Tuesday, June 27, 2006

Kisah Reuni Bagian 3

Mereka berubah. Aku harus membiasakan diri dengan perubahan ini. Bagaimanapun, perubahan2 ini adalah perubahan yang baik. konsekuensi atas keputusan yang telah mereka ambil. Ini jalan hidup mereka yang baru. Yang penting, sifat mereka tidak berubah, mereka tetaplah sahabat2ku yang manis. Yang berubah hanyalah hal2 yang mereka jalani saat ini dan itu adalah hal yang sangat wajar.
Aku harus memaklumi keadaan ini, bahwa keinginanku bisa saja bertabrakan dengan apa yang sedang mereka rencanakan. Mungkin karena ak belum menjalani apa yang telah mereka jalani, sehingga aku perlu waktu untuk memaklumi.
Bagaimanapun, aku bangga dan bahagia atas kebahagiaan mereka. i love you guys.

As we grow along together, hand in hand working all along
So in love, I with you and we all know what to do, So in love in the word of Allah
As we work and be together, at the start thingking how about
Showing love I with you, no one else as me and you, So in love so much in love
We grow along together, I tell you I need you all so much
I love I show you my carring, can you tell me in my thought
As we work you and I together, we will life and be together till we die
So in love I with you I just can’t wait to say I do
So in love in the word of Allah, so in love are you and I
Sister (or brother), I hope you realise that you mean so much to be
For everything that I ever want, and I don’t want to lose
To have what is needed by everybody in this world
I just wanna have special sister (or brother) like you forever
(Lirik : Snada, Ukhuwah)

Untuk sahabat2 terbaikku di STM

Kisah Reuni Bagian 2

Ini hari terakhirku di makassar. Besok pagi, aku balik ke surabaya kembali menekuni apa yang kujalani disana. Reuni tadi lumayan banyak yang datang walau gak semua. Aku, memet, cobho dan noel dari surabaya, ian dari papua, ronald dari palangkaraya, uul dari jakarta, dwi yang lagi di makassar yang cuti dari kuliahnya di bandung, armand dari soroako, yang di makassar ada phionk, jumi, baya, esti, ami, ayu, ana makmur, sulfi, budi, haslan, beckha, armin, kifliandy, hariyadi, riswan, fajar, anto, ade budi, ipul, soba. yang lain di makassar lagi gak bisa ninggalin pekerjaannya. 2 hari bersama teman2 di STM dulu sangat menyenangkan. Seperti kembali muda, weits. Gak bnayak yang berubah. anak2 tetap aja ancur-ancur kayak dulu, maksudnya mereka tetap aja rame. Kita ke kebun teh di malino, kita juga ke bendungan bili-bili makan ikan bakar, juga makan jagung bakar bareng2. Yang paling seru sih waktu liat tampilan foto-foto semasa STM sampe foto terbaru. Karena liatnya rame2, jadi komentar komentar yang spontan keluar pada lucu-lucu.

Kita berangkat ke malinonya sudah jam 5.30 sore, jadi tiba sana jam 8 malam. Sampe, anak2 langsung liat video acara di sekolha tadi pagi plus tamplan foto. Sudah itu nyari jagung bakar. Abis makan, langsung tidur. Capek sih. Bangun pagi, cewek2nya ke pasar dan masak. Kita buat nasi goreng, sarden dan teh+kopi panas. Abisnya dingin banget sih. Abis makan, baru kita ke kebun teh, foto-foto disana, pulang deh balik ke penginapan. Tau gak, dalam perjalanan pulang dari kebun teh, ada awan bentuktulisan ALLAH, anak2 pada turun dan mengabadikan dalam kamera ponsel. Subhanallah....
Sampe penginapan, langsung siap2 mo balik ke makassar. Ada yang mabuk darat jadi sering berhenti, karena mereka mau mengeluarkan isi perut. Sampe di bili-bili, kita mampir di lesehan ikan bakar. Seru dan enak. Amhax telpon waktu kita di bili-bili. Pasti pengen tuh dia makan. Dia kan balala (rakus, red). Makanya mhax, kesini dong.

Kemarin, aku baca lagi diary bertiga, buku curhat bertiga, aku, baya dan mmink. Terkaget-kaget aku bacanya. Ternyata zaman dulu, emosiku agak tidak stabil. Tidak kusangka aku pernah punya pikiran2, cara menyikapi masalah atau perkataan-perkataan yang seperti itu. Emosi yang terlihat sering tidak rasional, meributkan hal2 yang menurutku sekarang, sangat tidak penting. Zaman dulu kayaknya penting banget buat aku. Malu sendiri sih bacanya, :-) . Tapi, baca itu bikin aku ketawa-ketawa sendiri, ingat bahwa pernah ada dalam situasi seperti itu, lucu juga.

Baru aja pulang dari rumahnya ani di antang sama ami. ani lagi hamil 6 bulan jadi ndak bisa ikut. ani udah gendut. Kumpul kayak gini, jadi kangen sama 4 yang lain. Endhy udah di jakarta, sekarang lagi nunggu hari untuk melahirkan, mmink lagi di bandung, baya lagi makassar tapi sekarang lagi masuk kantor, phionk lagi di makassar juga tapi tadi pagi ditelpon ndak bisa ikut, anaknya sakit. Kita bertujuh dulu deket banget. Nanti aja kalo sampe surabaya, aku pengen masang foto mereka di blog ini.

Banyak yang telah terjadi. Banyak hal yang sudah masing2 kita alami. Setiap orang telah ada di jalan hidupnya masing-masing yang memisahkan jarak fisik kita, tapi seperti motto kita di reuni ini, OUR BROTHERHOOD NEVER END.
Walaupun kita sudah tersebar dimana-mana, Jakarta, surabaya, bandung, tarakan, manado, palangkaraya, timika, sorong, semarang, palu, kendari, papua, pinrang, balikpapan, makassar, dan banyak lagi deh, tapi hati kita tidak berjarak. Cerita kita terlalu indah untuk dilupakan. Zaman STM benar2 indah. Indah banget. Dan kita tidak pernah merasa asing. Seperti kisah kita, yang disebutkan Pak Supian dalam sambutan kemarin, kisah kita adalah kisah kasih klasik untuk masa depan. Dan kita berkumpul disinni sekarang untuk mengenang masa lalu dan merncanakan masa depan.

Friend, selamanya aku sayang sama kalian. Kalian punya tempat tersendiri dalam hidupku. Just thanks. The SIXERS is the best. Buat para pejuang reuni (armand, beckha, budi, sulfi, haslan, dwi), thanks ya. Its nice to be here again. Salut

With love,
ebhy SIXERS

Saturday, June 24, 2006

Kisah Reuni part 1

Bismilahirrahmanirrahim.
Saat ini aku sedang dalam warnet yang nyaman banget di jalan veteran makassar. Yap, MAKASSAR. Finally, aku balik lagi ke kota ini setelah 6 tahun kutinggalkan. Kemarin jam 1/2 5 sore dijemput memet dan hilda di kos dan qta meluncur ke juanda. Pesawat merpati dengan penerbangan MZ 784 membawaku terbang ke kota makassar tepat pada pukul 19.00 WIB. 1 jam kemudian, tepatnya 21.00 WITA qta landing di bandara hasanuddin.

Di bandara, dijemput sama si noise stegi, budi, beckha dan dwi. Pengennya langsung ke rumah di jalan muh tahir tapi sudah malam. Jadi diantar ke rumahnya kak fay di alauddin-pabaeng baeng. Salut dengan anak2. Melihatku, mereka langsung bilang ayo cepat pulang, gak bagus diliat jilbab masih di luar semalam ini. Yee, emang pesawatnya tiba jam segini trus mau gimana. Budi mau ke rumah pak baso dulu bawa surat peminjaman alat tapi kata beckha besok aja, ada perempuan nih. Thanks beck. Pas lewat polisi, si beckha sambil tetap santai di belakang kemudi nyeletuk :
"Wah, diliat polisi nanti ditanya jam segini kok masih ada jilbab di luar?"
Aku suka bagian yang ini. Entah cuma celetukan beckha saja atau memang akan seperti itu kejadiannya kalo ketemu polisi. Mereka datangnya pake baju angkatan yang dipromosiin di milis. Lumayan keren. Bagus bagus, tapi harganya wow. 100 rb men
Mereka udah pada beda. Aku sampe pangling liat dandanannya dwi. Ikhwan tulen. Celana cingkrang abis plus penampilan khas ikhwan. Dia dijuluki mr pertanyaan. kata beckha soalnya dia kerjanya bertanya terus. dan itu kubuktikan. But masih wajar kok kupikir.

Melintasi jalan dari bandara Maros ke Makassar, aku exciting banget. Gak banyak perubahan. Ada sih tapi aku masih bisa mengenali jalan-jalan ini. Apalagi saat kita melintas di jalan A.P.Pettarani, lewat jalan depan sekolah, benar2 cant wait rasanya. Sampe di rumah fay, makan dulu trus istirahat. Seneng ada di kota ini lagi.

