Thursday, June 30, 2011

(239) Salam Terakhir


Sejak tadi malam hingga tadi pagi, lagu ini terputar berkali kali di kepala.
Tahun 2004 lagu ini dikeluarkan oleh Five Minutes, dan sekarang mendadak muncul di kepalaku dengan mode repeat one song.

aku sadari kau harus pergi
tinggalkan diriku
menggapai semua cita

aku sadari ku harus sendiri
jalani hidupku tanpa dirimu

reff: ingin kubisikkan kata
yang menemanimu pergi
salam terakhir
semoga kau dapat menggapainya

pulanglah untukku kasih
ku akan selalu menanti
kehadiranmu selalu kunanti di sisiku

Source: http://liriklaguindonesia.net/f/five-minutes/five-minutes-salam-terakhir/#ixzz1QjCHQ0Im

Wednesday, June 29, 2011

(238) Aku Adalah Sunyi


Setelah sekian lama, berapa langkah kita kini? Jamkah atau menit?. Ya, mungkin saja hanya bilangan menit,. Bahkan dengan satu kata “boleh”, mungkin saja hanya akan berjarak kurang dari sepuluh langkah

Aku masih mengingat dengan jelas detail kalimat yang terucap di stasiun gubeng. “Jangan menangisi perpisahan, menangislah saat bertemu, Karena Allah masih memberi kesempatan bertemu”. Buatku, ini bukan kesempatan itu. Aku memang ingin menjahit potongan itu, menyulam sesuatu yang mungkin masih menganga, tapi bukan sekarang, bukan dengan cara ini. Hujan telah menerjemahkan seluruh kepingan itu, membasuh perih merubah jadi ikhlas

Pertemuan yang kuharap adalah pertemuan yang diatur Allah, dibuat olehNya tanpa campur tangan kita. Pertemuan yang tidak akan menyakiti siapapun, apalagi hatiku sendiri. Allah telah lama menyembuhkan lukaku, bahkan sebelum luka itu ada. Ia sudah menyiapkan diriku untuk setiap beban seberat apapun. Karena aku jiwa kecintaanNYA, karena jiwaku didesain sebegitu hebat olehNYA. Titipkan saja aku padaNYA seperti yang sudah dan selalu kau lakukan.

Kenanglah aku sebagai sunyi, berada antara bait bait sajak.
Kenanglah aku sebagai gerimis yang datang sejukkan sore
Kenanglah aku sebagai malam yang semakin pekat menjelang fajar
Kenanglah aku sebagai senja yang berlalu dengan singkat, namun sempurna

When a relationship fails, its both their fault. One for giving up and walking away. The other for not stopping them #quote

Tuesday, June 28, 2011

(237) Pohon Cemara


Satu pucuk cemara jatuh
Malu malu dari dahan yang setia menopangnya
Berucap salam pisah dan membuat jalannya sendiri
Muara ke laut dan mengapung

Musim demi musim berganti
Tak terhitung berapa ombak yang menerpa
Berapa kapal yang menabrak
Berapa ikan yang mencumbu detilnya

Cemara berlalu dengan senyum, meski ada luka
Menganga tapi tak perih
Cemara itu yakin ia sedang membuat kisahnya
Seperti pohon yang telah menaungi daun baru

Sejauh apapun ia pergi
Ke daratan manapun ia akan berakhir nanti
Pohon awalnya ada dalam ingat, hati dan bulir
Urat cemara menjadi semakin berkilau

Cemara tak pernah lupa pohonnya
Tak pernah
Meski ia pun tak tahu lagi dimana pohon itu mengakar
Yang ia tahu, ia akan mengenang pohon dan segala kisah mereka dengan senyum
Senyum berbalut doa
Tanpa efek, tanpa sakit

*salah satu sudut kota jogja*

Monday, June 27, 2011

(236) Jogja, sebuah potongan masa lalu


Here I am. Setelah 7 tahun yang lalu terakhir ke kota ini meninggalkan semua kenangan, menitipkan kisah masa lalu, saya ada di sini lagi. Jogja, kota kecil yang belum kuhapal likunya, tapi ada titik titik yang melekat, membawaku, mengantar dan membentukku hingga seperti saat ini.

Dan saya disini lagi, untuk sekedar melihat lagi, adakah kota ini seperti dulu? Adakah titik titik itu masih di tempatnya? Dan ya, aku melewati stasiun tugu. Tempatku meletakkan harap, menaruhnya disana setelah membawa dalam 6 jam untuk tak lagi kuambil, selamanya. Melewati satu pemberhentian yang mengingatkanku akan kisah brownies yang kubuat untuk pertama dan terakhir kalinya.

Aku disini, dan masih mengingat airmata yang pernah tumpah. Melepaskan hati yang enggan. Melepas kisah yang manis, yang sampai saat ini belum pernah ada kisah semanis itu. Setiap kenangannya membuatku tersenyum dan bersyukur pernah memiliki indah itu. Hanya diisi bahagia tanpa sakit. Tanpa cela, hadir dan masuk dalam hidupku. Sempurna, begitulah adanya. Hingga takdirNYA lah yang menuntun melepaskan kebahagiaan itu, lalu merangkai bahagia yang lain. Keikhlasan kita membuat semuanya terasa begitu mudah dan tetap bahagia.

Aku mengingat setiap potongan itu tanpa rasa rindu, tapi dengan doa. Apa yang diambil dengan begitu berat dulu, akhirnya membawa ke bahagia saat ini, di tempat masing masing.

Thursday, June 16, 2011

(225) Ibu.. Kau Cahaya


Baru saja berdiskusi dengan seorang sahabat tentang ibu. Dan aku merindunya lagi malam ini

Diskusi tentang ibu dengan seorang sahabat sebelum tidur ini, justru buatku tak bisa tidur. Aku lapar akan hangat tubuhnya

Ingin sekali bisa membahagiakan ibu di sisa usiaku ini

Ingin sekali bisa memenuhi kemauannya secepat mungkin.

