Monday, January 31, 2011

(88) Beta Caca, bukan Mbak

Postingan ini berangkat dari kekagetan sekaligus kesedihan saya atas sesuatu yang sedari dulu meresahkan.
Berawal ketika pada sabtu sore 29 januari 2011, saya bersama si bapak ke studio foto di a.y patty repro pas photo. Begitu masuk, saya hampiri cewek yang berada di balik peralatan kerjanya. Dia menyapa saya duluan. Ramah sih tapi begini dia memanggil saya :

cewek : bagaimana mbak?
saya yg lgsg shock : usi, dong bisa repro pas photo seng? beta foto ni seng tau akang CD dimana lai
cewek : o bisa, mo ukuran brapa?
dst percakapan biasa plus transaksi...

itu kejadian pertama. Kejadian kedua di hari minggu kemarin, saya kembali ditemani si bapak ke travel di daerah Kudamati tempat tiket saya dipesankan. Setelah masuk,seperti ini obrolannya.

saya : abang, mo ambe tiket do atas nama febry
abang : ~mencari di laci meja~ ini tiketnya. ini tiket berangkat. ini tiket balik.
saya : ~melihat lihat tiket~ oke. brapa jadinya?
abang : ~ambil kalkulator, mencet mencet dan menunjukkan angkanya ke saya~
saya : ~sodor duitnya~ makasih e abang
abang : sama sama mbak.

catat itu. sama sama mbak.

Saya lantas teringat saat di studio photo dan bertanya dalam hati, ini saya lagi di Ambon kan? yang saya temui kemarin dan hari ini juga orang Ambon kan? Lalu kenapa bukan panggilan Caca yang dipakai?
Ini bukan soal sukuisme, apalagi tentang fanatik suku berlebihan. Bukan, sama sekali bukan. Ini cuma kegelisahan seorang mungare Ambon yang merasa tergerus oleh hal seperti ini. Jujur, saya terhenti lama setelah kata oleh tadi, tak tau menggambarkan fakta ini dengan istilah apa. Jika ada orang Jawa yang memanggil saya 'mbak' di tanah Ambon, saya merasa 'terjajah'. Apalagi oleh orang Ambon, di tanah Ambon, saya tidak bisa menggambarkan perasaan yang berkecamuk selain kecewa dan sedih.

Teringat seorang rekan kerja di Jakarta sana, dalam setiap rapat, dia cukup memanggil kami dengan nama karena memang usiany lebih tua. Namun kalau dengan satu rekan lagi yang lebih tua dari dia dan berasal dari Maluku Utara, dia panggil dengan sebutan kak. Dan menurut pengakuannya adalah karena dia tidak mau menjajah dengan panggilan 'mbak'. Salam salut saya untuk beliau.

Saya tidak melarang saudara saudara Jawa kita memanggil kita 'mbak'. Tapi kita yang notabene Ambon, hidup dari sagu dan ikan bakar colo colo, jang iko iko lai sodara. Panggel Caca deng Abang jua.

Ini belum menjadi hal yang dominan memang dan itu patut diapresiasi. Di lorong lorong pasar, di atas angkot, di toko toko kecil, di warung warung, masih dan selalu didengar sapaan 'caca' 'abang'. Tapi di sektor sektor seperti travel dan sebangsanya, kadang kadang 'mbak' yang dipakai. Pernah saya melakukan transaksi di travel via telpon, sepanjang pembicaraan, saya terus disapa 'mbak' padahal saya berkali kali manggil lawan bicara saya itu dengan 'caca' ditambah dengan logat Ambon manta manta.

Begitulah catatan kecil saya tentang kegelisahan. Terus terang, telinga dan darah Ambon saya tidak nyaman.