Tadi pagi jam 6 aku langsung meluncur ke rumah di muhammad tahir. kenapa pagi? soalnya aku diamanahi nganterin undangannya pace yang diminta ngasih sambutan wakil guru acara besok. Keburu pergi kerja. Belakangan aku baru nyadar, papa kan udah pensiun. Oya, jangan bingung kalo aku manggilnya papa. Ini om yang aku numpang di rumahnya semasa sekolah dulu dan kupanggil papa juga. Beliau dulu guru juga di STM Telkom Makassar, jaman kita masih sekolah. Bahkan sempat jadi wali kelasnya anak2 E3.

Sampe di rumah yang hampir tidak kukenali dari luar, sudah ada perubahan. Rumahnya sudah direnovasi. Rumahnya juga sudah penuh dengan suara anak kecil karena semua anaknya papa sudah menikah dan punya anak. Di rumah aja ada 6 anak kecil, 3 cucu yang lain tinggal di rumahnya sendiri. Rame banget. Ada sih yang tidak berubah dari rumah itu. But i cant talk about it here.

Sebenarnya sekarang, saat aku berada di depan monitor ramping ini, di sekolah sedang ada gladi resik untuk acara besok. Diminta datang sih, tapi enggak deh. Aku pengen nyimpen dcebaran ini dulu, debaran gak sabar buat ketemu hingga besok pas hari H, rasanya lebih puas dan indah.
Sudah jam 5. Must go home karena baya mau jemput untuk nginap di rumahnya.

4.58 pm
Still cant wait for tomorrow

"itu"

Teringat percakapan sama teman dalam pesawat tadi malam tentang rencananya ke depan. Ada hal-hal yang dia sampaikan yang buat aku mikir lagi. Ternyata selama ini aku liat masalah itu tuh hitam putih banget. Padahal untuk masuk ke tahap itu, banyak banget yang perlu disiapkan. Aku tiba-tiba jadi gamang lagi. Selama ini aku praktis banget mikirnya. Yang penting ini, yang penting itu, beres. Padahal tidak segampang itu. Ternyata banyak dan kompleks banget ya. Gak tau deh. Aku lagi gak mau mikir yang berat dulu beberapa hari ini.

08.29 am
Ngerti kan maksud kata "itu" di tulisan di atas? Bagi yang ngerti, sarannya dong......

Thursday, June 22, 2006

Cant Wait To Be There

Kumulai hari ini dengan senyuman setelah semalam harus tidur larut ngerjain pesanan undangan yang belum kelar2 juga. Tadi malam nyerah pada angka 990 dari 1200 lembar yang harus kuselesaikan. Bukan karena ngantuk, tapi kasihan printer dan komputernya, berjam-jam dipake. Juga kasihan sama diri sendiri, jatuh-jatuhnya jadi mendzhalimi diri sendiri. Ada hak mata dan tubuh yang tidak tertunaikan. Besok berarti 210 lembar harus kuselesaikan. Bisa kok, insyaAllah.

Kenapa pagi-pagi aku sudah senyam senyum sendiri? Habisnya tadi pagi aku making a call dengan orang2 dari masa laluku yang bentar lagi ketemu biidznillah. Telpon ke rumah di makassar dan katanya rumah udah rame banget. Cucunya mama (I call her) sudah 10. padahal waktu ditinggal baru 3 itupun masih kecil. Ya wajar sih tapi tetap aja exciting. Telpon mmink juga di bandung, tapi dengan gaya bicaranya yng mmink banget, dia gak bisa pulang. Sedih sih tapi ya gimana lagi. Lagian mmink kan rumahnya emang makassar, gak balik sekarang juga, kalo udah selesai kuliah, ujung-ujungnya makassar juga dan ketemu juga sama teman2. Kalo aku, kalo gak sekarang yang ada momentnya, kapan lagi? Kayaknya gak mungkin deh kesana cuma buat jalan2 tanpa ada apa-apa. Rumahku kan juga bukan disana. Kecuali taqdirullah kalo hidupku ternyata berlanjut disana.

Abis itu telpon kak dju juga, minta untuk besok malam tidurnya di rumah bukan di kos. Kan aku mo datang. Aku harus ketemu kak dju. Masa laluku bersamany menyenangkan. Dia jadi kakaku yang cerewet yang suka nasehati aku tapi baik. Dia orang yang selalu membesarkan hatiku saat aku merasa sedih. Dia selalu mendengarku saat aku merasa tidak ada yang mendengarku. Walaupun kadang ada yang nyebelin tapi dia tetaplah seorang contoh kakak yang baik. Dia pula alasanku untuk bertahan lebih lama di tempat yang aku hampir menyerah menempatinya

Keluar dari wartel, aku gak bisa nahan senyum. Membayangkan besok malam aku sudah berada di makassar membuat ada yang berbeda di sini (sambil nunjuk dada). Jumat pagi, aku insyaAllah bangun dengan menghirup udara makassar yang sudah kutinggalkan 6 tahun lamanya. Tadi aku bilang sama baya, rasanya menyenangkan ketika tahu bahwa 1 hari lagi aku akan kembali ke masa lalu. Aku sudah bisa membayangkan berjalan di jalan Pettarani menunggu bemo pulang dari sekolah, saat istirahat jumat rame-rame ke jalan sulawesi makan lumpia sulawesi, maen ke rumah mmink di minasa upa atau di rumahnya baya di sumigo, rumahnya endhy di veteran, ke malino sama anak2, maen basket di lapangan basketnya Telkom, ngasi semangat ke teman2 cowok yang maen bola, makan bakso di samping lapangan basket, ngerubuti nasir untuk bakwannya atau daeng dengan cendolnya, banyak lagi deh. Aku membayangkan banyak hal yang dulu kulakukan, seakan berputar-putar di kepalaku dan aku akan mengulangnya kembali. Tapi kali ini ada yang berbeda. Mereka, kami, sudah tumbuh lebih matang dari sebelumnya. Cara kami memandang segala sesuatu sudah berbeda, bahkan cara kami menjalani hidup pun sudah berlainan. berbicara,. Everything is changed, pastinya. Tapi aku akan menikmati perubahan2 itu nantinya saat bertemu mereka.

Cant wait to be there

Sunday, June 18, 2006

Aku Gak Terima Dibohongi!!!

Hari ini hari yang sulit. Sulit karena aku harus melakukan banyak hal yang melawan perasaanku. Aku harus menahan diri untuk tidak mengekspresikan apa yang kurasakan walaupun aku berhak bahkan mungkin harus melakukannya. Apa pasal? Aku dicurangi. Aku dibohongi. Dan untuk alasan apapun, aku tidak bisa menerimanya. Praktikanku sendiri mencurangiku dengan mengambil data kelompok lain dan ngaku hasil pengukurannya sendiri. Sesuatu yang sangat gampang dibaca olehku yang sudah berkali-kali berhadapan dengan para praktikan yang bermacam-macam maunya.

Tapi kali ini berbeda. Ini benar2 menyulut rasa kecewaku, rasa marahku juga sedihku dalam waktu yang bersamaan. Mereka, orang yang mengaku mahasiswa, melakukan hal yang menurutku sama sekali tidak mencerminkan sikap sebagai mahasiswa. Aku marah, tapi aku berhasil menyembunyikannya. Walaupun konsekuensinya adalah aku tidak mau melanjutkan praktikum mereka lagi tapi aku tidak menunjukkan kekesalanku. Bahkan ketika mereka mengaku salah pun, aku tak mau membimbing praktikum mereka lagi. Aku terlan jur kecewa, aku terlanjur sedih dan marah. Perasaanku saat itu bercampur baur dan semuanya hanya bisa kusalurkan dengan air mata. Aku kecewa karena aku dibohongi. Meskipun langsung ketahuan, tapi mereka telah berniat membohongiku. Mungkin terkesan hiperbolis, tapi aku sangat tidak respek dengan hal2 itu. Aku kecewa. Aku ingin lantang berteriak agar mereka tahu mereka salah tapi aku sudah belajar untuk menahan diri. Toh, mereka sudah dewasa. Seharusnya bisa mengambil ibroh.

Selain itu, ada perasaan lain yang muncul dan mengganggu aktivitasku pagi ini di lab. Di sana, di kampus yang sama, di ruang yang berbeda dengan tempatku beraktivitas, saudara2ku sedang ada pelatihan. Aku tak bisa membersamai mereka dalam acara itu. Aku harus menahan perasaanku dan berpositif thinking bahwa mereka bisa memahami apa yang sedang kulakukan. Bahwa aku tidaklah dengan sengaja tidak membersamai mereka. Maafkan saya, saudara-saudaraku.

