Friday, July 31, 2009

punggung yang menjauh

hari-hari pernah kita renda bersama

kita menjadi kuat walau tak ada keluarga di sisi

berbagai tangis dan tawa pernah kita geluti

kita pun pernah bertukar canda dan marah


lalu tiba hari,

dimana kulihat punggungmu menjauh

bersama seorang pangeran disampingmu

yang dengan gagahnya mengambilmu, membawamu terbang


selamat jalan sayang

kami akan selalu merindukanmu

kami selalu bersama kalian

dalam doa dalam setiap helaan napas


---------------------------------------------------

bandara pattimura, 31 Juli 2009

burung besi membawamu pergi dan kuterpaku menatap punggung yang entah kapan bisa kulihat lagi.

Banyak cinta untuk eyha dan ardi.



Monday, July 27, 2009

Kepada Sebuah Hati



Memang sudah saatnya kita bersikap atas segala kegamangan
Yang kita ambil semalam adalah sebuah kemenangan hati kita
Dan….
Jauh lebih lega mengambil keputusan semalam,
Dibandingkan saat mengambil keputusan yang membawa kita sampai di titik ini.

Yang kita jalani, bagiku bukan kesia-siaan
Karena aku belajar.
Belajar mengerti, belajar berbagi, belajar memahami, dan belajar berkorban
Dan pelajaran yang terbesar adalah :
Kita akan saling menyakiti jika diteruskan

Masih ada yang aku simpan untukmu
Adalah doa dalam setiap sujudku
Agar selamanya kau baik-baik saja
Agar selalu ada senyum dalam hari-harimu

Aku sudah meraba hati
Tak ada sedikitpun rasa sakit, marah apalagi benci
Yang ada adalah kesyukuran bahwa kita ”diberitahu” sekarang oleh Allah
Sebelum tak ada lagi jalan untuk kembali

Terimakasih karena untuk sekian lama
........ pernah ada di sampingku
........ pernah mengkhawatirkanku
........ pernah menegurku
........ pernah merindukanku
........ pernah bertingkah menyebalkan
........ pernah mendengar tangisku
........ pernah tertawa bersamaku
........ pernah berbagi cerita denganku
........ pernah berbagi beban denganku
........ pernah banyak
Terimakasih atas segalanya

rumah, 26 Juli 2009 : dalam dingin malam

Saturday, July 25, 2009

Kematian Hati

Banyak orang tertawa tanpa (mau) menyadari sang maut sedang mengintainya. Banyak orang cepat datang ke shaf shalat laiknya orang yang amat merindukan kekasih. Sayang ternyata ia datang tergesa-gesa hanya agar dapat segera pergi. Seperti penagih hutang yang kejam ia perlakukan Tuhannya.

Ada yang datang sekedar memenuhi tugas rutin mesin agama. Dingin, kering dan hampa,tanpa penghayatan. Hilang tak dicari, ada tak disyukuri. Dari jahil engkau disuruh berilmu dan tak ada idzin untuk berhenti hanya pada ilmu.Engkau dituntut beramal dengan ilmu yang ALLAH berikan. Tanpa itu alangkah besar kemurkaan ALLAH atasmu.

Tersanjungkah engkau yang pandai bercakap tentang keheningan senyap ditingkah rintih istighfar, kecupak air wudlu di dingin malam, lapar perut karena shiam atau kedalaman munajat dalam rakaat-rakaat panjang.

Tersanjungkah engkau dengan licin lidahmu bertutur, sementara dalam hatimu tak ada apa-apa.Kau kunyah mitos pemberian masyarakat dan sangka baik orang-orang berhati jernih, bahwa engkau adalah seorang saleh, alim, abid lagi mujahid, lalu puas meyakini itu tanpa rasa ngeri.

Asshiddiq Abu Bakar Ra. Selalu gemetar saat dipuji orang. "Ya ALLAH, jadikan diriku lebih baik daripada sangkaan mereka, janganlah Engkau hukum aku karena ucapan mereka dan ampunilah daku lantaran ketidak tahuan mereka", ucapnya lirih.

