Monday, December 19, 2005

Ruhul Jaddid

Sebenarnya pengen istirahat di rumah setelah selama 3 hari berturut-turut nyelesein urusan di kampus yang menguras tenaga tapi ada undangan ke UBAYA untuk training event organizer. Pagi tadi dihubungi sama akhi zakky dari ITS, ketua Puskomda, untuk ngisi sesi outbond untuk akhwat2 peserta training itu. karena mendadak, jadi ya gak bisa nyiapin game yang pake alat. Jadinya Cuma ngasih game benang kusut, tali ta’arruf, seven boom dan perahu strategi. Alhamdulillah banget karena bisa ketemu sama semua OC FSDa yang masih muda2 (emang eby udah tua ya?), semangatnya tinggi, energik. Welcome dan selamat bekerja ya.
Ternyata FSLDKD (Forum Silaturrahim Lembaga Dakwah Kampus Daerah) ini atau yang sering kita bilang FSDa (Forum Silaturrahim Daerah) surabaya ini gak jadi bulan januari. Diundur bulan februari tepatnya 10 – 12 februari 2006. mudah2an apa yang menjadi hasil FSNas di Samarinda kemarin bisa kita blow up disini.
Pulang dari UBAYA, kakinya kambuh lagi. Mungkin karena tadi kaki eby terlalu banyak gerak. Akhirnya setelah makan, minum obat langsung tidur. Semoga besok, semuanya baik2 saja

Friday, December 02, 2005

Akhir novemberku...

Jumat, 25
Setelah buat brownies untuk pak rusdi (polisi yang jagain rumah dulu waktu zaman pemilihan gubernur) yang mo balik ke surabaya, eby ke waihaong buatin brownies
untuk ca dja karena besok ca dja wisuda. Pulang dari situ, eby pusing dan kaki eby lemes banget. Di oto kebun cengkeh, eby sms papa minta dijemput di wailahan karena eby kayaknya gak kuat turun ke rumah sendiri.
Bener aja, begitu turun dari oto, eby langsung muntah2 dan gak kuat jalan. Akhirnya papa bawa ke PKPU di btn manusela. Sampe sana diperiksa tapi katanya Cuma kecapekan tapi eby gak percaya karena eby gak merasa capek. Wong eby gak banyak aktivitas kok. Pasti ada yang lain. Pulang dari situ, untuk ke rumah eby gak kuat jalan, akhirnya eby digendong sama papa. Pa, thanks ya. I love you. Makasih papa mo gendong eby,padahal eby kan udah gede banget. Pulang sampe rumah langsung tidur

Sabtu, 26
Astaghfirullah, hari ini kaki eby tambah sakit. Eby gak bisa jalan. Untuk berdiri aja eby sulit. Eby takut banget. Sorenya, ibu dan papa antar eby ke dokter yusuf heningkor, dokter penyakit dalam di depan RS valentine. Untuk ke sana aja, eby dipapah karena eby gak bisa jalan sendiri dan gak kuat. Setelah dicheck semuanya, ternyata syaraf kaki eby lemah. Kata dokter yusuf, eby konsumsi obat dulu, kalo tidak ada perubahan, kemungkinan diopname. Ya Allah, ampuni hamba. Pa, bu, maafkan eby ngerepotin ibu dan papa. Karena sakit ini, eby yang rencananya mo balik tanggal
3 desember, gak jadi balik karena harus kontrol lagi. Gula darah eby juga rendah banget jadi harus banyak makan yang manis (padahal eby kan udah manis,hehehehe)

Senin, 28
Hari yang menyenangkan. Sarapan udah dibeliin nasi kuning sama caca dan sorenya dibeliin pisang goreng sama ibu. Santje di surabaya panik banget waktu tau eby sakit. Mamanya santje (mama ama) langsung telpon ke rumah menanyakan kondisi eby. Berhubung eby gak bisa bangun dari tempat tidur, ya caca deh yang terima telponnya dan jelasin keadaan eby. Yang namanya saudara ya emang gitu ya. sudah jauh tapi tetap aja perhatian. I love you, santje. Malamnya, eby tidur ditemani dek ega dan dek uni. Kita cerita tentang masa kecilnya kita. Waktu uni lahir, betapa kita gak
nyangka bakal ada uni. Pikirnya adek ega itu udah bungsu. Cerita waktu eya nakal dan kabur dari rumah padahal masih kecil sampe diamankan polisi. Dan cerita tentang eby yang hampir ketuker di rumah sakit sama bayi lain. Serem ya. kalo benar2 ketuker, ibuku lain dong. Serem ah bayanginnya. Vita sms untuk syuro SC FSDa besok di ITS. Afwan ya, masih belum bisa datang

Selasa, 29
Dibuatin bubur ayam untuk sarapan dan sorenya dibeliin babengka. Caca datang bawa coklat 10 buah supaya gula darah eby naik. Malamnya kita berempat ngobrol tentang
zaman kita ngaji di mama em dan masa kecilnya ade uni. Menyenangkan bnaget. Vita sms kalo syuro sc nya dicancel karena akhi zakky mau nemuin pak akbar dulu.