Pulang dari lab, sudah sore banget dan tugas printku belum kelar. Cartridgenya udah diganti tapi masih aja gak bisa. Akhirnya sibuk cari pinjaman. Sms danis, pulang ke bondowoso, sms angga dan andi, not send, sms dija, printernya catrridgenya rusak, sms ronald, printernya ada tapi drivernya gak ada. Printer irma ada, driver juga ada tapi mo dipake. Jadi, pinjam drivernya aja. sms mbak fitri, ternyata gak punya printer. Sms uri, ada printer tapi tidak berwarna. Gimana ya? Alhamdulillah uri nganterin printernya jadi bisa nyicil dikit-dikit.
Tadi juga disempet-sempetin ke keputran for the first time beli sayur2an. Trus juga nyari pembicara untuk pelatihan besok. Ada kekuranglancaran komunikasi. Sekali lagi, komunikasi penting!!!!!!!!

Saturday, June 17, 2006

Catatan Hari Ini

Pagi
Ba’da shubuh ditelpon akhwat UA untuk ngisi kajian jurusannya nanti siang. Sebenarnya sih ada acara sampe jam 9, sudah itu ada kerjaan yang harus diselesaikan setelah itu, trus kapan persiapannya? Tapi bismillah aja-lah.
Jam 6 berangkat syuro, dan yang dibahas cukup membuat kepala ini pusing seketika. Kok jadi balik ke jaman dulu gini sih? Bukannya semua sudah kelar? Bukannya sudah ada kejelasan? Lagi-lagi masalah transfer informasi dari struktur lama ke struktur baru yang kurang sampe2 kita yang harus meneruskan hubungan dengan struktur harus jelasin lagi dari awal. Males banget kan? Kalo kayak gini, kita nerusin kerja aja atau nunggu semua clear dulu? Pusing….pusing

Hampir siang
Desain ulang kartu undangan walimahnya teman. Ngutak ngatik nyari gambar yang cocok hingga sudah jam 10.30, what???? ½ jam lagi kan sudah harus sampe tempat kajian. Mana belum persiapan lagi. Udah, stop desainnya. 10 menit baca ulang literatur, 15 menit siap2, berangkat deh

Siang
Sukses datang telat ke kajian itu. afwan ya adek2ku, saya mendzhalimi ½ jam waktunya antum. Temanya tentang bergaul. Nulis ini sambil senyum-senyum sendiri, pasalnya agak heran juga, saya sendiri belum sukses-sukses amat bergaul. Namanya juga sharing. Responnya cukup bagus. Pas sesi tanya jawab, banyak yang nanya sampe ada perasaan tidak PD buat jawab. Dan pertanyaan2 mereka cenderung teknis, langsung contoh kasus. Jadinya kayak forum konsultasi gitu. Hey, saya anak teknik bukan anak psikologi. But, its OK.
Evaluasi kajian ini :
1.Ngomongnya terlalu cepat
2.Persiapan kurang
3.Lupa buat mind mapping-nya jadi kadang lintasan pikiran yang muncul ikut dibahas juga. Akibatnya juga, kadang keluar dari yang mo dibahas hingga akhirnya tersadar “lho, tadi kan saya lagi omongin yang lain?”
Pulang kajian, langsung ke pucang nyari pita, sampul plastik dan lem buat proyek undangan itu. Trus mampir warnet buatin email buat teman yang katanya kalo ke warnet harus ke lain kabupaten, jadinya minta tolong dibuatin aja. Aku jadi tahu passwordnya tapi katanya sih gak apa. Lagian aku juga gak niat ngapalin passwordnya. Gak penting.

Sore
Nerusin ngeprint kartu undangan. Tiba2 inget kalo tadi dikasih souvenir sama adek2 FKG UA, pas dibuka, alhamdulillah, ini kan bukunya Aidh Al Qarni yang selalu pengen kubeli tapi gak pernah sempat, juga gak ada dana lebih. Alhamdulillah. Jazakumullah khoiron katsiron ya. O iya, back ground buat SMS training juga belum saya buat. Kacau, besok kan sudah pelatihannya. Berarti sekarang kudu ngeprint background dong.
Sore ini aku disakiti. Mewek2 tau gak sih pas nulis bagian ini. Kok ketus banget sih omongannya. Memang sudah 2 kali aku izin gak ikut syuro. Dan malam ini pun aku mo izin gak bisa ikut masangin background. Bisanya cuma ngeprint dan gunting aja. Tapi jangan sinis gitu dong. Aku gak mungkin izin kalo gak ada alasan. InsyaAllah gak ada keinginan mangkir dari syuro, tapi keadaannya tidak memungkinkan.
Pas syuro pertama, benturan sama jadwal ngaji adek2, gak mungkin dong aku ninggalin mereka. Syuro kedua tadi siang itu, juga benturan dengan jadwal ngisi kajian di UA. Nanti malam tuh mo izin karena aku harus nyelesein print undangan, sudah dideadline, mau segera disebar. Dan besok juga izin gak bisa ikut bantu di SMS training karena benturan dengan jadwal praktikumnya anak2 khusus yang gak mungkin ditinggal. Untuk besok, sebenarnya aku sudah ngomong sama asisten2 yang lain untuk mem-press-kan jadwal praktikum hingga jam 10 saja, tapi gak bisa. Dipaksa kayak apa juga, praktikum baru bisa selesai jam 12 dan itu artinya aku baru bisa ninggalin lab jam segitu. Please dong mengerti. Jangan sinis gitu, jangan nyindir gitu. Semua ada alasan atas izin2ku. Tau gak, aku sakit.
Maafin aku ya kalo tadi ketauan marahku. Aku sudah berusaha tidak menunjukkan marahku tapi keliatan ya. Maaf deh. Buktinya anti pulang dari kostku tanpa pamitan sama aku, padahal aku kan ada di kamar. Afwan deh. Ya Alah, maafin kesalahan ukhuwah yang kulakukan kali ini

Malam
Papa SMS katanya om ancha yang di Jakarta lagi di ambon. Sekarang malah lagi di rumah nonton bola. Aku tiba2 kangen berat. Sudah bertahun2 gak ketemu sama om-ku tersayang itu. Om gimana kabarnya? Masih gondrong gak? Kangen nih. Kalo balik ke jakarta, mampir surabaya ya. miss you banget
Lagi asyik2 ngeprint, printerku rusak. Gimana nih? Kalo besok dibawa ke servis terus diambilnya kapan? Deadlinenya tgl 20 aku sudah harus setor semuanya. 1200 lembar lagi dan aku baru ngeprint 75 lembar. Pusing……….Pinjemin printer dong.

Thursday, June 15, 2006

Tertohok dengan keadaan diri

Kemarin abis beli buku baru, buku Quantum Tarbiyah-nya Solikhin. Tapi tadi malam aku gak kuat bacanya. Buku itu buku yang mampu membuatku menangis pada halaman-halaman pertamanya. Padahal buku itu bukan buku yang dibuat untuk refleksi atau apa, tapi buku yang bertutur tentang mencetak kader serba bisa lewat tarbiyah.

Tapi, halaman pertamanya tentang bidadari spesial pesanan Umar Bin Khattab membuatku malu. Seorang Umar yang tidak perlu dipertanyakan lagi komitmennya tehadap Islam, mendapat bidadari sesuai kehendaknya karena Umar selalu memenuhi kehendak Allah SWT sehingga Allah pun memenuhi kehendak khalifah Umar.

Berkaca pada diri sendiri, aku menuntut banyak hal, meminta banyak dalam setiap doa, berharap segalanya sesuai dengan kehendakku, tapi aku tak pernah memenuhi kehendakNYA. Shalatku biasa saja, tilawahku standar banget bahkan grafiknya gak jelas, lebih banyak turunnya, berbuat baik ke orang jarang, mendzholimi orang lain sering, janji sering tidak ditepati, amanah terabaikan, begitu banyak kulanggar apa yang IA perintahkan dan kuminta IA mengabulkan apa yang aku minta. Benar2 hamba yang tidak tahu diri.

Halaman2 berikutnya tentang perjalanan para perawi hadits dalam mencari hadits semakin membuatku merasa tidak punya muka lagi karena kemalasanku yang mencari ilmu. Aku gak sanggup lagi membacanya. Banyak sekali yang kurang dari diriku. Kututup lembaran itu, kupanjatkan doa dan kukuatkan tekad untuk bangkit dan merubah setiap kelalaianku. Ya Allah, terima kasih telah menyadarkanku lewat buku itu. Terimakasih karena telah mencintaiku.

Tegar dikit napa sih?