Ibu, semua hidupku untukmu

Ibu, sedang apakah kau disana? Lelapkah tidurmu? Sehatkah engkau? Ingin mendengar suaramu tp detik ini tak mungkin

Ibu, kalau aku kembali, kita akan ulang episode secangkir teh di teras rumah. Sore hari jelang maghrib. Berdua, hanya berdua

Padamu ibu, aku titipkan doa tentang bahagia. Hadiah kehidupan yang kau berikan,tak mampu kubalas meski berkalang nyawa.

Sehat sehat disana ya bu. Aku sayang ibu. aku ingin suaramu mengawali hariku pagi nanti. Aku sayang ibu

Wednesday, June 15, 2011

(224) Pelajaran dari Jalan


Di macet tadi, ada banyak petikan hidup yang bisa kita liat. Mozaik kehidupan sebagian orang yang menggantungkan harap pada cemas macet.

Tak terhitung pengamen cilik, tak kenal lelah dari mobil satu ke mobil lain. Teman seusianya banyak yang sedang main PS atau renang.

Kemana orang tua mereka? Adakah juga sedang berjibaku dengan keringat yang sama, tempat yang berbeda?

Kapan waktu belajar? Kapan bermain? Ataukah di jalanan itulah mereka sedang bermain? Di situlah mereka sedang belajar, belajar hidup

Lalu, potongan lainnya...

Pasangan suami istri renta, jelang maghrib masih di jalan. Masih mengharap uluran dari pengguna jalan. Ada gejolak di batin ini. Merontak

Kemana anak mereka? Kenapa harus mereka yang duduk di jalanan? Begitu kerasnyakah hidup? Dimana mereka tidur? Naik apa pulang?

Malam ini,sebelum tidur, mari berucap syukur atas semua kemudahan.Jangan mengeluh. Jangan mengeluh. Hidupmu tak lebih susah dari orang lain

Setelah ucap syukur nikmat hari ini, minta maaf atas dosa hari ini, melupakan kerikil pertemanan hari ini, saatnya tidur *gosominyakayuputi*

Friday, June 10, 2011

(219) Memoar untuk Alm Asrullah, saudara Shindan kami

Berita kematian bukanlah sekedar berita kehilangan nyawa,

Tetapi adalah sebuah pelajaran bagi yang masih merasakan hidup.

3 Juni 2011, pagi seperti biasa menyapa bumi Lembah Hijau

Membangunkan kami yang

serasa enggan beranjak dari balik selimut

Tak ada yang berbeda dari hari hari yang lalu

Sampai berita itu datang, kepergianmu Abang, di pukul 9.45 WITA

Hening menyelimuti ruangan

Haru mengabuti hati setiap kami

Sahabat yang baru saja masuk dalam kehiduan kami

Tiba tiba harus pergi, memenuhi panggilan Ilahi yang telah pasti waktunya

Satu persatu kenangan tentangmu berkelabat dalam ingatan kami

Canda tawa yang menceriakan,

Celoteh yang kadang tak terkira

Juga tebakan yang biasanya tak tertebak oleh kami


Kau tahu bang,


Bahkan papan nama di mejamu tak pernah kami angkat

Kami masih berharap suatu saat kau sembuh

Lalu datang menemui kami disini

Dan pulang bersama nanti di 25 juli


Tapi, itulah perputarannya

Setiap kita akan kembali

Hanya tinggal waktu

Dan ketetapanNYA adalah waktumu telah tiba


Bang, tahu gak…

Sudah seminggu ini kami mengunjungi abang di 343

Abang gak ada, tapi kami tahu abang ada

Bentar lagi kami OJT Tiga

Jalan jalan lagi, trus begadang lagi bikin laporan


Meski kita baru bertemu 2 bulan

Tapi kita saudara bang, yang akan selalu mengenang

Dan kenangan tentang abang semua terisi indah

Abang hidup di hati kami


Selamat jalan kawan

Kamu telah tiba di tempat yang indah

Kami semua pun sedang menuju kesana

Terima kasih atas semua ceria yang telah kamu sebar

Tidurlah bang, dengan tenang….

Thursday, June 02, 2011

(211) Di 25 yang Cantik


Hari ini ada banyak doa yang naik ke langit

Sejak hari dibuka,

Bahkan nanti bila malam mulai semakin pekat.

Semua hanya untukmu, teman


Di seperempat abadmu ini

Selamat selamat dan rangkaian doa tertuju padamu

Pejamkan matamu sejenak.

Di dua puluh lima ini.

Betapa anggunnya angka itu

Tapi anggunkah pula kehidupan yang kau jalani di bilang dua lima ini?


Meski dua lima adalah masa yang teramat muda

Tapi nyawa bukan kita yang punya

Nyawa, sepenuhnya ada dalam genggamanNYA

Dalam kuasaNYA


Pada hari ini,

Pintaku tertuju pada Rabb

Beri kesempatan engkau menuntaskan segala urusanmu di dunia

Selesaikan semua dengan indah

Melewatkan waktu waktu dengan detik manfaat

Menjadi berarti, menjadi berisi


Aku berharap besok ketika kau lihat matahari tersenyum

Itu senyum untukmu, mencerahkan harimu

Meninggikan citamu

Jika mendung kau temui nanti

Itu pekat doa yang melekat dalam ingatan setiap orang yang menyayangimu

Langit menangis bahagia melihat indahmu


Selamat milad, cantik...

Tetaplah cantik ..

Cantik fisik, cantik hati

Aamiin..


Untuk Roommate : Vanesha Mayadita