Thursday, January 27, 2011

(84) Jangan Biarkan Nuranimu Mati


Beberapa hari ini status fesbukku rada-rada keras. Beberapa teman sempat sms terkejut dengan status-status itu. sebenarnya itu status biasa. banyak yang lebih keras, cuma mungkin karena saya jarang begitu maka heranlah kawan-kawan saya.

kenapa saya mesti malu tidak lebih hebat dari dia, kalo dia bisa sehebat itu karena mental bobrok. ukuran hebat bukan dari rumah gedongan kayak hotel itu bung. daripada punya rumah sebesar gedong tapi setiap orang yang melewati malah mencibir. dimata saya, dia tak lebih kerikil di telapak sepatu saya (26 januari)

dikau petantang petenteng borju di depanku trus berpikir saya mau salut gitu? salah orang kau bleh, letakmu tetap di bawah telapak sepatuku. gak ngefek jual harta yang hasil rampokan itu. untuk jadi kayak skarang, dikau tidak dengan perjuangan tapi penindasan terhadap hak rakyat. dan apakah saya iri? apakah saya merasa kalah? TIDAK... SAMA SEKALI TIDAK (masih 26 januari)

si rakus beraksi lagi. eling, eling, bukan hak jangan dimakan. kebanyakan makan bisa sakit perut. jadi orang gak usah kemaruk-lah. apalagi bukan punya sendiri. masak sih ndak punya malu? (27 januari)

ini semua terlintas manakala kami melewati sebuah rumah dan salah seorang rekan sibuk ber-ckckckck melihat kemewahan rumah itu. Padahal sudah jadirahasia umum-lah tentang trek rekor si empunya rumah. sampai disini gak ada masalah sih sebenarnya. Nemnun begitu salah seorang rekan bilang "kalah kamu bhy. dia lebih hebat berarti, lebih jago".

Maka saya pun mau muntah. Kalah? Siapa yang kalah? siapa yang lebih? Ngapain saya mesti minder untuk harta panas itu? kenapa saya mesti malu kemana mana naik ojek dibandingkan dia yang terlindungi manis dari debu dan panas hujan di balik mobil mewahnya. Dia yang kalah. Coba tanya dia, dengan mobil mewahnya dia, sudahkah dia ke Dusun Melati nun jauh disana? Tanya dia, sudahkah dia menikmati ikan bakar dipulau Tatunai? Tanya dia, sudahkah dia menangis bersama masyarakat di malam dingin? Tanya dia, sudahkah dia bercanda sambil minum kopi di tepi pantai dengan masyarakat? Tanya dia, sudahkah dia seranjang dengan masyarakat desa yang jauh disana yang tak dikenal? Tanya dia, sudahkah dia tertawa bersama tanpa ada perbedaan strata dengan mereka? Tanya dia, sudahkah dia hampir didemo massa karena mengusung perdamaian? Tanya dia, pernahkah makan bersama para masyarakat sebagai sesama manusia bukan sebagai penjilat? Tanya dia sana.

Saya bangga naik ojek lalu sibuk menyapa dan disapa orang orang. Daripada dia yang naik mobil tetapi tak tahu bahwa setiap dia lewat, semua memicingkan mata mengelengkan kepala dan beristighfar tak ingin serupa dengannya. Duh,saya tak punya iri untuk hal-hal seperti itu. Sombong itu cuma milik Allah. itu selendangnya Allah. Mana bisa kita bawa kemana-mana.

Apa yang menjadi tanggungjawab kita sekarang, itu bukan punya kita, kawan. itu punya rakyat. Milik rakyat itu, gak bisa kita seenak jidat berbuat lalu kita sibuk pula menyengsarakan mereka. Cobalah sesekali berjalan bersama mereka, lihat bahwa apa yang kamu rasakan sekarang, betul-betul ironi dengan apa yang mereka rasakan. Masih bisakah kau tersenyum kawan?

Akuyakin, kau tidak bahagia. Hidupmu tak tenteram. Tidurmu tak nyenyak, makanmu tak enak. Saya, meski sagu dan kacang masih jadi pengganjal perut, tapi tidurku tanpa beban. Saya masih bisa tegak berhadapan dengan masyarakat dan berjabatan tangan tanpa menundukkan muka malu atau mengangkat wajah angkuh. Belum terlambat sebenarnya. Saya tidak pandai bicara undang-undang. Saya pun tak pandai menggunakan ayat-ayat suci. Saya hanya ingin mengetuk nurani. Bahwa senyummu saat ini adalah duka banyak jiwa. Raba hati (kalo masih ada), dan tanyakan padanya, benarkah adanya apa yang kamu jalani sekarang? Tak perlulah mencoba hebat di mata manusia, di mata penguasa, tak perlu. Cukuplah jadi hebat untuk dirimu sendiri, keluargamu, masyarakatmu. Tak perlu berlomba-lomba mewah kalau didapatkan dengan menindas banyak hak orang lain. Tak perlu kawan, jangan.