Rabu, 30
Pagi ini kita makan gabeng susu dan ibu beliin nasi kuning untuk sarapan. Sambil sarapan, eby, caca, dek uni dan papa cerita zaman awal kita tinggal di air kuning tahun 1996. rumah masih belum banyak. Masih ada mama mila, mandinya di air gawam, angkat air minum dari air gayam ke rumah, trus, waktu pembangunan masjid al-burhan yang karena orangnya masih sedikit, jadi kekeluargaannya kental banget. Waktu rumah hampir terbakar tgl 26 februari 1997. juga cerita waktu ibu dan papa memutuskan untuk pindah sementara ke galunggung. Juga cerita waktu yongab datang menyerang
air kuning dan orang2 melarikan diri ke air gayam sampe2 adek ega terpisah dari ibu dan alhamdulillah bisa ditemuin. Ya, cerita sedih kerusuhan terbuka kembali. Tapi, semua ada hikmahnya

Kamis, 31
Mbak anis sms katanya kemarin di surabaya ada angin puyuh di deles, atap asbes kost Izzah 8 buah terbang, sampe mereka kehujanan dalam rumah. Alhamdulillah tidak ada korban jiwa dan warga pada bantuin. Karlina sms katanya hari sabtu besok ada jarmus di UPN. Sorenya, ane baru ingat kalo hari ini eby harusnya ngisi kajian di stiesia. Eby benar2 lupa padahal selasa kemarin udah berencana hubungi akhwat di surabaya untuk gantiin sebentar, tapi benar2 lupa.

Bulan ini, terutama di akhir bulan dimana eby dikasih ujian sakit sama Allah, eby begitu merasakan betapa sayangnya ibu dan papa sama eby. Mereka selalu memastikan bahwa eby dalam keadaan yang nyaman. Sampe2 eby malu sendiri karena eby udah banyak melakukan kesalahan sama mereka. Eby udah menyakiti mereka tanpa mereka sadari. Eby malu dan eby bertekad akan memperbaiki semuanya. Eby bahkan seperti anak kecil
yang begitu dimanja oleh mereka. Kalo di surabaya, eby bisa sangat dewasa, karena lingkungan menuntut eby begitu, tapi di rumah, eby menjadi eby yang rapuh yang
begitu memerlukan ibu dan papa untuk menopang eby. Mereka baik banget. Eby sayang mereka, sangat. Eby akan memperbaiki semuanya. Kadang eby merasa tidak pantas mendapatkan apa yang mereka berikan pada eby, kebaikan yang sangat tulus. Pa, bu, eby sangat menyayangi kalian. Maafkan eby atas kesalahan eby.
Buat dek uni dan dek ega, terimakasih atas cintanya. Dek uni, makasih ya karena sudah terus menerus buatin ca eby teh atau susu tiap pagi dan sore dan nyiapin
sarapan. Terimakasih karena kalian telah jadi adek yang begitu menyenangkan untuk ca ebhy

Sunday, November 27, 2005

Kulihat surga di wajahmu

Bunda
engkau adalah
rembulan yang menari
dalam dadaku

Ayah
engkau adalah
matahari yang menghangatkan
hatiku

Ayah Bunda
kucintai kau berdua
seperti aku
mencintai surga

Semoga Allah mencium ayah bunda
dalam tamanNya terindah
nanti

(Januari 2002)
- Abdurrahman Faiz ( 10 tahun ) –

Setelah kejadian semalam, hari ini ibu pulang kerja lebih awal dan papa sejak pagi sudah mendaftarkanku di dokter. Sore tadi, mereka berdua memapahku ke dokter. Sepanjang perjalanan, kedua tanganku tidak mau mereka lepaskan seolah-olah tidak akan pernah dilepas lagi. Kejadian ini membuat aku tidak bisa balik ke surabaya lebih awal. Aku harus menunggu sampai kondisiku benar-benar pulih.
Alhamdulillah, hasil dari dokter, syaraf kaki lemah. Gula darah rendah. Hanya perlu istirahat full. Tidak boleh digerakkan dulu dan kita liat perkembangannya selama 2 minggu. Jika tidak ada perubahan, baru opname.
Allah, aku serahkan hidupku untukMU karena Engkau yang memilikinya
Aku bersyukur, Allah memberiku sakit saat aku bersama mereka. Tidak terbayangkan jika aku mengalami sakit ini saat aku di perantauan. Pastilah amat berat untukku. Walaupun ini terlihat merepotkan mereka, tapi aku yakin jika tidak bersama mereka, justru mereka lebih panik dari ini.
Aku tidak peduli jika ada yang mengatakan saat ini aku rapuh. Karena aku tahu, aku punya dua pilar yang akan menopang kerapuhanku, memolesku menjadi batu karang hingga saat kembali nanti, aku laksana burung elang yang tidak takut terbang sendiri dan lebih tinggi dari burung-burung lainnya.

Aku Ridha dengan ketentuanMU

ALhamdulillah Allah masih menyayangiku dengan memberi sakit ini. Entah kenapa kaki ini tidak bisa digerakkan. Dua-duanya tidak bisa digerakkan sama sekali. Ada apa ini? Tadi malam dari PKPU, bilangnya cuma kecapeka. Tapi secapek-capeknya aku, belum pernah hal ini terjadi. Ada apa dengan kakiku? Untuk ke kamar mandi, keluar kamar, sekedar untuk duduk, harus ada yang bantu. Sempat kubayangkan kelumpuhan tapi aku tidak mau berburuk sangka. Allah tahu apapun yang terbaik untukku.
Ya Allah, aku terima dengan segala ketentuanMU. Jika ini hukuman untuk dosa-dosaku, aku terima ya Allah. Barusan kak erni datang dan meriksa aku. Katanya kemungkinan syaraf kakinya lemah. InsyaAllah tidak sampai lumpuh, bukan gejala lumpuh. Tapi setelah ini, memang harus berhati2, tidak boleh kecapekan lagi. Nanti sore, ibu dan papa akan mengantar ke dokter penyakit dalam. i hope nothing, i trust ALLAH have decide the best one for me.
Apapun Ya Allah, aku ridha. Beri aku kekuatanMU

Saturday, November 26, 2005

You are my man !!!!