Biasanya kalo aku nonton film, aku gak terlalu perhatiin jalan ceritanya. Biasanya aku akan menyimak pemilihan kata2, ekspresi2, serta sikap para pemainnya dalam menghadapi sesuatu. Dan film yang kulihat tadi buat aku kecewa.
Karakternya banyak yang gak kusuka. Ada karakter cewek yang rapuh, yang sulit untuk bangkit, yang merasa kehilangan harapan setelah sebuah vonis dijatuhkan. Gak aku banget.
Ada pula karakter cewek yang baik hati, terkesan tegar tapi sebenarnya rapuh juga. Ketegarannya ia tampilkan di depan orang-orang tapi dalam kesendiriannya ia melakukan hal2 bodoh. Emosinya disalurkan dengan cara-cara yang sebenarnya tidak perlu ia lakukan. Rugi sendiri kan? Ketegarannya jadi semu, karena ketegarannya bersandar pada sesuatu yang manusiawi sehingga ketika yang berlaku tidak sesuai dengan yang ia harapkan, ketika tempatnya bersandar memilih jalan lain, ia pun jatuh.
So, aku sudah gak peduli endingnya. Aku gak suka karakter-karakter itu.

Yang mampir di kepalaku saat liat film itu adalah memori persahabatanku dengan seseorang di STM. Saling berbagi, menampung suka maupun duka, menemani dalam canda dan tangis, saling support, semuanya. Besok pas reunian, semoga sahabatku itu datang.

Wednesday, June 14, 2006

Benarkah kita ini pejuang?

nasyid Qotrunnada ini sekedar mengingatkan benarkah kita adalah pejuang??

Engkau ingin berjuang, tapi tidak mampu menerima ujian
Engkau ingin berjuang, tapi engkau rusak oleh pujian
Engkau ingin berjuang, tapi tidak sepenuhnya menerima pimpinan
Engkau ingin berjuang, tapi tidak begitu setia kawan
Engkau ingin berjuang, tapi tidak sanggup berkorban
Engkau ingin berjuang, tapi ingin jadi pemimpin
Engkau ingin berjuang, menjadi pengikut agak segan
Engkau ingin berjuang, tolak ansur engkau tidak amalkan
Engkau ingin berjuang, tapi tidak sanggup menerima cabaran
Engkau ingin berjuang, kesehatan dan kerehatan tidak sanggup engkau korbankan
Engkau ingin berjuang, masa tidak sanggup engkau luangkan
Engkau ingin berjuang, karenah isteri tidak kau tahan
Engkau ingin berjuang, rumahtangga lintang-pukang
Engkau ingin berjuang, diri engkau tidak engkau tingkatkan
Engkau ingin berjuang, disiplin diri engkau abaikan
Engkau ingin berjuang, janji kurang engkau tunaikan
Engkau ingin berjuang, kasih sayang engkau cuaikan
Engkau ingin berjuang, tetamu engkau abaikan
Engkau ingin berjuang, anak isteri engkau lupakan
Engkau ingin berjuang, ilmu berjuang engkau tinggalkan
Engkau ingin berjuang, kekasaran dan kekerasan engkau amalkan
Engkau ingin berjuang, pandangan engkau tidak diselaraskan
Engkau ingin berjuang, rasa berTuhan engkau abaikan
Engkau ingin berjuang, Iman dan taqwa engkau lupakan
Ya sebenarnya apa yang Engkau hendak perjuangkan...
April 25, 2006 in Music

Semoga Lekas Sembuh

Lagi,kulakukan kesalahan ukhuwah. Kembali, aku dzhalimi saudaraku. Aku seperti biasa yang ingin segalanya jelas,segalanya jalan sebagaimana seharusnya berjalan,seperti yang sudah disepakati. Dan ketika ada yang tidak sesuai dengan harapan ana,selalu harus ada penjelasan untuk itu. Seorang akh yang tidak hadir dalam beberapa pertemuan yang seharusnya berada di tempat itu, tanpa ana tabyyun ada apa dengannya,sms2 yang bernada memaksa dan menuntut penjelasan ana layangkan ke nomer selularnya. Dan ketika diberitahu oleh ikhwah yang lain bahwa beliau sedang sakit,maka terhempaslah aku ke kubang penyesalan.Membayangkan sedih dan luka hatinya ketika dalam keadaan sakit,bukan sms doa yang ia terima tapi sms yang menuntut banyak hal.
Betapa dzhalimnya ana. Padahal saat ana sakit,beliau tidak mengizinkan ana untuk bekerja.Bahkan meski ana minta dan meyakinkan bahwa ana sehat,beliau tetap tidak mau mengizinkan. Betapa tidak ada apa-apanya ukhuwah dan toleransi ana dibanding beliau. Padahal ana sudah pernah belajar bahwa kita harus membuat 70 prasangka baik kepada saudaranya jika ada kesalahan komunikasi atau koordinasi sebelum menyimpulkan apapun.
Akhina yang dirahmati Allah,afwan jiddan.Semoga sakit ini menjadi rezeki antum untuk beristirahat dari kerepotan2 yang kami timbulkan.Semoga lekas sembuh.Sekali lagi,afwan jiddan

Apa kabarmu,sahabat?

6 tahun tak jumpa, apa kabarmu sahabat?
Hmm..
Kucoba menggali serpihan memori yang mungkin masih ada di salah satu jaringan abu-abu di kepalaku. Wajah sekumpulan sahabat yang masih melekat lengkap dengan gayanya masing-masing. Kepingan-kepingan kisah bermunculan di memoriku satu persatu seperti menonton film lama. Sesuatu yang dulu kita sebut “Kisah Klasik Untuk Masa Depan”. Ah, aku rindu mereka...
Obrolan-obrolan di telpon atau sms atau milis membuatku semakin merindukan masa STM itu. Everything's changed!! Pastinya.. tapi, aku sangat ingin bertemu dengan kalian, sahabat. Kangennnnn...

[Rabb, semoga Engkau memperkenankan pertemuan kami. Bukankah Engkau pula yang telah melarang untuk memutuskan tali silaturahim?]

Tuesday, June 13, 2006

My friends, i am coming (InsyaAllah)

Hampir saja aku gak bisa ke makassar buat reunian. Kata ibu, lagi gak punya dana lebih. Ya udah, kenyatannya emang gak bisa, kan gak bisa dipaksa. Pengen nangis tapi gak boleh, bagaimanapun emang ada yang harus dipilah, penting tidaknya ketika ada beberapa hal yang berbenturan.

Tapi, tadi sore, papa sms bilang pesannya ibu untuk ngecek harga tiket ke makassar berapa? Ternyata mereka mengizinkanku dan akan ngasi dana untuk reunian. Seneng deh. Pa, bu, emang kalian berdua yang terhebat. Tidak pernah mengecewakanku, justru sebaliknya, aku berulang kali mengecewakan kalian. I love you, both of you, really

Monday, June 12, 2006

Kongret ya say...

Kita pernah menangis bersama. Kamu pernah menangis untuk kesedihanku. Dan kali ini, saat kau sedang berbahagia, aku harus bersamamu. Karena aku tahu bagaimana dan apa yang telah kaulakukan agar sampai di titik ini. Maka kuenyahkan keegoisanku, tak kuindahkan pandangan mata teman2 kita yang menatapku saat tiba di rumahmu seakan bertanya “kenapa kamu, bhy?”, atau yang terang2an bertanya “kenapa bhy?

Tidak, ku tak ingin keegoisanku mengecewakanmu. Biarlah mereka sibuk menebak apa yang terjadi padaku. Karena aku hanya tahu satu hal, aku tak boleh mengecewakanmu dengan tidak memenuhi undanganmu, walaupun untuk itu aku akan bertemu dengan orang2 yang akan bertanya dan bertanya. Aku tidak perlu menjawab apapun karena aku memang tidak perlu menjawabnya. Tidak ada yang tahu bagaimana aku selain diriku sendiri. Kau pun tahu itu. aku sudah berusaha, aku sudah mengusahakannya, kita sudah berusaha bersama, kau tahu itu, kau bahkan ada bersamaku di saat-saat sulit itu. ingat kan saat kita nangis berdua di depan PR 2. Dan kalo aku tidak mendapat apa yang kuinginkan, jangan bertanya kenapa, karena ini pastilah yang terbaik untukku. Apa yang kualami ini bukanlah sebuah kesia-siaan, karena aku telah belajar banyak hal.

11 juni 2006
Buat mita, selamat ya say. Thanks for being my friend unconditionally. Afwan tadi gak bisa lama

Kisah Seorang Ibu

Dwi namanya. Usianya baru 5 tahun tapi keras kehidupan telah ia lalui. Testimoninya padaku di terminal joyoboyo saat menunggu sri, menghentak rasa marahku. Apa iya ada seorang ibu yang saat anaknya bergelut dengan kerasnya dunia terminal, tapi ia sedang duduk menonton TV di rumah?. Adakah ibu yang jika anaknya tidak dapat uang banyak hari itu, maka pukulan yang akan diterima meskipun telah ada usaha untuk mendapatkan yang sedikit itu? dan ternyata emang ada. Ibunya dwi salah satu dari ibu seperti itu.

