Sunday, November 27, 2005

Kulihat surga di wajahmu

Bunda
engkau adalah
rembulan yang menari
dalam dadaku

Ayah
engkau adalah
matahari yang menghangatkan
hatiku

Ayah Bunda
kucintai kau berdua
seperti aku
mencintai surga

Semoga Allah mencium ayah bunda
dalam tamanNya terindah
nanti

(Januari 2002)
- Abdurrahman Faiz ( 10 tahun ) –

Setelah kejadian semalam, hari ini ibu pulang kerja lebih awal dan papa sejak pagi sudah mendaftarkanku di dokter. Sore tadi, mereka berdua memapahku ke dokter. Sepanjang perjalanan, kedua tanganku tidak mau mereka lepaskan seolah-olah tidak akan pernah dilepas lagi. Kejadian ini membuat aku tidak bisa balik ke surabaya lebih awal. Aku harus menunggu sampai kondisiku benar-benar pulih.
Alhamdulillah, hasil dari dokter, syaraf kaki lemah. Gula darah rendah. Hanya perlu istirahat full. Tidak boleh digerakkan dulu dan kita liat perkembangannya selama 2 minggu. Jika tidak ada perubahan, baru opname.
Allah, aku serahkan hidupku untukMU karena Engkau yang memilikinya
Aku bersyukur, Allah memberiku sakit saat aku bersama mereka. Tidak terbayangkan jika aku mengalami sakit ini saat aku di perantauan. Pastilah amat berat untukku. Walaupun ini terlihat merepotkan mereka, tapi aku yakin jika tidak bersama mereka, justru mereka lebih panik dari ini.
Aku tidak peduli jika ada yang mengatakan saat ini aku rapuh. Karena aku tahu, aku punya dua pilar yang akan menopang kerapuhanku, memolesku menjadi batu karang hingga saat kembali nanti, aku laksana burung elang yang tidak takut terbang sendiri dan lebih tinggi dari burung-burung lainnya.

Aku Ridha dengan ketentuanMU

ALhamdulillah Allah masih menyayangiku dengan memberi sakit ini. Entah kenapa kaki ini tidak bisa digerakkan. Dua-duanya tidak bisa digerakkan sama sekali. Ada apa ini? Tadi malam dari PKPU, bilangnya cuma kecapeka. Tapi secapek-capeknya aku, belum pernah hal ini terjadi. Ada apa dengan kakiku? Untuk ke kamar mandi, keluar kamar, sekedar untuk duduk, harus ada yang bantu. Sempat kubayangkan kelumpuhan tapi aku tidak mau berburuk sangka. Allah tahu apapun yang terbaik untukku.
Ya Allah, aku terima dengan segala ketentuanMU. Jika ini hukuman untuk dosa-dosaku, aku terima ya Allah. Barusan kak erni datang dan meriksa aku. Katanya kemungkinan syaraf kakinya lemah. InsyaAllah tidak sampai lumpuh, bukan gejala lumpuh. Tapi setelah ini, memang harus berhati2, tidak boleh kecapekan lagi. Nanti sore, ibu dan papa akan mengantar ke dokter penyakit dalam. i hope nothing, i trust ALLAH have decide the best one for me.
Apapun Ya Allah, aku ridha. Beri aku kekuatanMU

Saturday, November 26, 2005

You are my man !!!!

Terlahir menjadi anak dari seorang ayah yang luar biasa adalah karunia terindah Allah untukku. Bagaimana tidak? Ia yang tidak pernah kehabisan cara membuatku kagum akan cintanya untukku.
Dulu, saat aku masih bersama mereka, saat SD sampai SMP, jika aku sakit, maka papalah orang yang sangat sibuk. Mencari obat yang cocok, memastikan aku memakan obat itu dan selalu mengecek perkembangan kesehatanku setiap saat.
Hari ini, setelah bertahun2 aku meninggalkannya, setelah aku yang dulu saat pergi masih 14 tahun dan sekarang sudah ada pada angka 22, masih saja diperlakukan sama.
Bahkan, saat pulang dari dokter PKPU, aku yang tidak kuat melangkahkan kaki, papa menggendongku. Tentu bukan kerja yang ringan menggendong gadis seusiaku. Dan itu7 ia lakukan sambil jalan di jalanan yang menurun. Aku tidak menyangka papa melakukannya. Ia tidak peduli dengan tatapan orang. Beliau yang hanya dengan kaos oblong, celana selutut dan sandal jepit menggendongku yang saat itu berpakaian muslimah rapi. Beliau menggendongku hampir 20 menit.
Papa menggendongku sampai rumah dan membaringkanku di atas tempat tidur. Ibu menyuapiku, memastikan aku memakan obatnya, dan kemudian merapikan selimutku. Mereka berdua kemudian mencium keningku dan mengucapkan selamat tidur untukku. Dua manusia luar biasa ini, merekalah yang membuatku rela melakukan apapun demi kebahagiaan mereka.
Papa, you are my man. Just you.