Terlahir menjadi anak dari seorang ayah yang luar biasa adalah karunia terindah Allah untukku. Bagaimana tidak? Ia yang tidak pernah kehabisan cara membuatku kagum akan cintanya untukku.
Dulu, saat aku masih bersama mereka, saat SD sampai SMP, jika aku sakit, maka papalah orang yang sangat sibuk. Mencari obat yang cocok, memastikan aku memakan obat itu dan selalu mengecek perkembangan kesehatanku setiap saat.
Hari ini, setelah bertahun2 aku meninggalkannya, setelah aku yang dulu saat pergi masih 14 tahun dan sekarang sudah ada pada angka 22, masih saja diperlakukan sama.
Bahkan, saat pulang dari dokter PKPU, aku yang tidak kuat melangkahkan kaki, papa menggendongku. Tentu bukan kerja yang ringan menggendong gadis seusiaku. Dan itu7 ia lakukan sambil jalan di jalanan yang menurun. Aku tidak menyangka papa melakukannya. Ia tidak peduli dengan tatapan orang. Beliau yang hanya dengan kaos oblong, celana selutut dan sandal jepit menggendongku yang saat itu berpakaian muslimah rapi. Beliau menggendongku hampir 20 menit.
Papa menggendongku sampai rumah dan membaringkanku di atas tempat tidur. Ibu menyuapiku, memastikan aku memakan obatnya, dan kemudian merapikan selimutku. Mereka berdua kemudian mencium keningku dan mengucapkan selamat tidur untukku. Dua manusia luar biasa ini, merekalah yang membuatku rela melakukan apapun demi kebahagiaan mereka.
Papa, you are my man. Just you.

Tuesday, November 08, 2005

My wonderful ied

Fifth day of ied. Lebaran yang luar biasa banget untukku. Aku bisa pulang berkumpul dengan keluarga. Ini tidak kuduga karena pada awalnya rencananya aku tidak pulang dan harus merasakan lebaran di surabaya. Aku bisa kumpul dengan seluruh keluargaku. Saking senangnya, baru di hari ke lima ini bisa menuangkan perasaan ajaib ini.
Lebaran ini kita gak perlu pesan kue kering lagi, karena iseng aku coba buat bersama adek bungsuku tersayang.
Kita shalatnya di masjid al-burhan, masjid dekat rumah. Sebenarnya ibu pengen ke masjid raya Alfatah, masjid kebanggaan masyarakat maluku, masjid dimana saat kerusuhan, azzam di setiap pemuda muslim bahwa bangunan apapun boleh runtuh tapi tidak masjid al-fatah. Tapi apa daya, waktu tidak memungkinkan jadinya kita di masjid al-burhan saja.
Ada yang lain di lebaran ini. Satu anggota keluarga intiku tidak ada bersama kami. Adikku tetap lebaran di surabaya karena jadwal kuliah dan ujian dia tepat setelah lebaran. Sedih sih, tapi harus dijalani. Banyak sepupu dan ponakan yang lucu-lucu ke rumah. Setelah itu kita juga rame-rame ke rumah keluarga yang lain. Seru karena aku punya keluarga besar. Bukan cuma besar tapi besar banget. I love them all.
Subhanallah, cintalah yang membuat semua orang berlomba lebih dahulu datang dan memaafkan. Cinta yang membuat barisan laksana bayi tak berdosa saling berjabatan tangan dan memberikan senyum terindahnya. Ya Allah, Engkaulah Sang Maha Pencinta. Cintailah kami.

Lebaran hari kedua kemarin, kita sekeluarga besar ziarah ke makam salah satu bibi. Ini lebaran pertama kami tanpa beliau. Ketujuh anaknya (my cousins) yang sudah terpencar kemana2, hari ini berkumpul di kota ambon atas nama cinta. Hari nketiganya, kami sekeluarga besar itu pulang kampung alias mudik ke desa tercinta, Luhu. Disana, berkumpul seluruh keluarga besar kami yang lain. Disana ada banyak cinta yang tak ingin kulewatkan. Hanya 2 hari disana tapi itu adalah 2 hari yang luar biasa. Kami juga ke makamnya nenek tercinta. Nenek sudah tidak ada, tapi beliau selalu ada di hati kami. Kami sangat mencintai beliau karena dari tangan beliaulah, terbentuk pribadi-pribadi istimewa seperti ibuku dan saudara-saudaranya yang hidup dalam kubangan kasih sayang.

Saat kutulis catatan ini, aku baru saja tiba di kota ambon dari perjalanan pulangku itu. Entah apa tahun depan bisa kuulangi perjalanan ini. Yang kutahu, desa ini sepertinya selalu memanggilku. Cinta yang kurasakan dari orang2 yang ada di sana, dari sejuknya angin yang bertiup di pantai, dari bau cengkih yang kuhirup, dari lembut suara dan tulusnya orang2 yang mendoakanku itu membuatku selalu ingin kembali dan kembali.

Friday, November 04, 2005

Segala tentang kalian adalah cinta....

Ibumu adalah
Ibunda darah dagingmu
Tundukkan mukamu
Bungkukkan badanmu
Raih punggung tangan beliau
Ciumlah dalam-dalam
Hiruplah wewangian cintanya
Dan rasukkan ke dalam kalbumu
Agar menjadi azimah bagi rizki dan kebahagiaan
(Emha Ainun Najib)


