan kekerasan adalah bumbu demokrasi.

2. dengan Demo...... masalah dapt muncul ke Public seblum negoisasi maslah.

3. gak ada yang melarang demo. sah-sah saja. memunculkan masalah ke publik tidak harus dengan kekerasan dan melupakan kesantunan kan? apalagi dilakukan oleh mahasiswa yang dengan bangga memakai jas almamater. apa bedanya dengan preman pasar yang mempertahankan lapak-lapak yang mau digusur satpol?

4. sepgthuan gw sih... Demo itu jalan terakhir......
biasanya sblum Demo sdah diadakn pertemuan kdua blh pihak ....... " Demo " Pemerintah langsung turun lansung manangaapi pesoalan -persoalan..."

5. sepengetahuanmu. kenyataan gak kayak gitu kok. demo justru dilakukan di awal untuk menarik perhatian pemerintah. dan sayangnya, selalu saja dinodai dengan aksi kekerasan. sudah tak ada lagikah cara elegan yang terpikirkan oleh para mahasiswa?

6. demo yang santun???? enggg... pada satu pihak kekerasan bukan kemauan tapi itu adalah salah satu langkah juga untuk mencapai tujuan, bukannya lebih baik nyata dari pada manis dimuka dan penuh janji2 indah tapi kenyataannya menginjak lebih sadis dari pada penjajah? :D

7. saya tak penah percaya bahwa kekerasan adalah salah satu langkah. bukannya kita dianjurkan untuk menasehati, menyampaikan atau apapun dengan hikmah. santun bukan berarti manis di muka. santun berarti menunjukkan kebesaran jiwa untuk menyampaikan maksud dengan indah. percayalah, kekerasan tak pernah menemukan kebaikan pada akhirnya

8. betul sudara, segala hal yang paling baik adalah dengan menasehati, menyampaikan dengan baik dan lain2, tapi tidak selamanya penyampaian dengan baik itu akan berhasil, kekerasan pun diperlukan jika dibutuhkan, sayah bilang kekerasan adalah salah satu jalan, bukan satu2nya jalan bu... pada beberapa kondisi sayah sepakat dengan kekerasan dan pada hal lain saya akan menolak kekerasan :P~

9.okelah,banyak contoh kasus yang bisa diberikan. tapi skarang pembahasannya adalah demo mahasiswa. liat kan tayangan berita di tivi? lempar batu, lempar kursii, lempar kaca gedung pemerintah, robohkan pagar dewan. lalu kalo anggaran untuk perbaiki hal2 itu, didemo juga. maunya apa? jangan salahkan kalo mahasiswa-mahasiswa akan datang akan bersikap yang sama karena saat ini disuguhkan cara berdemo oleh mahasiswa sekarang.

10.ehhmmm.. ini hanyalah pengulangan sejarah saja, bukannya mahasiswa2 dulu sudah melewati sejarah gerilya dari kampus ke kampus sampai turun ke jalan, dari cara santun dan sopan aka diplomasi dengan pejabat sampai turun ke jalan membuat onar.. peristiwa malari bukannya itu terbukti nyata? kayaknya sayah lebih memilih untuk melihat hasil dari aksi ... kekerasan yang mereka buat, kalo hasilnya lebih banyak mudharatnya maka itu adalah pekerjaan yang paling sia2 selama mereka demo, kalo bermanfaat dan berhasil baik.. kenapa tidak didukung? :D

11. Mreka itu : Blum Belajar Manajemen Aksi........
Klo dah blajr n mmhami. Pasti pham Perangkt 2 aksi dlll
Bgitu.........

12. sapa bilang? kayaknya didikan semua tentang perangkat aksi dan manajemen aksi ditingkatan mahasiswa udah pada ada deh, tapi skr kayaknya chaos lebih dipilih untuk didengar pemerintah, soale aksi damai skr sudah dianggap biasa.. mahasiswa butuh ramuan baru lagi.....