Pakailah nurani. Pakailah hati. hanya nurani yang bisa selamatkan Indonesia, selamatkan dunia.

nb : gambar hasil pencarian gugel, nemunya di samaggi-phala.or.id

Friday, January 21, 2011

(78) Energi Berpikir Positif

dulu.. dulu waktu jaman STM, ada masa dimana saya benar-benar hidup dalam lingkaran positif thinking. Padahal saat itu hidup lebih berat, tekanannya lebih dahsyat. Banyak hal yang tidak bisa saya terima dengan akal sehat apalagi hati. Konflik batin ada tiap hari dan bom dalam kepala bisa meledak kapan saja. Namun karena saat itu saya memutuskan berpegang pada pikiran positif, semua jadi lebih mudah. Saya tidak gampang marah. rasanya apa yang saya hadapi itu selalu bisa diambil hikmahnya, selalu bisa diterima alasannya, saya jalani dengan mudah.

Semakin kesini, selepas kuliah dan sudah mengenal dunia baru, dunia kerja, dimana saya bertanggungjawab penuh pada diri sendiri, energi positif itu mulai berkurang. Mungkin karena saya menentukan apa apa sendiri, ego lebih keluar. Apa-apa maunya didengar. Juga mungkin disebabkan kedekatan saya dengan Allah melonggar. yah, masa-masa yang suram buat saya. Hati jadi lebih cepat kesal, ada rekan yang "lambat", langsung ngomel, makanan di warung gak pas, langsung protes, macam-macam. seringkali emosi tak terkontrol dan seringkali pula tercengang, seperti tak kenal diri sendiri.

Nah, sampailah di tanggal 1 Januari 2011 lalu, ketika saya dihadapkan pada sebuah masalah hati yang implikasinya buat saya lebih pada perenungan spiritual, lebih pada mengenal lagi siapa saya sekarang, bagaimana keadaan diri saya sekarang. Lalu, saya merindukan momen itu. Momen positif yang pernah begitu lekat. Saya putuskan untuk kembali bersahabat dengan positif, dan hari itu juga, masalah hati pun terselesaikan.

Well, sampai di sepuluh hari terakhir di bulan Januari ini, positif masih menemani saya kemana-mana. Dan luar biasanya, semuanya jadi lebih mudah. Hati jadi lebih ringan, dan enteng terus otak saya. Saya jadi lebih punya semangat dan emosi tidak terbuang percuma untuk hal-hal sederhana. Senyum pun bisa terus saya sanding. Semoga saya bisa menikahi positif ini selamanya.

Guys, be positive.

nb : gambar hasil pencarian mbah gugel, diambil dari tim69.blogspot.com

Thursday, January 20, 2011

(77) Pagar Baru

15 hari tanpa postingan. waktu yang lama sekali. padahal di 15 hari kemarin banyak kejadian banyak hikmah yang harusnya bisa saya bagi..

Mmmm...jadi skarang mau tulis apa ya? hujan terus saja mengguyur tapi alhamdulillah turunnya setelah seluruh pagar ter-cat dgn rapi. tentang pagar, rumah di tempat tugas ini sudah dipagar setelah hampir 4 tahun tinggal disini. dan senangnya adalah pagar ini bisa berdiri dan di-cat karena persahabatan dan persaudaraan saja..

setelah beli material, saya belum punya dana lagi untuk nyari tenaga. tapi disinilah indahnya tinggal di Ambon. laeng lia laeng. dimulai dari basudara dari Luhu yang dinas di piru, mereka butuh 3 sore,sepulang kerja untuk mendirikan pagar keliling setengah rumah.

dan setengahnya lagi diteruskan oleh teman teman nongkrong kakak yang menyebut diri mereka anak anak Mutel (Muka Terminal). Sepulang gereja,sekitar 12an orang datang di hari minggu kemaren dan mulai bekerja dipenuhi canda tawa.

2 hari terakhir ini, saya dan iwan, ojek langganan yang sudah seperti saudara sendiri, memberikan sentuhan akhir dengan cat. untuk itu semua, tak ada dana lebih yang saya keluarkan. cukup bakwan atau pisang moleng, atau es teh kalo panas dan rokok bagi yang request.

baik bener mereka mau capek capek tapi mereka senyum dan tidak menganggap ini pekerjaan. bahkan katanya kalo tau tau pagar jadi tanpa mereka, mereka malu kalo ke rumah nanti. duh,baiknya.

untuk semua bantuan, terimakasih. biar Allah sahaja yang membalas kebaikan kalian. kalian baik, baik sekali..