Ada orang bekerja keras dengan mengorbankan begitu banyak harta dan dana,lalu ia lupakan semua itu dan tak pernah mengenangnya lagi. Ada orang beramal besar dan selalu mengingat-ingatnya, bahkan sebagian menyebut-nyebutnya. Ada orang beramal sedikit dan mengklaim malnya sangat banyak. Dan ada orang yang sama sekali tak pernah beramal,lalu merasa banyak amal dan menyalahkan orang yang beramal, karena kekurangan atau ketidak-sesuaian amal mereka dengan lamunan pribadinya, atau tidak
mau kalah dan tertinggal di belakang para pejuang. Mereka telah menukar kerja dengan kata. Dimana kau letakkan dirimu?

Saat kecil, engkau begitu takut gelap, suara dan segala yang asing. Begitu kerap engkau bergetar dan takut. Sesudah pengalaman dan ilmu makin bertambah, engkaupun berani tampil di depan seorang kaisar tanpa rasa gentar. Semua sudah jadi biasa, tanpa rasa.

Telah berapa hari engkau hidup dalam lumpur yang membunuh hatimu sehingga getarannya tak terasa lagi saat ma'siat menggodamu dan engkau meni'matinya? Malam-malam berharga berlalu tanpa satu rakaatpun kau kerjakan. Usia berkurang banyak tanpa jenjang kedewasaan ruhani meninggi. Rasa malu kepada ALLAH, dimana kau kubur dia?

Di luar sana rasa malu tak punya harga. Mereka jual diri secara terbuka lewat layar kaca, sampul majalah atau bahkan melalui penawaran langsung. Ini potret negerimu: 228.000 remaja mengidap putau. Dari 1500 responden usia SMP & SMU, 25 % mengaku telah berzina dan hampir separohnya setuju remaja berhubungan seks di luar nikah asal jangan dengan perkosaan.

Mungkin engkau mulai berfikir "Jamaklah, bila aku main mata dengan aktifis perempuan bila engkau laki-laki atau sebaliknya di celah-celah rapat atau berdialog dalam jarak sangat dekat atau bertelepon dengan menambah waktu yang tak kauperlukan sekedar melepas kejenuhan dengan canda jarak jauh" Betapa jamaknya 'dosa kecil' itu dalam hatimu. Kemana getarannya yang gelisah dan terluka dulu, saat "TV Thaghut" menyiarkan segala "kesombongan jahiliyah dan maksiat?" Saat engkau muntah melihat
laki-laki (banci)berpakaian perempuan, karena kau sangat mendukung ustadzmu yang mengatakan."

Jika ALLAH melaknat laki-laki berbusana perempuan dan perempuan berpakaian laki-laki, apa tertawa riang menonton akting mereka tidak dilaknat?" Ataukah taqwa berlaku saat berkumpul bersama, lalu yang berteriak paling lantang "Ini tidak islami" berarti ia paling islami, sesudah itu urusan tinggallah antara engkau dengan dirimu, tak ada ALLAH disana?

Sekarang kau telah jadi kader hebat. Tidak lagi malu-malu tampil. Justeru engkau akan dihadang tantangan: sangat malu untuk menahan tanganmu dari jabatan tangan lembut lawan jenismu yang muda dan segar. Hati yang berbunga-bunga didepan ribuan massa. Semua gerak harus ditakar dan jadilah pertimbanganmu tergadai pada kesukaan atau kebencian orang, walaupun harus mengorbankan nilai terbaik yang kau miliki.

Lupakah engkau, jika bidikanmu ke sasaran tembak meleset 1 milimeter, maka pada jarak 300 meter dia tidak melenceng 1 milimeter lagi? Begitu jauhnya inhiraf di kalangan awam, sedikit banyak karena para elitenya telah salah melangkah lebih dulu.

Siapa yang mau menghormati ummat yang "kiai"nya membayar beberapa ratus ribu kepada seorang perempuan yang beberapa menit sebelumnya ia setubuhi di sebuah kamar hotel berbintang, lalu dengan enteng mengatakan "Itu maharku, ALLAH waliku dan malaikat itu saksiku" dan sesudah itu segalanya selesai, berlalu tanpa rasa bersalah?