Ibu, kubersimpuh di kakimu walaupun rasanya kakimu terlalu suci untuk anakmu yang penuh noda ini.
Ibu, ku tak tahu apa engkau akan memaafkanku atas segala kesalahanku. Apa air mata itu karenaku?
Ibu, engkau adalah wanita terhebat dalam hidupku. Tak pantas rasanya aku menjadi anak dari wanita sepertimu.
Ibu, aku telah mengecewakanmu. Engkau tak tahu itu. Tapi engkau selalu menyayangiku. Aku sunguh malu
Ibu, aku mencintaimu walaupun jarang kukatakan. Aku menyayangimu walau kadang menyakitimu.
Ibu, engkau adalah udara bagiku. Tanpamu, aku tak bisa hidup
Ibu, maafkan anakmu ini. Kuberjanji, aku akan membayar semua kesalahanku. Kuberjanji membahagiakanmu. Bantu aku bu dengan doamu, agar aku bisa menepati janjiku ini.
Ibu, di hari yang penuh dengan cinta ini, biarkanlah aku hidup dengan kenangan tentang senyumanmu yang tak bisa kunikmati setiap hari jika aku kembali lagi ke tempat yang jauh.
Bu, ingin kumembahagiakanmu, membuatmu bangga sehingga aku merasa pantas untuk bersimpuh dan mencium surga di kakimu.
Cinta ini milikmu, ibu. Binar matamu adalah surga.


Pa, hari ini kulihat sedih dimatamu. Ada apa pa? Apa karena aku?
Pa, di mata itu tidak boleh ada sedih karena dari mata itulah aku temukan keberanian, semangat dalam menjalani hidupku.
Pa, tangan yang kubelai ini, yang kuhirup aromanya adalah tangan yang telah menjadikanku seperti sekarang. Tangan yang telah bekerja dengan susah payah demi kami anak2mu yang tidak tahu diri ini.
Pa, kau inspirator terbesarku. Aku sangat mencintaimu, sangat.
Walaupun aku telah membuatmu kecewa, tapi kau tetap seperti dulu, tidak pernah memarahiku.
Pa, kadang aku berpikir, apa kau tidak memiliki rasa marah dalam hati? Apa kau tidak bisa mengekspresikan marah dan kecewamu?
Pa, jasamu tidak berbalas. Aku berjanji akan membahagiakanmu. Karena dirimulah, aku bisa bertahan sejauh ini. Aku mencintaimu
Di hari indah ini, kumohon maafkanlah diriku. Sertai dan hujani aku dengan doa-doamu. Kau imamku yang terbaik.
Pa, terimakasih atas keikhlasanmu melepaskan aku mewjudkan mimpi dan cita-citaku. Terimakasih karena telah menemani hari-hariku dengan sms-smsmu yang penuh cinta mengingatkanku untuk sholat dan rajin belajar serta mendoakan kesuksesanku.
Pa, rambutmu yangmulai memutih menjadi saksi betapa usiamu terlewati dengan pembuktian cintamu kepada kami. Semoga kami bisa membalas semua cinta itu.
Cinta ini milikmu papa.

Untuk ibu dan papaku, kalian adalah 2 manusia terhebat yang kumiliki. Dari rahim agungmu ibu, dan dari mata air kasihmu apap, aku bisa hadir di muka bumi ini. Kalian berdua adalah nafas kehidupanku. Tak ingin rasanya berpisah lagi.
Lebaran ini, semoga seluruh salahku yang telah kalian maafkan (walaupun aku yakin, maaf kalian tidak tergantung moment apapun), menjadi modalku kembali menjalani hidupku yang jauh dari kalian. Sedih rasanya jika tersadar bahwa waktuku kembali menggapai cita-cita semakin dekat dan it means, waktuku berpisah (lagi) dengan kalian semakin dekat.
Tapi, jika saat itu tiba, aku bisa dengan lantang berteriak “Surabaya, akan kutaklukkan dirimu dengan cinta kedua orang tuaku”

1 Syawal 1426 H, 07.15 pm

Thursday, October 27, 2005

Sebuah Kisah lagi Tentang Ibu

Ibu, 3 huruf yang tak pernah selesai dijelaskan keindahannya. Kata yang tidak pernah tuntas pembahasan cintanya. Ini hari kedua aku di rumah. Subhanallah, perasaan ajaib saat aku ada di rumah. Rumah yang selama 8 tahun terakhir ini kudatangi setahun sekali. Ya, ini tahun ke-8-ku meninggalkan rumah sejak aku tamat SMP. Semuanya masih indah dan akan selalu indah. Dan hari ini, ibu, lagi-lagi, membalut kerinduanku yang tak terbendung ini dengan cintanya yang tulus.
Di keluarga kami, ada 3 jenis makanan favorit untuk berbuka, yaitu es kacang, es pisang ijo dan asida. Dan tidak ada yang bisa mengalahkan ibu dalam hal rasa. Hari ini, ibu buat es pisang ijo. Dan yang membuatku terharu, es pisang ijo kali ini adalah yang pertama ibu buat selama bulan ramadhan ini. Padahal ini sudah 10 hari terakhir. Kata adek-adekku, ibu selama ini tidak bisa menyiapkan es pisang ijo karena pulang kerja udah menjelang maghrib, sehingga tidak cukup waktu untuk membuat. Dan kali ini, ibu bela-belain buat karena aku ada di rumah. Ibu, kasihmu membuatku semakin mencintaimu.
Sebenarnya, ADK dari kampus UNPATTI sudah mengundangku untuk ikut berbuka puasa bersama mereka dan anak2 yatim di salah satu panti asuhan dan aku sudah menyanggupinya. Tapi, setelah aku tahu bahwa ibu menyiapkan es pisang ijo karena aku ada, rasanya tidak mungkin aku harus mengecewakannya. Aku pun lantas meminta maaf kepada teman2 ADK dan tetap berbuka bersama keluargaku.
Es pisang ijo hari itu terasa sangat nikmat. Biasanya kalo di surabaya dan aku kangen rumah, aku sering nyari es pisang ijo di pinggir jalan atau di warung. Tapi, tidak ada yang menyamai buatan ibu. Siapapun tidak ada yang bisa membuatnya senikmat ibu.
Ibu, kulihat cinta di matamu saat menuangkan sirup di atas mangkukku. Kulihat bahagia di senyummu saat melihatku memakan buatanmu dan kau pun bertanya “gimana? Enak?”. Satu jawabanku saat itu, “bu, buatan ibu adalah yang ternikmat di dunia”, dan kau pun tersenyum bahkan menyodorkan mangkukmu untukku.
Ibu, kau segalanya untukku. Hatiku telah penuh dengan namamu. I love you, mom.