13. tanpa menyalahkan sejarah lho ya. coba deh diliat lagi aksi-aksi belakangan ini. ada dampaknya? pemerintah kita tuh sudah kebal dengan demo tidak simpatik model begitu. demo ala 98an memang bawa hasil meski ada korban jiwa, namun mampu merubah kebijakan pemerintah yang dahsyat. lalu bergulirlah demo demo diwarnai kekerasan berikutnya, ... keballah pemerintah kita. mahasiswa yang berdiri berteriak mengacung-acungkan jari ke pemerintah, begitu dikasi kedudukan, begitu masuk dalam birokrasi, mandul juga mereka. tidak semua memang, tapi banyak. idealisme mereka tergadaikan oleh aroma birokrasi. forum-forum aspirasi banyak, namun tak mau dipakai. mahasiswa inginnya cepat namun harus dibayar mahal dengan korban fisik maupun jiwa. revolusi dan revolusi...

14. aksi damai sudah biasa, aksi kekerasan juga sudah biasa. malah meresahkan masyarakat. perlu dicari ramuan baru lagi kalo mau didengar.

15. Demo awalnya Simpatik...........berujung anarkis .. Why.
a. ditunggangi kpntingn Lain
b. Tuntutan aksi tdk tercapai dngn sett aksi
c. dengan cara Anarkis " Masalah dapt dipuiblikasikan " Media Masa, Electronic, Dlm n Luar Negri ...
d. Media salh stu Tujuan Aksi " terexspos '' masalh yg dperjuangkan .

16.nah itulah dia, butuh formulasi dan rekonstruksi gema yang baru, soalnya jaman sudah berubah, kekerasan jaman skr bisa dibilang ga ada efeknya sama sekali, tapi bukan berarti kekerasan harus dilepaskan dari sebuah gerakan, sebab hal itu dibutuhkan, pemerintah bisa mengikuti perubahan kenapa mahasiswa ga? soal idealisme yang tergadaikan itu kan ... sudah dari sononya, akbar tanjung dulu adalah salah satu tokoh gema yang radikal tapi akhirnya jatuh juga.. ah teringat soe hoek gie, seorang idealis yang harus terbuang dari kumpulannya :D

17. Kadang Aksi 2 demo.........
tdk murni........
Pendemo Bayaran,,,,,,,,,,,,,,,,

18. pada akhirnya semua kita kembalikan pada nurani penguasa dan pendemo. mana yang mau mereka menangkan

sumber : febry waliulu, al attamimi, muluk adul

Monday, October 12, 2009

Jejak dari Laut



Perjalanan ke Luhu baru baru ini adalah salah satu perjalanan yang berkesan.
Hari itu, Jumat Oktober 2009 jelang sore di pelabuhan perikanan. detik, menit, jam berlalu dalam angin, dingin dan sapa ombak. Lalu dari laut, mendekatlah kapal pencari ikan. Sekitar 10 pemuda yang ikut di dalamnya merapat tanpa membawa tangkapan apapun. Ombak yang cukup membuat saya ketar ketir, tak mampu melawan kekaguman saya akan apa yang saya lihat.


Motor ikan itu tidak bisa merapat, jadi sampai di batasnya, pemuda-pemuda itu nyemplung saja ke laut dan berenang atau berjalan ke daratan. Sementara dua bapak yang terakhir turun setelah memastikan motor ikan telah tertambat dengan baik, lalu mendayung melawan ombak merapat ke daratan.

Ada yang merembesi dinding hati, betapa kehidupan yang keras telah dilalui setiap hari oleh mereka-mereka ini. Kita (saya, tepatnya) tersadar bahwa hanya bisa bicara. Hanya bisa mengatakan sebaiknya di desa itu begini dan begitu. seharusnya masyarakat begini dan begitu.

ah, bodohnya diri ini. Mereka jauh lebih kuat, jauh lebih perkasa. tak perlu diajari bagaimana memperbaiki hidup karena setiap hari yang mereka lakukan adalah memperbaiki kehidupan mereka. Lihat saja guratan di wajah, pertanda perlawanan akan keangkuhan zaman. Pertanda tabuhan genderang memenangkan hidup. Tak memilih menyerah akan kesulitan yang dititipkan Allah pada mereka.

Sejam di pelabuhan itu, sejam melihat kehidupan laut itu, aku tertunduk malu karena ternyata keras yang kupunya belum pantas membuatku layak untuk mengeluh.