Siapa yang akan memandang ummat yang da'inya berpose lekat dengan seorang perempuan muda artis penyanyi lalu mengatakan "Ini anakku, karena kedudukan guru dalam Islam adalah ayah, bahkan lebih dekat daripada ayah kandung dan ayah mertua?"

Akankah engkau juga menambah barisan kebingungan ummat lalu mendaftar diri sebagai 'alimullisan (alim di lidah)? Apa kau fikir sesudah semua kedangkalan ini kau masih aman dari kemungkinan jatuh ke lembah yang sama?

Apa beda seorang remaja yang menzinai teman sekolahnya dengan seorang alim yang merayu rekan perempuan dalam aktifitas da'wahnya? Akankah kau andalkan penghormatan masyarakat awam karena statusmu lalu kau serang maksiat mereka yang semakin tersudut oleh retorikamu yang menyihir? Bila demikian, koruptor macam apa engkau ini? Pernah kau lihat sepasang mami dan papi dengan anak remaja mereka. Tengoklah langkah mereka di mal. Betapa besar sumbangan mereka kepada modernisasi dengan banyak-banyak mengkonsumsi produk junk food, semata-mata karena nuansa "westernnya" . Engkau akan menjadi faqih pendebat yang tangguh saat engkau tenggak minuman halal itu, dengan perasaan "lihatlah, betapa Amerikanya aku". Memang, soalnya bukan Amerika atau bukan
Amerika, melainkan apakah engkau punya harga diri ????.

Oleh: KH.Rahmat Abdullah

astaghfirullah. ..astaghfirullah ...


*dari milis KMBI -- Akhina Heri Yusuf--*

* Tertohok, ampuni hamba ya Rabb*

Friday, July 24, 2009

Rabb, bukan ku ragu...



Rabb,
Aku yakin akan janjiMU.
Aku yakin akan penjagaanMU
Maafkan jika aku bertanya,
Kau tidak akan mengecewakanku, bukan?

Bukan sebuah keraguan atau ketakutan
Hanya sebuah penegasan kepada diriku sendiri
Agar tidak semakin jauh dariMU

Rabb,
Sentuh hamba yang hina ini Rabb
Agar diri tak semakin jauh
Tak pernah kuragukan Engkau, Rabb.
Tak pernah.

Jujur, aku takut.
Tapi tak pernah ketakutan
Karena Kau tak akan meninggalkanku.
Ya, Tak Akan.

terimakasih Allah
Aku lebih tenang sekarang

Thursday, July 23, 2009

Aku Bernama .....


Aku, perkenalkan
Namaku cinta...
Aku datang membawa hati

Namaku setia
Aku ada tanpa mendua

Namaku rindu
Aku hadir setiap saat

Namaku janji..
Terpatri dalam hati

Dan namaku adalah jarak...
Tak masalah bagiku bernama itu

Lalu,
Bolehkah ku tahu siapa namamu?

*Pojok ruangan berdinding biru, dalam dekapan malam*

Wednesday, July 22, 2009

[ S.E.T.I.A]

Waktu ……

Beku …….

Hampa …..

Lalu :

Nyata …..


Banyak menjelma menjadi tanya

Tak meragu

Ragam canda berwarna yang diselingi sedikit api

Namun air selalu saja datang

Dengan cara yang indah, tepat, pas pada waktunya


Nikmatilah, renungilah

Ini kesempatan

Dan ada pengertian di dalamnya

Tak perlu ragu


Karena aku ................................... [ Setia ]


Bilik kantor, jam makan siang—22 Juli 2009


Tuesday, July 21, 2009

Cinta, Rindu, Jiwa



Kebekuan hati tak melengahkanku

Menemukan apa jiwa mau

Resahmu adalah gadam, menggelinding

Serupa titah selami rasa



Merangkak lalu berjalan tertatih

Terseok dalam kubangan tanpa sela

Menjelma nyata dalam satu pastian

Kau, aku, melebur dalam impian



Gelak yang terangkai belum jua

Mampu resapi makna yang sama

Dalam hampa yang termakna sunyi

Serpihan yang tiba-tiba hadir dalam kepingan jiwa

Membekukan segala apa depan



Mimpi ini, cinta : Kita Punya

Mimpi ini, rindu : Akan ada

Mimpi ini, jiwa : Bersama

Waipirit - Piru, 21 Juli 2009

Monday, July 13, 2009

Ambon Kita

Senja tadi, saya dikejutkan oleh hp yang berdering dari teman STM. Lebih terkejut lagi ketika dia meminta saya menebak sedang dimana dia sekarang. Pertanyaan yang tak biasa itu gampang sekali ditebak jawabannya. Kira-kira begini percakapan kami :