Tuesday, November 08, 2005

My wonderful ied

Fifth day of ied. Lebaran yang luar biasa banget untukku. Aku bisa pulang berkumpul dengan keluarga. Ini tidak kuduga karena pada awalnya rencananya aku tidak pulang dan harus merasakan lebaran di surabaya. Aku bisa kumpul dengan seluruh keluargaku. Saking senangnya, baru di hari ke lima ini bisa menuangkan perasaan ajaib ini.
Lebaran ini kita gak perlu pesan kue kering lagi, karena iseng aku coba buat bersama adek bungsuku tersayang.
Kita shalatnya di masjid al-burhan, masjid dekat rumah. Sebenarnya ibu pengen ke masjid raya Alfatah, masjid kebanggaan masyarakat maluku, masjid dimana saat kerusuhan, azzam di setiap pemuda muslim bahwa bangunan apapun boleh runtuh tapi tidak masjid al-fatah. Tapi apa daya, waktu tidak memungkinkan jadinya kita di masjid al-burhan saja.
Ada yang lain di lebaran ini. Satu anggota keluarga intiku tidak ada bersama kami. Adikku tetap lebaran di surabaya karena jadwal kuliah dan ujian dia tepat setelah lebaran. Sedih sih, tapi harus dijalani. Banyak sepupu dan ponakan yang lucu-lucu ke rumah. Setelah itu kita juga rame-rame ke rumah keluarga yang lain. Seru karena aku punya keluarga besar. Bukan cuma besar tapi besar banget. I love them all.
Subhanallah, cintalah yang membuat semua orang berlomba lebih dahulu datang dan memaafkan. Cinta yang membuat barisan laksana bayi tak berdosa saling berjabatan tangan dan memberikan senyum terindahnya. Ya Allah, Engkaulah Sang Maha Pencinta. Cintailah kami.

Lebaran hari kedua kemarin, kita sekeluarga besar ziarah ke makam salah satu bibi. Ini lebaran pertama kami tanpa beliau. Ketujuh anaknya (my cousins) yang sudah terpencar kemana2, hari ini berkumpul di kota ambon atas nama cinta. Hari nketiganya, kami sekeluarga besar itu pulang kampung alias mudik ke desa tercinta, Luhu. Disana, berkumpul seluruh keluarga besar kami yang lain. Disana ada banyak cinta yang tak ingin kulewatkan. Hanya 2 hari disana tapi itu adalah 2 hari yang luar biasa. Kami juga ke makamnya nenek tercinta. Nenek sudah tidak ada, tapi beliau selalu ada di hati kami. Kami sangat mencintai beliau karena dari tangan beliaulah, terbentuk pribadi-pribadi istimewa seperti ibuku dan saudara-saudaranya yang hidup dalam kubangan kasih sayang.

Saat kutulis catatan ini, aku baru saja tiba di kota ambon dari perjalanan pulangku itu. Entah apa tahun depan bisa kuulangi perjalanan ini. Yang kutahu, desa ini sepertinya selalu memanggilku. Cinta yang kurasakan dari orang2 yang ada di sana, dari sejuknya angin yang bertiup di pantai, dari bau cengkih yang kuhirup, dari lembut suara dan tulusnya orang2 yang mendoakanku itu membuatku selalu ingin kembali dan kembali.

Friday, November 04, 2005

Segala tentang kalian adalah cinta....