Wednesday, January 05, 2011

(62) cerah ceria

rabu ceria
dia disana
menyapa dengan renyah tawa
juga senyum selaksa

rabu indah
berbunga bunga
penuh cinta
pada semua memori

rabuku berseri

Tuesday, January 04, 2011

(61) sunyi.

hari ini sepi. di rumah agak sunyi. di kantor tidak ada orang. kantor tetangga juga yang datang bisa diitung dengan satu tangan itupun tidak habis. efek taun barukah? liburnya panjaaaaang dan lamaaaaaa.

padahal kabupaten Seram Bagian Barat, tempat saya berasal dan kini mengabdi mau ulang tahun 3 hari lagi. kok belum ada nuansa nuansanya. biasanya para pejabat atau yang ngebet jadi pejabat suka eksis dengan baliho narsis. tapi kenapa baliho slamat ultah buat kabupaten belum ada? masih aja ucapan natal dan taun baru. naga-naganya memang tidak ada nih.

ya, terserah deh dimana mana sunyi. yang penting hati ini tidak ikut sepi..

Monday, January 03, 2011

(60) Kita dan Pagi

Pagi ini kita jemput bersama. seolah menggambarkan tekad kita yang baru. sinar mentari tersenyum pada kita yang bercanda di bibir pantai sembari melihat ikan ikan berkejaran.

pagi ini adalah harapan baru. pada hati hati kita yang juga baru. menyulam mimpi, merajut masa depan bersama.. kita dan pagi ini adalah satu.

terimakasih atas pagi yang indah ini, Tuhan. semoga aku, dia, dan pagi bahkan senja akan selalu satu

~Samandar, 3 jan 11~

Sunday, January 02, 2011

(59) semoga kau tahu

tahukah kamu
bahwa hari ini aku berganti warna
dari mendung menjadi pelangi

tahukah kamu
bahwa hari ini aku berganti ekspresi
dari murung menjadi senyum

tahukah kamu
hari ini aku kembali hidup
pada tatapan tajam yang baru saja membunuh

kau harus tahu
karena semua karena kau penyebabnya

Saturday, January 01, 2011

(58) ada yang baru

postingan pertama di 2011. hari ini sama seperti hari hari kemarin. tidak ada pesta kembang api, sama seperti tahun tahun kemarin. buat saya, memang tak perlu dirayakan karena memang tak ada yang berbeda. semangat baru, harap baru, keinginan baru, itu harus direvisi tanpa perlu menunggu momen pergantian tahun.

sebenarnya semalam ada rencana berkumpul lagi dengan rekan rekan blogger maluku bakar bakar jagung di kompleksnya mas mamung, bahkan nia sudah siapkan spagheti tapi ujan gak berenti. cuma gerimis sih, tapi cukup menghambat semangat keluar rumah saya. enakan mlingker di atas tempat tidur, ditambah suasana hati yang semalam masih saja sedih. jadilah malam pergantian tahunku ditemani airmata. tapi saya sudah bisa menikmati butir butir hangat ini. membersihkan luka..

hari ini seperti sabtu sabtu yang lalu, wiken di rumah yang hangat ditemani wajah innocent ponakanku naya tersayang. lalu datanglah sebuah harap baru. setitik cahaya mentari yang mengusir sedikit mendung. ya, sedikit saja tapi tak mengapa. selanjutnya adalah doa yang berkepanjangan, doa yang tak putus. semoga takdir yang akan berlaku nanti adalah ketetapan yang akan dengan ikhlas kujalani.

apa yang terjadi di 2010 ada bahagia, ada duka, ada hikmah, ada banyak kisah. banyak bahagianya, dan untuk setiap kejadian apabila ada syukur maka pasti bahagia saja jadinya. ikhlas dan sabar. penting sekali untuk menjalani hidup.

dan jika di taun 2010 ada sukses yang teraih. maka yang terbaik itu ada di masa depan. jadi harus tetap semangat berkarya untuk membuat sekecil apapun perubahan baik pada hidup kita, dan orang orang di sekitar kita.