Ada yang meleleh di dalam dada. Semoga tidak banyak ibu seperti itu. bagaimanapun, aku tahu lebih banyak ibu yang luar biasa, yang dari tangannya lahir pejuang-pejuang kehidupan sejati. Salah satunya adalah ........................... IBUKU.

Undanganku

Tulisan ini kubuat tepat setelah job desain undangan pernikahan mbak yuli kuselesaikan. Lumayan, bisa buat nambah ongkos hidup.

Tadi pas desain undangan, aku sempat bayangin kalo tiba saatku nanti, pengen desain dan cetak sendiri juga. Tapi nanti kayak apa ya? pengennya sih ada nuansa biru langit gitu deh. Terus juga pengennya bentuknya agak unik dan kalo bisa sekalian kampanye. Seru kali ya kalo ada pesan sponsornya. Atau background undangannya kombinasi warna hitam sama kuning aja ta?

Terus pengennya juga kata2nya gak kayak biasanya, gak usah resmi-resmi deh. Santai aja, bahasanya enak atau bila perlu bahasa ikhwah aja dipakai. Nanti ada kamusnya di bagian belakang. Ah sudah sudah, kok repot mikirin undangan, siapin dulu tuh mental dan hati. Tapi ngomong-ngomong, kapan ya saat itu tiba?

11 jun 06
08.00
(sambil bayangin undangan sendiri)
kecele ya dengan judulnya? belum,aku belum ngundang kok.

Sunday, June 11, 2006

Sahabat untuk Mbak Titi

Hari ini aku dapat kenalan baru. Seorang sahabat yang kutahu kisahnya dari blognya mas bayu gawtama. Seorang wanita tegar yang menjalani ujian sakit dari Allah dengan tabah. Sebenarnya sudah sejak lama pengen sms, tapi aku khawatir pulsaku gak cukup untuk membalas kembali sms-smsnya dan itu berarti membuatnya kecewwa. Jadi, pas sekarang lagi punya banyak pulsa (abis dikirimin papa tanpa diminta, thanks ya pa), aku sempatin untuk mencoba say hello dan berkenalan.
Benar kata mas gaw dalam blog-nya, mbak titi, nama wanita luar biasa itu, membalas smsku dengan sangat ramah. Bahkan kami saling berbalas sms hingga menjelang maghrib. Bahasa yang dipake pun seperti sudah lama banget kenalnya. Aku membuktikan cerita mas gaw dalam blog bahwa mbak titi akan membalas sms dengan mengetik sebanyak mungkin kalimat dalam layar ponselnya. Sekarang mbak titi sudah dapat 3 rekaman kaset cerita hidupnya, tapi mas gaw katanya sibuk banget jadi belum sempat nulis kembali cerita itu. Buat yang mengunjungi blog ini, tolong sempatkanlah menyapanya. Kusertakan cerita tentangnya dari blog-nya mas bayu gawtama :

Sahabat untuk Titi
Berbicara dengannya di telepon takkan pernah percaya kalau suara manis di seberang telepon itu sedang sakit parah. Semangat dan keceriaan tetap terpendar dari gelak tawa, dan serentetan kalimat yang takkan pernah berhenti dari mulutnya. Ia selalu rindu dering telepon dari orang lain ke nomor selularnya sekadar menyapanya lembut, "apa kabar Titi?"

Bicaranya yang tak pernah henti menyiratkan satu hal, bahwa kerinduan itu teramat dalam dan sering terlalu lama ia pendam. Selain khusyuk menghadap Allah di waktu-waktu sholatnya, membaca buku dan menonton televisi, menunggu dering telepon lah yang dilakukannya. Seutas senyum segera terlihat dan matanya berbinar ketika sebuah pesan singkat (SMS) masuk, kemudian tangannya yang gemetar mulai menyentuh tombol telepon selularnya. Ia sepertinya tahu, bahwa orang yang dibalas SMS-nya tak akan punya banyak kesempatan untuk terus me-reply pesan singkat, karenanya ia manfaatkan untuk mengetik sebanyak mungkin kalimat di layar ponselnya. Bayangkan, seberapa bahagianya ia jika tak sekadar SMS yang diterima. Suara sahabat dari seberang telepon amat sangat membuatnya bersemangat.

Hesti, begitulah namanya. Sedangkan Titi adalah panggilan kesayangannya. Perkenalan saya dengannya lewat seorang penyiar radio di Jakarta yang memberikan nomor telepon saya kepadanya. Suatu hari, seseorang menelepon dan memperkenalkan diri dengan nama "Hesti". Awalnya saya tak percaya -seperti kebanyakan sahabatnya yang lain- ketika ia menceritakan tentang penyakit yang dideritanya. Lagi-lagi, karena suara manis itu begitu bersemangat seolah ia baru saja menerima hadiah terindah dalam hidupnya. Padahl, Titi menderita radang sendi sejak ia masih remaja. Dan lima belas tahun terakhir adalah hari-hari yang memaksanya terkurung di kamar tidur tanpa bisa berbuat banyak. Gadis berusia 36 tahun itu menghabiskan hari-harinya di kamar tidur, berbalut mukena yang tak pernah lepas jika ia tak sedang dibantu keponakannya ke kamar kecil.

Jika penyakitnya sedang parah, seluruh persendiannya terasa sangat sakit tak tertahan. Titi sering menangis sendiri tanpa seorang pun yang tahu. Pernah suatu kali saya menerima SMS darinya, "Gaw, tolong saya..." isinya meminta saya menelepon tetangganya agar datang ke rumahnya untuk mengambilkannya makanan karena sejak pagi ia belum sarapan. Padahal waktu sudah menunjukkan pukul 17.00 WIB. Sebenarnya jika ia punya pulsa cukup banyak di ponselnya, tak akan ada masalah. Saat itu, pulsanya hanya tersisa kurang dari 300 rupiah. Dan ia tak tahu bisa berbuat apa dengan angka sekecil itu. Ia pun teringat saya yang kebetulan sama-sama menggunakan operator kartu yang sama. "Bismillaah..." ujar Titi ketika mengirim SMS itu ke saya.

Dua jam berselang. Saya bisa bernafas lega saat mengetahui kondisinya baik-baik saja. Titi cerita, sejak pagi keponakan yang biasa mengurusnya ada materi tambahan di kampusnya. Tak seorang pun ada di rumah itu hingga sore, padahal ia sedang sangat membutuhkan seseorang untuk mengambilkannya makan siang. Seluruh tubuhnya mengejang kesakitan, satu-satunya pereda sakit adalah obat yang harus diminumnya sesudah makan. Masalahnya, ia tak bisa mengambil sendiri makanannya, begitu juga dengan obatnya. Saya bersyukur Allah memberinya jalan untuk mengirim SMS itu kepada saya, meski saat itu saya sedang berada di Aceh, delapan bulan pasca tsunami.

Di telepon, Titi berucap terima kasih atas pertolongan saya. Tetapi saya memintanya bersyukur kepada Allah. Bayangkan, bagaimana jadinya jika Titi benar-benar tak punya pulsa barang seperak pun saat itu? atau mungkin SMS-nya gagal terkirim karena ponsel saya yang tak aktif? atau boleh jadi saya yang tak sedang punya cukup pulsa karena sedang berada di luar dan tak dekat dengan fasilitas telepon umum? Allah lah yang menggerakkan saya untuk membeli pulsa beberapa menit saja sebelum SMS Titi itu masuk. Allah juga yang berkehendak membuat SMS yang merupakan 'kesempatan terakhir' Titi itu sampai ke ponsel saya.

Lima belas tahun sudah Titi 'teronggok' di kamarnya. Kadang ia lebih sering sendiri dalam deritanya. Ia harus menunggu keponakan atau kakaknya mengambilkan makan, ia yang tak pernah mandi kecuali hanya sekali dalam seminggu karena tak ingin terlalu merepotkan saudara-saudaranya. Bahkan, Titi pun sering terpaksa -maaf- tak mengenakan pakaian dalam karena tak mau saudara-saudaranya repot saat ia harus buang air kecil. Di saat seperti itu, Titi akan selalu ingat mendiang ibunya. Ia kadang menangis mengapa sang ibu pergi lebih dulu meninggalkannya dalam keadaan seperti ini. Sebelumnya, ibu lah yang setia dan tak kenal lelah melayani Titi. Sejak bangun tidur, memakaikan mukena untuk sholat, makan, minum, dan semua aktivitas lainnya. Setelah sang ibu tiada, Titi seperti kehilangan segalanya.

Namun Titi bukanlah orang yang kenal menyerah. Ia juga tak pernah ingin menjadi beban selamanya. Meski kondisinya semakin parah, ia tetap merasa bangga bisa melakukan sesuatu untuk orang lain. Mantan penyiar dan pegawai negeri di salah satu instansi pemerintahan ini memanfaatkan uang pensiunnya untuk membiayai kuliah keponakannya. "Nggak cukup sih kalau hanya uang pensiun," jelas Titi sambil mengungkapkan banyaknya orang yang simpati terhadapnya dan memberikan donasi. Dan uang pemberian para donatur itulah yang dipakainya untuk biaya kuliah keponakannya.