Tuesday, October 25, 2005

There's no place like HOME

24 Oktober 2005, itu hari aku PULANG ke rumah.Pagi itu, rasa-rasanya aku tidak percaya aku berada di dalam pesawat yang membawaku pulang ke rumah. Tak ingin aku tertidur karena aku tidak ingin melewatkan pemandangan memasuki kotaku tercinta, kota tempat berkumpul segala cinta untukku.Yang paling membuatku bersemangat adalah hari itu, orang yang pertama kutemui adalah papaku yang sudah setia menunggu di bandara Pattimura.
Papa masih seperti dulu. Masih dengan senyumnya yang hangat. Bau khas papa saat kucium tangannya sukses membuat pertahananku runtuh. Air mata pun keluar juga. Jenggotnya yang ala rhoma irama (dibawah dagu) masih setia menemaninya dan papa bangga banget lho dengan jenggotnya itu. Belum lagi tatapan mata papa yang memandangku seolah berkata "selamat datang , nak. papa merindukanmu". Kalau saja beliau tahu, kerinduannya itulah yang membuatku bertahan di rantau (kok jadi melankolis gini sih?)
Perjalanan dari bandara ke rumah yang memakan waktu 1 jam tidak kulewatkan begitu saja. Pemandangan alamnya yang subhanallah banget, suasana kota yang selalu membuatku nyaman, penatku di surabaya menghilang entah kemana.sampai rumah, kedua adikku sudah berlari keluar rumah mengambil tanganku, menciumnya, mencium pipiku, dan menarik travel bag yang kubawa. Mereka selalu membuatku merasa menjadi yang paling spesial. Ibu belum pulang. Ibu masih di sekolah, gitu kata adekku. tak sabar rasanya menantinya pulang.
Saat itu pun tiba, ibu pulang dan dengan penuh cinta, kuraih tangannya, kuciumi seakan membayar waktu-waktu yang kulewatkan tanpa mencium tangannya. Rumah, ini tempatku pulang. Ini tempatku kembali. Tempat dimana mata air kasih sayang tidak pernah berhenti, tidak mengenal kata kemarau.Kubaui semua sudut rumah ini. Bau kamar utama, bau kamarku, bau dapur, bau taman, bau pohon alpukat, semua sudut kubaui hingga tuntas sudah kerinduanku. Tak ingin rasanya kumeninggalkan tempat ini lagi.

Friday, September 23, 2005

Surat cinta untuk sahabat

“Ukhuwah adalah degup penuh makna yang mengalir indah bersama aliran darah, berawankan ketsiqohan yang tiap tetesannya mampu menelusup jernih menembus karang prasangka dalam hati yang puncaknya berbuah keitstaran.”

Saudaraku,
Aku harus berterimakasih kepada Allah untuk hari ini. Ia memberiku jalan menyelesaikan masalah ukhuwah kita. Ane gak tahu anti merasakannya atau tidak, tapi ane merasa beberapa hari ini ada ketidakcocokan antara kita. Bukannya ane tidak mau mengkomunikasikan hal ini, tapi gimana ya? anti memang periang tapi untuk hal2 yang sensitif anti terlalu tertutup. Kadang harus ana tahan perasaan ane agar tidak kelepasan ngomong atau takut cara penyampaian ane salah yang memungkinkan timbul ketidaknyamanan yang lebih besar.

Ukh,
Kalau dilihat sekilas oleh saudara2 yang lain, sepertinya semua baik-baik saja. Karena ane memang tidak ingin terlihat ada apa-apa. Tapi perasaan ane yang sering tidak nyaman. Jika ane introspeksi, sepertinya memang ane yang salah. Karena mungkin saja ane sendiri punya sifat egois yang membuat ane agak tidak bisa menerima sikap, kata2 atau pilihan anti bereaksi terhadap sesuatu hal. Padahal itu kan hak anti untuk bereaksi yang kadang tidak sesuai dengan prinsip ane.
Ane sendiri bingung gimana menjelaskan ketidaknyaman ini karena ini masalah hati. Ini masalah yang bisa ane rasakan tapi tak bisa dijelaskan. Tapi alhamdulilah hari ini semuanya mencair.

Ukhti,
Muhassabah yang kita dengar bersama oleh ust Ibnu Jarir di kajian tadi siang membuat masalah ini selesai tanpa pernah terungkap. Renungan itu membuat ane luluh dan menyadari betapa berharganya anti. Kebaikan anti sudah sangat banyak. anti selalu ada saat ane membutuhkan. Anti selalu mendengarkan perasaan2 ane, prinsip2 ane, selalu mendengar apa yang ingin ane bicarakan. Anti selalu memberikan bahu anti untuk ane basahi dengan air mata. Anti selalu menggenggam tangan ane dengan erat jika anti tahu ane sedang gelisah. Anti beri ane banyak hal. Cinta seorang kakak, perhatian seorang saudara, ketulusan seorang sahabat.