Ibumu adalah
Ibunda darah dagingmu
Tundukkan mukamu
Bungkukkan badanmu
Raih punggung tangan beliau
Ciumlah dalam-dalam
Hiruplah wewangian cintanya
Dan rasukkan ke dalam kalbumu
Agar menjadi azimah bagi rizki dan kebahagiaan
(Emha Ainun Najib)


Ibu, kubersimpuh di kakimu walaupun rasanya kakimu terlalu suci untuk anakmu yang penuh noda ini.
Ibu, ku tak tahu apa engkau akan memaafkanku atas segala kesalahanku. Apa air mata itu karenaku?
Ibu, engkau adalah wanita terhebat dalam hidupku. Tak pantas rasanya aku menjadi anak dari wanita sepertimu.
Ibu, aku telah mengecewakanmu. Engkau tak tahu itu. Tapi engkau selalu menyayangiku. Aku sunguh malu
Ibu, aku mencintaimu walaupun jarang kukatakan. Aku menyayangimu walau kadang menyakitimu.
Ibu, engkau adalah udara bagiku. Tanpamu, aku tak bisa hidup
Ibu, maafkan anakmu ini. Kuberjanji, aku akan membayar semua kesalahanku. Kuberjanji membahagiakanmu. Bantu aku bu dengan doamu, agar aku bisa menepati janjiku ini.
Ibu, di hari yang penuh dengan cinta ini, biarkanlah aku hidup dengan kenangan tentang senyumanmu yang tak bisa kunikmati setiap hari jika aku kembali lagi ke tempat yang jauh.
Bu, ingin kumembahagiakanmu, membuatmu bangga sehingga aku merasa pantas untuk bersimpuh dan mencium surga di kakimu.
Cinta ini milikmu, ibu. Binar matamu adalah surga.


Pa, hari ini kulihat sedih dimatamu. Ada apa pa? Apa karena aku?
Pa, di mata itu tidak boleh ada sedih karena dari mata itulah aku temukan keberanian, semangat dalam menjalani hidupku.
Pa, tangan yang kubelai ini, yang kuhirup aromanya adalah tangan yang telah menjadikanku seperti sekarang. Tangan yang telah bekerja dengan susah payah demi kami anak2mu yang tidak tahu diri ini.
Pa, kau inspirator terbesarku. Aku sangat mencintaimu, sangat.
Walaupun aku telah membuatmu kecewa, tapi kau tetap seperti dulu, tidak pernah memarahiku.
Pa, kadang aku berpikir, apa kau tidak memiliki rasa marah dalam hati? Apa kau tidak bisa mengekspresikan marah dan kecewamu?
Pa, jasamu tidak berbalas. Aku berjanji akan membahagiakanmu. Karena dirimulah, aku bisa bertahan sejauh ini. Aku mencintaimu
Di hari indah ini, kumohon maafkanlah diriku. Sertai dan hujani aku dengan doa-doamu. Kau imamku yang terbaik.
Pa, terimakasih atas keikhlasanmu melepaskan aku mewjudkan mimpi dan cita-citaku. Terimakasih karena telah menemani hari-hariku dengan sms-smsmu yang penuh cinta mengingatkanku untuk sholat dan rajin belajar serta mendoakan kesuksesanku.
Pa, rambutmu yangmulai memutih menjadi saksi betapa usiamu terlewati dengan pembuktian cintamu kepada kami. Semoga kami bisa membalas semua cinta itu.
Cinta ini milikmu papa.

Untuk ibu dan papaku, kalian adalah 2 manusia terhebat yang kumiliki. Dari rahim agungmu ibu, dan dari mata air kasihmu apap, aku bisa hadir di muka bumi ini. Kalian berdua adalah nafas kehidupanku. Tak ingin rasanya berpisah lagi.
Lebaran ini, semoga seluruh salahku yang telah kalian maafkan (walaupun aku yakin, maaf kalian tidak tergantung moment apapun), menjadi modalku kembali menjalani hidupku yang jauh dari kalian. Sedih rasanya jika tersadar bahwa waktuku kembali menggapai cita-cita semakin dekat dan it means, waktuku berpisah (lagi) dengan kalian semakin dekat.
Tapi, jika saat itu tiba, aku bisa dengan lantang berteriak “Surabaya, akan kutaklukkan dirimu dengan cinta kedua orang tuaku”

1 Syawal 1426 H, 07.15 pm