"Yah, itung-itung saya merasakan punya anak deh. Ternyata berat juga," terangnya. Titi tak mampu menyembunyikan perasaannya. Sebagai seorang wanita, ia juga pernah memiliki cita-cita untuk menikah, berumah tangga dan punya anak. Namun kondisinya yang seperti ini membuatnya harus mengubur dalam-dalam keinginan itu. Titi pun merelakan sang pacar untuk memilih meninggalkannya, karena Titi tahu tak akan ada lelaki yang sanggup menjadi pendamping hidupnya.

Tak hanya itu. Penyakit yang dideritanya sekarang pun kini dianggapnya sebagai kasih sayang Allah untuknya. Ya, ia memang pernah bertanya kepada Allah kenapa ia diberikan penyakit ini? kenapa ia dibuat semenderita seperti sekarang ini. Tak kini Titi tahu bahwa Allah menyayanginya dan begitu mencintainya. Bagi Titi, Allah sedang mengujinya seperti halnya Dia menguji Nabi Ayub dengan penyakitnya. "Bukankah orang yang diuji itu berarti disayang Allah?"

"Lagi pula, dengan kondisi seperti ini saya lebih sering mengingat mati. Saya tahu ajal saya sudah begitu dekat dan ini kesempatan emas saya untuk lebih mendekat kepada-Nya. Bandingkan dengan orang yang sehat yang kadang lupa kalau ia pun akan mati?" Duh, Titi. Kalimat itu begitu menohok saya.

Titi pernah meminta kepada Allah agar mengakhiri saja penderitaannya. Tapi ia juga tahu bahwa Allah lebih berkehendak atas dirinya. Penderitaan panjang yang dijalaninya, ia harapkan menjadi bekal baginya saat menghadap Tuhan kelak. Sepertinya, di hadapan Tuhan nanti Titi ingin sekali berucap, "Aku ridha akan kehendak Engkau ya Rabb..."

Kemarin, saya kembali menerima surat dari Titi untuk kesekian kalinya. Seperti biasa, ia memaksakan diri untuk menulis sendiri surat itu dengan tangannya yang kaku. Lembar pertama, tulisannya masih rapi. Begitu masuk ke halaman kedua, barisannya mulai kacau. Tergambar dengan jelas bahwa ia menahan sakit saat menulis surat itu. Kali ini, Titi bercerita tentang ibunya. Seseorang yang paling dirinduinya saat ini, juga paling ingin dijumpainya kelak di akhirat.

Saya menangis membaca suratnya. Sungguh saya tak pernah secengeng ini sebelumnya. Saya membayangkan jika saya yang diberikan ujian sepertinya, akankah saya sanggup menanggung lima belas tahun hidup dalam ketergantungan? lima belas tahun dalam keterasingan dan kesendirian? lima belas tahun saat semua sahabat lama menjauh? lima belas tahun tetap bersyukur dan sabar menanti ajal menjemputnya?

Titi bilang, ia bersyukur masih ada yang mau bersahabat dengannya. Setidaknya ia tahu, ia tak akan meninggalkan dunia ini dalam kesendirian. Dan saya katakan kepadanya, saya akan menjadi sahabat Titi sampai kapan pun.

Bayu Gawtama
085219068581, 08881902214
Bersama Titi, saya tengah menulis sebuah buku tentang perjalanan hidupnya. Doakan, semoga dilancarkan. Oya, tulisan Titi tentang ibunya akan segera saya posting di blog ini. Titi berharap bisa dibacakan oleh Shahnaz Haque -sahabatnya- di acara Delta Siesta
Titi butuh sahabat, relakanlah pulsa anda untuk menyapanya di 085216297156

Saturday, June 10, 2006

Piala Dunia 2006

Papa tengah malam sms tanyain lagi nonton bola gak? Kayaknya si papa masih mengira aku masih doyan bola kayak jaman STM dulu. Sebenarnya masih doyan tapi aku gak mau memanjakan kedoyanan itu. Setiap kali mo nonton, aku balik tanya ke diri sendiri, emang kalo aku gak nonton, ada yang marahin? Emang kalo aku gak nonton, aku rugi? Ternyata jawabannya enggak. Aku gak rugi kalo gak nonton bola lagi. Sejak jadi seperti “ini”, aku baru sekali nonton bola, itupun kurasakan tidak senikmat dulu lagi.

Kembali ke masa lalu, saat di STM, tak pernah kulewatkan satu pun pertandingan liga italia. Apalagi kalo yang maen itu mas batistuta dengan fiorentina, roma atau argentinanya. Bela-belain deh gak tidur malam. Trus besok paginya asyik ngobrolin pemainan tadi malam dan ngomel2 gak terima kalo ada yang ngeledekin batistuta. Atau juga sibuk mengoleksi apapun tentang batistuta, majalah, baju, jam tangan, jam dinding, topi, foto-foto, semuanya tentang dia. Di semester awal perkuliahan, lagi kuliah yang keinget malah batistuta, buku kuliah penuh dengan nama batigol, ikut nonton bola di parkir depan kampus waktu argentina sama inggris maen dan sibuk sms-sms-an sama teman2 STM saling jagoin jagoannya masing-masing. Apalagi sama ramadhan yang beckham abis.

Tapi itu jaman dulu. Gak tau juga kenapa kayak gitu, kayak disantet sama batistuta. Kalo ingat itu, kadang suka senyum-senyum sendiri. Sekarang mah, dimana batistuta juga gak tahu dan gak mau tahu. Aku sudah gak ngerasain serunya permainan bola lagi. Kalo di rumah, biasanya nonton bola juga karena diminta nemenin papa. Lebih sering, aku ketiduran depan TV, nanti sampe selesai, baru deh diangkat papa ke kamar. Kalo mo ngomong soal piala dunia tahun ini, aku tetap gak punya jagoan lain selain argentina. Meskipun aku sudah gak tahu siapa yang maen disana, tapi tetap argentina. Kalo gak argentina, ya ………………….. argentina. Tapi kata anak2, iran juga, apalagi iran kan negara Islam. Dont care-lah. Asal gak ada rusuh aja

10 Juni 2006
pagi banget

miss you,mom

Siang ini, untuk 10 menit aku tidur di dada tante, kakak ibu yang sedang mengunjungi kami di kost. Untuk 10 menit aku merasa seperti di rumah. Wajahnya, senyumnya dan caranya membelaiku hampir sama dengan ibuku tersayang. Aroma tubuh yang kubaui darinya persis seperti aroma tubuh yang selalu kurindukan, aroma ibuku.
Tante, untuk 10 menit yang melenakan itu, terimakasih

rasanya aku ingin bergelung di pelukmu, ibu.
entah kenapa, aku merasa kecil lagi.
entah kenapa, aku ingin kembali

01.20 pm
Pengen lebih lama di pelukan tapi harus ke lab

Kisah sebuah syuro (another syuro)

Aku nulis tulisan ini sambil senyum tapi juga merasa bersalah. Bersalah atau apa ya namanya feel like this? Tadi janji syuro sama adek2 yang ngurusi BP Puskomda. Actually, aku bukan anggota tim itu, tapi karena belum selesai transferanku ke mereka untuk nyiapin kerja pendampingan, jadi ya ikut syuro itu nyelesein tugas transfer. Tapi itu masalahnya. Apa karena aku yang paling tua disitu, mereka jadi gak banyak omong ya. kholerisku kumat, dan mereka diam saja. Ikhwan yang seangkatan sama aku yang sebenarnya harus hadir gak datang entah kenapa. Jadinya ya aku dominan banget. Sampe-sampe aku merasa seperti pemimpin syuro alais moderator, begitu mengendalikan forum. Dan parahnya, sepertinya tidak ada “perlawanan” berarti, syuro ini datar banget. Apapun yang kuusulkan langsung diterima. Apa yang kusuruh untuk dikerjain, diiyain. Sempat nyoba untuk diam saja dan membiarkan mereka berkomentar tapi komentar2nya biasa banget dan sama seperti yang ada di pikiranku. Jadinya ya mulus banget syuro itu.
Sepulang syuro, aku mikir :

1.hasil syuro ini memang hasil syuro yang murni ataukah karena mereka merasa tidak punya bargaining position di depanku.

2.Sebenarnya itu ide-ide mereka sendiri atau cari jalan aman biar gak berkonfrontasi sama aku

3.Kayak apa sih imageku di depan adek2 itu?