Mbak,
Pelukan yang kuberikan pada anti di saat akhir muhasabah adalah pelukan ane yang paling indah karena pelukan itulah yang merontokkan semua ketidaknyamanan ane akhir-akhir ini. Tanpa suara, kuseka airmata di pipin anti dan anti balas dengan tatapan penuh cinta dari mata jernih anti. Sekali lagi kita berpelukan, semakin lama semakin erat. Bahu kita sama-sama terguncang tapi kita tahu, ikatan hati kita semakin kuat.
Saudaraku,
Kesadaran ini baru kembali. Betapa akhuwah adalah pilar da’wah yang besar. Betapa ukhuwah adalah keutamaan. Batapa ukhuwah adalah warisan kemuliaan yang akan memuliakan siapa saja yang tergabung didalamnya. Betapa ukhuwah mampu meringankan beban kerja dan mampu menyemai makna dalam usia. Bahkan Rasulullah telah menetapkan ukhuwah sebagai salah satu manhaj da’wah.

Saudaraku…….
Sekali lagi kesadaran ini baru kembali. Antum adalah harta terbesar dalam hidup ini. Dengan senyum ikhlas antum, dengan kesabaran antum, dengan lapang dada antum, dengan semua perhatian antum, dengan jeweran-jeweran yang antum berikan saat diri ini mulai keluar dari haluan, bahkan dengan kemarahan dan sikap keras antum, semuanya adalah penguat tapak kaki dalam menempuh perjalanan da’wah yang penuh onak dan duri ini. Kini semua itu baru tersadari.

Ukhtiku sayang,
Kupinta untuk gengam tangan ini. Sertai langkah ane menapaki jalan para Rasul ini. Genggam erat dan jangan kau lepas hingga kita sampai di telaga al-kautsar bersama. Aamiiiin

Bentar lagi ramadhan. Ya Allah, semoga aku tidak menyia-nyiakan waktu indah ini lagi dan aku bisa keluar sebagai salah satu alumni teladan ramadhanMU

Monday, September 12, 2005

Bunda, I Miss You...

Di perempatan lampu merah, bus yang kutumpangi berhenti. Mataku melihat seorang ibu yang di tangan kirinya membawa dagangan buah dan tanngan kananya memberi kode pada pak supir bus agar diijinkan menjajakan dagangannya di bus ini. Sayang, supir bus tidak mengizinkannyna.
Hatiku bergetar. Subhanallah, wanita itu pastilah seseorang yang dipanggil ibu oleh seseorang. Yang dia lakukan tadi pun, pastilah salah satu cara ia mengungkapkan cinta kepada mereka yang memanggilnya ibu. Ibu itu mengingatkanku akan ibuku.
Saat ini, nun jauh di sana, beliau juga sedang melakukan hal yang sama. Menunjukkan cintanya kepada kami lewat cara yang ia bisa. Telah banyak hal yang ia lakukan untukku, sampai hati ini berlubang karena tak bisa membalas budinya.
Ibu, aku merindukanmu. Sangat…..

11 sept 05/Sya’ban 1426
Mom, I miss you…

Baitul 'Izzah, tempatku merajut cinta

Masih dalam bus yang sama yang membawaku ke salah satu tempatku men-charge semangatku, sempat mata ini menangkap nama sebuah masjid yang terletak di Jalan Jemur Andayani Surabaya. Masjid Baitul Ilmi namanya. Ingatanku terbawa pada sebuah masjid yang berawalan baitul juga. Namanya Baitul ‘Izzah, nama masjid kampusku.
Kerinduan akan bangunan bersahaja itu membuncah dengan kuat di dada. Di sana, kutemui ketenangan. Di sana, kurasakan kedamaian. Di tempat itu pula, aku bertemu dengan orang-orang yang dari mereka aku belajar banyak hal tentang hidup.
Masjid itu, tempat cinta berkumpul. Cinta kepada Allah, cinta kepada orang-orang yang mengikat hati dan hidupnya kepada Allah, cinta karena hati-hati ini berhimpun karena cintaNYA, dan cinta pula yang menyatukan kami dalam KOMUNITAS MUDA BAITUL ‘IZZAH.
Masjid baitul ‘Izzah, tempatku belajar tentang menpersiapkan hidup yang kekal. Baitul ‘Izzah, tempatku merajut cinta

11 sep 05/Sya’ban 1426
Dalam Kerinduan akan KMBI

Pelajaran dari pengamen..

Dua pemuda tangung naik di bus yang telah kunaiki lebih dulu. Yang satu membawa gitar di tangannya, yang satunya membawa biola. Gampang ditebak, mereka adalah pengamen. Benar saja, tidak berapa lama kemudian terdengar nada petikan gitar dan gesekan biola. Saya pun bersikap tidak acuh karena hal seperti ini bukan suasana asing lagi. But wait, perpaduan dua alat musik itu tidak mengiringi suara siapa pun.
Ada yang berbeda dari mereka. Gitar dan biola saja yang terdengar melantunkan lagu-lagu yang berirama sentimentil seperti boulevard dan let it be me. Mereka diam saja, hanya mengiringi para penumpang yang mungkin sedang bernyanyi dalam hati.
Aku terhibur. Bukan karena lagunya, tapi karena keunikan mereka. Mereka membawakan penampilan yang lain dari yang lain. Di saat yang lain datang dengan bermodalkan gitar dan suara ngepas, atau yang lain lagi datang dengan krincingan di tangannya yang menghasilkan nada ke kanan sementara suara penyanyinya ke kiri.
Aku tidak sedang membandingkan dua pemuda ini dengan rekan-rekan seprofesi mereka. Bagaimanapun, setiap mereka punya masalah masing-masing yang harus mereka atasi. Yang menjadi perhatianku adalah keunikan mereka, tampil beda.
That’s what we need. KMBI butuh dakwah yang kreatif. Butuh kemasan-kemasan unik agar banyak yang tertarik dan berkata “that’s my choice”.
Atas pelajaran inilah, dua pemuda ini layak mendapatkan lebihi dari yang biasanya saya berikan. Thanks ya