Teman (T) : Eby, tebak ko dimana ka skarang?
Saya (S) : Di Ambon ko mi?
T : Iyo, di Ambon ka dari kemaren. Tapi sa di Waiheru, baru ka ini ke Ambon.Skarang sa lagi di Pasar Mardika
S : Serius ko mi?
T : Serius ka. Sa lagi dikotamu yang jorok dan sempit

Seterusnya, itu percakapan biasa sesama teman. Kali ini saya pengen kita sama-sama menyimak kesan salah seorang yang baru menginjakkan kakinya ke kota kita yang berjulukan Manise ini.

Sempit dan Jorok.

Kesan ini bisa ditanggapi macam-macam, bisa sinis, bisa koreksi ataupun cuek beybeh. Mungkin pula kesan sempit karena dia mendapatkan kemacetan di Mardika yang nyaris tak pernah berhenti. Pun Jorok ia dapatkan karena sedang berada di Mardika yang memang jorok, begitulah kenyataannya. Agak tak fair memang, jika dengan melihat sudut Mardika lalu mengambil simpulan bahwa Ambon Sempit dan Jorok. Tapi kita juga gak bisa kan memaksa turis lokal untuk mengelilingi kota Ambon berbulan-bulan supaya mereka bisa pulang dan bilang Ambon itu indah, Ambon itu bersih, atau kesan-kesan baik lainnya.

Pasar Mardika, 15 sampai 12 tahun lalu saat masih SMP, sepertinya tidak sekacau sekarang. Mobil umum punya tempat antriannya masing-masing, pedagang punya lahan sendiri tanpa perlu mengambil lahan terminal. Laut yang dulunya menjadi view menarik dari terminal sekarang tergantikan dengan sampah-sampah yang tentu tak bisa dikatakan menarik. Bukankah seharusnya semakin hari, semakin tahun, pembangunan serta keteraturan kota semakin baik?

Kita boleh bangga dengan pantai-pantai kita yang saking banyaknya kita sendiri tidak menghafalnya, dan saya haqqul yaqin tak ada seorang pun anak Maluku yang sudah mendatangi seluruh, sekali lagi, seluruh tempat-tempat indah di Maluku yang tentu dimiliki setiap desa. Kebanggaan itu mau kita jual ke luar? Silahkan saja. Namun jika untuk ke tempat-tempat yang membanggakan itu, harus melewati jorok dan sempitnya Mardika atau sudut-sudut lain yang tak bisa dibilang bersih, apa jawaban kita jika ditanya? Menyalahkan pemerintah? Atau menyayangkan kesadaran masyarakat?

Jawab pakai hati, nyamankah kita tinggal di Ambon? Saya sendiri merasa belum saatnya menjawab iya untuk pertanyaan itu. Karena Mardika adalah tempat yang saya lewati setiap hari jika saya sedang berada di Ambon, dan kemacetan serta suasananya sangat tidak me-nyaman-kan. Bukankah pasar tradisional tidak harus sama dengan kumuh?

Anda ??????????????????

Waimeteng, 13 Juli 2009

Sunday, July 12, 2009

Goresan Saja

Terkadang, untuk sesuatu yang kita yakini
Kita perlu melakukan hal-hal yang dalam keadaan normal tak mungkin mau dilakukan
Hal-hal sederhana yang kita percayai dengan sungguh
Di suatu waktu mampu melecut kita mengerjakan hal yang tak biasa

Apa yang terjadi kemarin adalah langkah yang terseret hati
Nurani tak bisa menunggu untuk sesuatu yang diinginkan
Bukankah bola harus dijemput
Dan aku sudah menjemput

Lega,
Tak mulus memang, tapi lega
Karena memperjuangkan sebuah keinginan adalah istimewa

RumahTiga, 12 Juli 2009