Tapi, aku salut banget sama mereka bertiga, uri, samsul, lina. Ghiroh mereka tinggi dan feelingku mengatakan mereka adalah ruh barunya KMBI. Lihat uri dan samsul, aku jadi ingat heri dan cholik jaman dulu, kompak banget. Semoga saja mereka bisa jadi tandem yang baik seperti mas-masnya itu. Aku pernah menangis untuk semangat mereka berdua. Saat mereka harus kecapekan membawa nama KMBI di ajang FSDa. Bermain dengan lelah dan bercanda dengan larutnya malam berteman amanah. Aku pernah bahagia karena mereka. Adek-adekku, kutitip KMBI ya.

9 juni 06 ; 10 am
Air mataku meleleh lagi

Friday, June 09, 2006

Apa Aku Salah?

Apakah salah bila aku menginginkan yang terbaik untuk kalian dengan caraku?
Apakah salah bila aku punya sebuah kepercayaan dan aku memillih caraku untuk membuktikan atau bahkan menjadikan kepercayaanku sebagai kenyataan?
Apa kalian pikir yang kulakukan adalah untukku?
Aku tidak rugi jika kalian bertingkah semaunya dan aku memilih untuk diam. Masalahnya adalah aku tidak ingin diam.
Aku ingin menjadikan kalian lebih baik karena untuk alasan itulah aku ada di tempat ini
Dan kalo kalian tidak suka, aku ingin bertanya, mengapa kalian tidak suka dengan apa yang akan menjadikan kalian baik.
Oke, kita fair aja deh. Kalo kalian bertindak sesuka kalian dan aku diam tapi kemudian aku memilih untuk tidak memberikan nilai apapun pada kalian, kalian bisa tidak terima hal itu? Kalo kalian bisa, maka aku pun bisa memilih untuk diam. Tapi kalo kalian tidak bisa, jangan salahkan aku kalo meminta kalian untuk “sedikit” belajar.
Kalian mahasiswa kan? Bukan lagi anak SD yang harus diberi permen dulu baru mau belajar. Begitu banyak keluhan yang kudengar dari mulut kalian. Diberi 5 soal sudah ngeluh, disuruh jelasin laporan, ogah2an, disuruh perbaiki laporan, minta waktu lebih, niat gak sih? Kalo cuma mau kejar nilai, yang penting lulus, maafkan aku karena aku pun tidak bisa beri nilai yang tidak bisa kupertanggungjawabkan. Dengan sikap kalian seperti ini, jangan salahkan aku kalo tidak memberi nilai yang bisa memuaskan kalian.
Bukan mengancam atau apa. Saya punya mimpi keinginan yang besar bahwa keluar dari sini, bukan capeknya doang yang kalian rasakan, tapi juga keahlian atau tambahan pengetahuan meskipun sedikit.
Saya bisa saja memilih untuk diam, menerima setiap laporan praktikum kalian, tidak mengomentari kesalahan2 kalian, tidak memberi sangsi atas apa yang kalian lakukan, bersikap masa bodoh ketika kalian tidak bisa menyelesaikan praktikum dengan baik, acuh dengan sikap kalian yang tidak disiplin, memberikan nilai sesukaku saja. Saya bisa memilih untuk itu dan yang saya dapat pun tidak kalah menariknya. Saya tidak capek, saya bisa pulang lebih cepat, saya tidak membuang energi berlebih untuk membagi apa yang saya punya, dan toh honor saya bakal keluar tanpa ada potongan.
But sorry, its not me. Saya tidak akan memilih pilihan itu. Kalo kalian mau membandingkan saya dengan asisten yang lain, terserah kalian. Tapi saya beda, dan boleh kan? Saya lebih rela pulang lebih lama, saya lebih memilih untuk memberi waktu lebih lama untuk sekedar menjelaskan apa yang saya tahu. Saya memilih untuk memberi tahu apa kesalahan kalian dan bagaimana cara memperbaikinya, saya memilih untuk melakukan banyak hal agar kalian bisa tahu apa yang kalian sedang pelajari di ruang ini, dan untuk nilai yang akan saya beri, saya ingin bisa mempertanggungjawabkannya. Ngerti kan kalian?
Oke, kalo sampe di titik ini pun, kalian masih belum mengerti dengan setiap perlakuan saya ke kalian, itu juga pilihan kalian. Satu yang saya tegaskan adalah, saya lebih respek dengan laporan yang salah tapi dikerjakan sendiri daripada yang benar tapi ketika dimintai penjelasan tentang apa yang kalian tulis, kalian tidak bisa melakukannya karena itu bukan pekerjaan kalian. I am not respect for act like that.
Aku ingin kalian bisa. Itu saja. Dan untuk sebuah keinginan yang sederhana itu, apa saya salah?
Salut buat nizar, akhmad, rizal yang terus menerus mau belajar.
Salut buat kriswan dan wirawan yang tetap bisa jadi dirinya saat berhadapan denganku.
Buat yang lain, jangan sering2 mengeluh. Childish banget, tau gak? Buat yang masih pake topeng, jangan pake topengmu di depanku. Ngomong apa yang mo diomongin.

8 Jun 2006
Buat semua praktikanku, I just want you all the best

Thursday, June 08, 2006

Secepat inikah?

Secepat inikah aku harus menentukan sesuatu untuk kujalani selamanya?
Oke, aku sudah memilih untuk memulai satu langkah awal. Setelah ini, kuserahkan pada Allah apapun keputusanNYA.
Yang ingin kutahu : “Kenapa Ana?”

7 jun 06; agak siang
setelah dapat sms yang tak terduga

Wednesday, June 07, 2006

060606

060606
Ini angka cantik untuk angkatan 6 STM Telkom Makassar (angkatan 1997). 6 tahun yang lalu, kami sepakat akan bertemu di kota makassar lagi, kami sepakat reuni di tanggal ini. Hari ini, kami masih belum bisa bertemu. Bagaimanapun, manusia hanya bisa berusaha, Allah yang menentukan. InsyaAllah kami tetap akan reuni tahun ini tapi pada tanggal 24-06-06. Kata anak2 sih, masih nyambung kok sama angka 6. 2 tambah 4 kan enam juga.
Berarti 2 minggu lagi, insyaAllah aku ketemu dengan teman2 lama, teman yang selama ini hanya terpisah jarak tapi hati kami tetap menyatu. Dari berita-berita yang kudengar tentang keadaan mereka sekarang, ada yang sudah nikah, bahkan sudah punya anak, ada yang sudah bekerja sesuai dengan bidangnya, ada yang melenceng dari jalur STMnya, ada yang buka usaha sendiri. Banyak yang sudah berubah. Aku? Apa yang berubah dari diriku. Nikah belum, kerja belum, kuliah sudah sih tinggal one last step. Tapi tidak ada perubahan yang berarti.

Eits, I realize one thing. Aku yang sekarang memang mungkin belum sebaik orang pada umumnya, mungkin belum sebaik manusia muslim sesungguhnya. Namun, aku tahu bahwa aku sekarang adalah aku yang lebih baik dari aku sebelumnya. Aku bangga karena untuk manjadi aku yang sekarang kulewati hidup dengan penuh air mata. Aku bangga dengan diriku yang sekarang karena aku telah menempuh prosesnya. Prinsip-prinsip hidupku sudah lebih baik dari sebelumnya. Caraku memandang dan menjalani hidup telah lebih baik dari sebelumnya. Aku tidak bilang kehidupanku sekarang adalah ideal, bagaimanapun pembelajaran tidak boleh terhenti. Tapi yang pasti, aku yang sekarang adalah aku yang lebih baik dari yang sebelumnya.

Aku mencintai diriku, menghargai diriku, memuji keistimewaan-keistimewaan yang dititipkan Allah padaku, memahami dan menerima kelemahan-kelemahanku. Perjalanan hidupku ke belakang memang terlihat banyak kesalahan, menemukan banyak kenaifan, menjumpai banyak hal yang memalukan, menemukan banyak kegetiran, ketidaksukaan, tapi inilah diriku. Aku mencintai diriku karena dari sana aku akan bisa mencintai dan dicintai orang lain

060606
9:43 am
Ternyata aku punya banyak. Thanks GOD

Kuharap kau baik-baik saja....

Setelah menekan egoku, akhirnya kuputuskan menulis hal ini. Awalnya aku tidak ingin memikirkan hal ini, tapi aku merasa aku tidak boleh membiarkan diriku berlama-lama bersikap tak peduli dengan seseorang yang pernah menyakitiku.
Saat ini dia sedang di wilayah bencana. Saat bencana gempa itu terjadi, aku menyibukkan diriku dengan memikirkan hal lain agar tidak sedetik pun terlintas dalam pikiranku “dia gimana kabarnya ya?”. Aku berusaha tidak peduli. Tapi pagi ini entah kenapa aku berpikir aku sudah jahat. Okelah, dia memang pernah menyakitiku tapi bukankah ini semua skenario Allah? dan bukankah keadaan sekarang jadi lebih baik? Bukankah jalan Allah yang IA pilihkan untukku sekarang begitu indah dan aku bahagia di dalamnya? Then, kenapa aku tidak peduli dengan keadaannya yang mungkin saja sedang susah.
Buat yang merasa tulisan ini tentang dia, aku sudah memaafkan. Aku tak membenci. Toh, kejadian itu tidak sepenuhnya salahmu. Jadi aku pun ingin minta maaf. Aku tidak tahu keadaanmu seperti apa, aku tidak mau tahu juga tidak mau mencari tahu, juga tidak tahu bagaimana mencari tahu. Tapi aku berharap kamu baik-baik saja.