11 September 05
Saat ingin beruzlah….

Thursday, March 31, 2005

Aku tak ingin futur..

silahkan mundur bagi yang tidak kuat bertahan
silahkan yang ingin mengalami kefuturan
jika semua sepakat untuk meninggalkan dakwah ini
aku akan tetap disini bersama ROBBku
hingga kemenangan Islam atau syahid menjemputku

Hari ini aku hampir saja tidak tahan. Jika diibaratkan komputer, aku sedang hang. Aku merasa sedang mengalami kefuturan. Rasanya aku ingin istirahat. Aku rasanya capeeek banget. Ingin rasanya lari sebentar dari aktivitasku selama ini. Ingin rasanya pergi dan tidak melihat siapapun yang selama ini sering kulihat. Sepertinya semua amanah yang selama ini kuanggap sebagai ladang, kini kuanggap beban yang memberatkan bahu dan pikiranku. Dan itu pula membuat aku lebih sensitif jika tiba2 ada ikhwah datang dan menyodorkan amanah yang baru. Aku tidak menolaknya tapi aku merasa langkahku berat.
Apa karena saat ini aku sedang mengalami kekeringan ruhiyah ya? Jangankan sholat sunnah, sholat wajib aja standar minimal tanpa wirid. Tilawah? 1 halaman 1 hari sudah syukur. Sholat tahajjud? Jangan ditanya deh. Ya, pasti karena itu. aku mengabaikan aspek itu sehingga kini aku pincang.

Tidak, aku tidak boleh terus tertidur.
Ya Allah, berikanlah hamba-Mu ini pelipur
Agar saya tidak semakin futur
Apalagi sampai jatuh tersungkur
Kuntum bunga boleh layu, namun rekahnya bunga-bunga mujahid harus terjaga tetap hadir di sebuah kebun…

silahkan mundur bagi yang tidak kuat bertahan
silahkan yang ingin mengalami kefuturan
jika semua sepakat untuk meninggalkan dakwah ini
aku akan tetap disini bersama ROBBku
hingga kemenangan Islam atau syahid menjemputku

Friday, March 25, 2005

We Can Make It If We Try...

Alhamdulillahi rabbil ‘alamiin.
Hanya itu kata yang pantas diucapkan atas selesainya amanah ini. Amanah menyelenggarakan lomba kreatifitas anak se-Kecamatan. Banyak sudah kisah suka dan duka selama penyiapan ini. Yang tidur tengah malamlah, malah pernah gak sempat tidur, yang riwa riwi kesana kemarilah, tapi lebih banyak kisah sukanya. Kita tambah akrab. Kita bisa lebih terbuka, kita bisa lebih dekat. Bahkan di sela2 penyiapan acara, aku harus praktikum dan kalian mau membuat laporan pendahuluan untukku.
Dan semua kelelahan itu terbalas sudah ketika acara itu bisa berjalan dengan sukses. Walaupun kita sempat ragu kita bisa atau tidak, tapi ternyata kita bisa kan? Ukhti-ukhtiku, kita telah membuktikan satu hal, bahwa we can make it if we try.
LKA, acara itu membuat ane semakin mengenali watak saudara2 akhwatku dan semakin bertambahnya cinta ana pada mereka. Acara itu, membuat ukhuwah kami semakin erat. Acara itu, membuat kami semakin saling sayang. Ana takut berpisah dengan mereka. Acara itu membuat kami yakin, bahwa dengan kebersamaan kami, kami bisa melakukan banyak hal.
Akhi, Ukhti, ana jazakallah banget antum mau memberi banyak sumbangan ide, tenaga, pikiran untuk kesuksesan ini. Sampai akhwatnya gak tidur 3 malam. Ikhwannya harus keliling2, belum lagi tidur bersama nyamuk di mushola kelurahan. Jazakallah banget. Ana minta maaf jika selama ana menunaikan amanah ini, ada hati yang ane sakiti, ada ucapan yang melukai, ana minta maaf. Maaf juga jika ane tidak bisa mengkoordinir antum dengan baik. Afwan jiddan akhi, ukhti. Semoga kebersamaan kita ini bisa sampai di JannahNya Allah. Semoga apa yang kita lakukan ini mendapat nilai di sisiNYA. Ana uhibbukum fillah.
Satu kata untuk DPRa kita, SEMANGAT.

Friday, March 11, 2005

Boleh lelah, tapi JANGAN MUNDUR !!!

(Disadur dari sebuah milis, dengan perubanahn sesuai kondisi)

“ Aku ingin mundur dari wasilah dakwah ini, aku sudah tidak kuat lagi menunaikan amanah yang semakin menyesakkan dadaku, aku sudah tidak kuat lagi menelan kekecewaan demi kekecewaan, batas kesabaranku telah habis”. Kalimat itu terlontar dari lisan salah seorang saudariku yang berjuang bersamaku di sebuah organisasi kepartaian beberapa waktu yang lalu di tanah kelahiran.

“ Ana ingin mengurangi aktivitas dakwah ini, ana ingin lebih berkonsentrasi dengan perkuliahan ana yang semakin banyak menuntut perhatian dan penyelesaian dengan segala tugas, dan persiapan-persiapan lainnya”
Begitulah kira-kira implisit kalimat yang terlontar dari lisan salah seorang saudaraku yang biasanya terlihat tegar dan selalu memperlihatkan semangatnya dan menularkannya padaku setiap kali berinteraksi, tapi sore itu seolah kesedihannya telah menghapus semua lukisan senyum dan semangat yang terpancar dari suaranya, seakan keputus asaan telah menyedot seluruh semangat dan harapannya. Padahal, dia memegang peranan yang sangat penting dalam wasilah dakwah kami. Sikapnya jelas akan berpengaruh bagi ikhwah-ikhwah yang ia pimpin.