060606
8:02 am
buat seorang “saudara”

Tuesday, June 06, 2006

Kapan Menikah???

Ana, teman STM, sms katanya mo nikah awal bulan juli. Dan seperti sms-sms teman2 yang mengundang dalam pernikahan mereka sebelumnya, penutupnya adalah "kapan nyusul bhy?"
Entah jawaban apa yang harus kuberi. Mereka bertanya padaku apa yang aku sendiri juga tidak tahu. Kuserahkan semuanya pada Allah. Ia akan mempertemukanku dengan orang yang tepat, di saat yang tepat, pilihan yang tepat untukku.
Jadi, jangan pernah tanyakan kapan menikah karena yang bertanya dan yang ditanya sama-sama tidak tahu jawabannya. Bukankah semua itu di tangan Allah (sampai di titik ini, teringat komentar seorang teman ketika ngobrolin hal ini "memang di tangan Allah, tapi kalo gak diusahakan, ya akan selamanya di tangan Allah, gak diberikan ke anti". Sampai di titik ini pula aku masih mencoba mengolah kata2 itu. Emangnya aku harus berusaha apa? Aku percaya, semua akan datang di waktu yang tepat)
Bertanya kapan menikah sama saja dengan bertanaya kapan meninggal. who knows?
Buat semua teman2ku yang sudah lebih dulu mengembangkan layar, memulai pelayaran dan memaksaku menyusul (ana, tari, ami, endhy, ani, phionk, any, sumi, erfin, ical, sulfi, mbak imas, mbak dina), aku hanya bilang "doakan aku saja agar bisa mengikuti jejak kalian yang begitu berani melangkah. Semoga jika saatku tiba nanti, perahu yang kudayung bersama nahkodaku, akan berlayar hingga ke tepian, SURGA."

Monday, June 05, 2006

Kemana Larinya Toleransi?

fenomena yang menyedihkan. Di sudut bumi Allah, di jogja, ada yang terluka, ada yang tidak punya lagi tempat tinggal, yang berharap perut terisi dari bantuan orang-orang sementara di sudut bumi Allah yang lain, di surabaya, mall penuh dengan orang yang kebingungan menghabiskan duitnya untuk apa. Masuk ke wahana permainan tanpa berpikir berapa duit yang dihabiskan hanya untuk sekedar berteriak di Galleon atau sekedar memasukkan bola basket ke keranjangnya atau juga sekedar berpura-pura ada di arena balap. Ada juga orang-orang yang sibuk menjejali perutnya dengan makanan yang ia sendiri pada akhirnya tidak sanggup ia habiskan. Ada apa ini? Masih belum cukupkan Allah menunjukkan kepada kita kebesaranNYA? Masih belum cukupkah peristiwa-peristiwa ini untuk diambil hikmahnya agar kita lebih memperhatikan sesama, dan lebih dekat denganNYA. Belum cukupkah? Apa masih harus menunggu hingga tiba saatnya kita yang menjadi korban? Naudzubillahi min dzalik…

03.30 pm
tertegun menatap isi Tunjungan Plaza

Kisah Sebuah Syuro

Berangkat syuro tadi, ana berpikir bagaimana jadinya ya 2 akhwat kholeris syuro dengan 2 ikhwan yang cenderung pendiam, datar tapi smart. Yang terbayang adalah syuro bakal didominasi oleh kami berdua yang bertipe sama, tidak banyak tanggapan, datar, tanpa lonjakan , tanpa “perlawanan” berarti dan itu adalah suasana yang membosankan bagi tipe kholeris seperti kami yang suka akan tantangan, yang tidak suka akan sesuatu yang stagnan dan datar.
Kenyataannya, pada awal syuro memang seperti itu. Kami, 2 akhwat kholeris ini lebih mendominasi sampe akhirnya kami berpikir harus ada yang dipancing agar syuro lebih hidup. Terlontarlah kalimat “Akh Z ada ya? Katanya antum mau bicara tentang ….. Gimana?”. It works. Dipancing seperti itu, mulai deh beliau ngomong panjang lebar tentang pendapatnya, ditangapi akhwat, kemudian ditanggapi balik, sampe akhirnya syuro benar-benar hidup dan serasa seperti permainan badminton yang seru. Ini ilustrasi saja kok, jadi jangan dipikir ngotot-ngototan seperti permainan badminton sebenarnya. Ini seperti permainan badminton yang saling merespon balik. Setelah eksplorasi ide selesai dilakukan, ana puas dengan syuro ini. Karena tidak banyak buang waktu, tepat sasaran, dan jelas hasilnya. Ternyata kuncinya adalah, perlu dipancing dulu.
Buat para pejuang syuro : Kalo syuro jangan mbulet-mbulet ya. Langsung aja, fokus dan selesaikan, Biar gak buang banyak waktu. Tus kalo ada ide, jangan disimpan sendir apalagi malu-malul kucing buat ngomong. Syuro emang tempatnya bicara kok. Segala sesuatu akan jadi resmi. So, jangan kapok-kapok syuro ya. Itu proses yang harus kita lewati untuk membuat dakwah lebih berakar kuat dan menyebar. Semangat ya….

Sunday, June 04, 2006

Selamat Jalan, Sahabat......

Buat seorang ikhwah yang telah hijrah :

Secara pribadi, terimakasih ana sampaikan atas bantuan antum selama ini. Terimakasih atas setiap pelajaran yang ana dapat dari antum tanpa antum sadari. Afwan atas segala kerepotan yang ana buat. Afwan jika dalam interaksi ukhuwah kita, ada kelalaian kronis yang ana lakukan, yang secara sadar atau tidak telah mengurangi timbangan hak dalam berukhuwah dengan antum. Afwan jika dalam majelis dakwah, pernah keluar ucapan kasar, ada ganjalan yang menghujam kalbu. Afwan jiddan atas setiap kesalahan yang sadar atau tidak sadar melukai antum.

Secara jama’ah, mewakili KMBI ana ucapkan terimakasih atas dukungan antum selama ini dalam perjalanan dakwah KMBI. Ucapan terimakasih ini sungguh tidak sebanding dengan apa yang telah antum lakukan. Apa yang kami berikan, apa yang kami katakan, hanyalah sebuah isyarat kecil dalam hidup antum. Bagaimanapaun, ketulusan antum hanya layak dibalas oleh Yang Menciptakan Kita, Allah SWT.
Semoga keberkahan dakwah meliputi antum dan kami.

Mewakili DPRa, terimakasih telah membersamai, memimpin kami dalam suka duka dakwah DPRa. Just Allah can give you a reward for all of that.

Selamat Jalan sahabat,
Selamat berjuang menegakkan cahaya Islam di negeri seberang
Allah bersama selalu
Semoga tunai segala cita-cita
Raih gelar syuhada

Saturday, June 03, 2006

i am OK !!!!!

I am fine. Memang bukan saat ini waktu yang tepat untukku. Ketidakhadiranku ke acara itu bukan karena aku tidak berlapang dada. Aku sudah bisa terima kenyataan ini karena yang terpenting orang tuaku tidak masalah, itu cukup untukku. Buat semua temanku yang berbahagia hari ini, SELAMAT Ya dan semoga langkah kalian ke depan lebih baik. Aku ikut bahagia dengan kebahagiaan kalian. Aku sangat ingin hadir, tapi keadaan yang tidak memungkinkan. Jadi, tolong jangan buat kesimpulan macam-macam dengan ketidakhadiranku karena AKU BAIK-BAIK SAJA

Suksesi Dadakan DPRa

DPRa yang unik. Digerakkan oleh mahasiswa yang akhirnya ketika satu persatu lulus dan harus memilih jalannya, maka DPRa menjadi korban.
Dimulai dari saat ini ketika ketua DPRa harus pindah kota maka suksesi pun dilakukan untuk memilih PJs. Ditunjuklah seorang akh yang ternyata di surabaya hanya tugas belajar dan insyaAllah akan berakhir maret 2007 dan kembali ke kampung asal.
It means, kejadian ini akan kembali berulang saat 2007, mencari kembali PJs.
Ini PR besar dakwah DPRa. Merekrut kader penduduk tetap klampis agar dakwah DPRa tidak berhenti ketika satu persatu mahasiswa penggerak DPRa harus kembali untuk berdakwah di tempat yang lebih membutuhkannya.
Ya Allah, bimbinglah jalan kami untuk tetap mengukuhkan dakwah di jengkal bumi milikMU yang bernama klampis ngasem