Untuk sejenak aku termenung, udara dingin yang sedari tadi membekap tubuh tak kurasa lagi. Ah....masih belum begitu lama, aku pun pernah berada pada posisi yang sama layaknya yang dialami saudaraku ini, saat itu pun begitu putus pengharapanku hingga aku pun benar-benar sudah tidak kuat lagi menanggung amanah ini dan seperti dia aku pun ingin mengakhirinya dengan cara keluar dari aktivitas ini. Aku melihat masalah yang dia hadapi pun sepertinya sama denganku, bahkan mungkin masalahku dulu lebih parah. Amanah dakwah yang kuemban yang benar-benar membutuhkan perhatian yang serius, ditambah dengan desakan dari dosen pembimbing untuk sesegera mungkin menyelesaikan laporan KP. Belum lagi Kepala Lab yang menekan untuk secepat mungkin membuat jadwal untuk memulai praktikum yang merupakan konsekuensi sebagai asisten lab, yang notabene akan semakin menambah panjang agenda yang harus aku selesaikan, ditambah dengan masalah keluarga yang begitu menghimpit dada, kepergian seorang dosen pembimbing yang membuat aku harus memulai dari nol lagi, ada kepingan – kepingan kekecewaan dan keletihan yang akhirnya menjadi puzzle raksasa bergambar kata Putus Asa.

Tapi, semua itu Alhamdulillah tidak sampai membuatku memutuskan untuk pergi. Karena aku tahu, aku sadar bahwa bukan dakwah yang membutuhkan aku, tapi akulah yang membutuhkan dakwah. Tanpa dakwah, jiwaku akan mati, hidupku akan kosong. Tanpa dakwah, maka aku tidak akan menjadi apa-apa. Aku tidak akan pernah merasakan sebuah kesuksesan. Aku sangat membutuhkan dakwah. Untuk apa? Untuk ridho Allah. Untuk sebuah keridhaanNYA. Karena aku sadar, bahwa surgaNYA tidaklah mudah, tidaklah murah. Aku tidak ingin mengalami kesenangan di dunia, tapi derita di akhirat. Aku ingin merasakan ujian dakwah itu, karena aku tahu ujian itulah yang akan membuatku bertambah kuat. Satu yang aku yakini, bahwa jika aku tidak sukses dalam berdakwah, maka aku harus segera mengubur semua harapan bisa sukses di bidang yang lain. Karena, aku adalah seorang da’i sebelum aku menjadi yang lain.


Kelelahan adalah sebuah efek yang wajar dari aktivitas yang berulang ulang, kontinu bahkan terkadang membosankankan. Keletihan adalah kenikmatan yang diberikan-Nya di sela-sela aktivitas kita karena kedatangannya membuat kita merasakan nikmatnya beristirahat, kedatangannya membuat kita memperoleh kesempatan untuk menarik nafas panjang sebelum kita kembali berlaga, namun adalah keletihan yang meraja yang akan membekap bara semangat, azam dan harapan, meredupkannya dan diam-diam memadamkannya. Oleh karenanya ketika kita bermain-main dengan keletihan, maka seyogyanya kita menjaga agar keletihan itu tidak menjadi penjara untuk perjalanan kita selanjutnya dan pada saat yang sama hendaknya kita selalu sadar akan keberadaann cawan-cawan yang berisi cairan energi yang senantiasa dihidangkan untuk kita. Sumber kekuatan yang akan membuat kita untuk tidak betah berkubang dalam lembah kefuturan, energi itu yakni keikhlasan dan indahnya ukhuwah.

Ketika kekecewaan dan keletihan bersemayam di dada maka menyadari kembali bahwa apa yang kita lakukan adalah sebuah usaha dan pengharapan besar kita untuk menggapai rahmat dan ridho Alloh SWT, akan mengembalikan kekuatan untuk bangkit. Keikhlasan adalah tidak berbesar kepala saat pujian mengguyur , begitu pun tidak berputus asa bilamana cercaan menghujam dan menghimpit, adalah keikhlasan tidak bergantung pada makhluk yang biasanya menjadi sumber kefuturan. Sebuah keikhlasan tidak mengenal kata lelah karena segala keluh kesah senantiasa dititipkan pada angin yang membumbungkan doa dalam sujud-sujud panjang kita.dan DIA senantiasa menyediakan “telinga-Nya” untuk kita.

Saat tubuh tidak lagi tegak, saat kaki mulai lemah, saat lisan mulai keluh untuk menyuarakan kebenaran, maka pada saat yang sama ada saudara kita yang memapah, saudara yang akan menopang kaki yang telah rapuh, dan menggantikan kita untuk bersuara lebih lantang. Senyumnya bagai oase dalam kegersangan jiwa kita, perhatiannya adalah penentram kegundahan kita, tausyiahnya adalah semangat baru yang disematkan pada diri ini. Karena dialah kita yakin bahwa kita tidak sendirian.

Andaikan saja kita layaknya sekuntum bunga edelweis yang terus mekar dalam kegersangan, terus mempersembahkan senyum dalam kesederhanaan dan kebersahajaannya, semangat abadi hidupnya dalam keterhimpitan. Ya... seperti halnya edelweis, tekad untuk memberikan sesuatu bagi kemaslahatan umat adalah ruh hidup itu sendiri sehingga ketika kita ingin keluar dari aktivitas yang menjadi media untuk tumbuh dan hidupnya ruh itu maka kita telah menyiapkan prosesi HARAKIRI untuk jiwa ini.

Sby, 23 Syawal 1425 H / 6 des 04
Hidup adalah pilihan. Setiap pilihan ada prioritas. Ambillah yang terbaik untukmu