Monday, October 31, 2011

(362) Akhir Oktober Milikmu


Untuk setiap tawa yang kau punya,
ada surga di suaranya
Untuk setiap tangis yang kau cipta,
ada surga di derainya
Untuk setiap luka yang kau rasa,
ada surga di jalannya
Dan untuk setiap bahagia yang tawarkan,
ada surga di debarnya

Wanitaku, ini penghujung bulan sepuluh. Namun ini satu lagi titikmu merenungi pertambahan usia. Seperti apakah hidup yang telah kau ukir di angka ini? Sudah di tangga keberapakah langkahmu menuju ridhoNYA?

Wanitaku, hidup memang tak semudah yang kau ingin. Pun tak semulus yang kau impi. Ada banyak hal yang tak bersesuaian dengan harap, tapi setiap takdir yang sedang kau jalani ini, adalah episode episode terbaik yang Allah cipta untukmu, hanya untukmu.

Jiwa sabar harus tetap kau genggam sekesal apapun hatimu menekuri hari. Ada keluarga kecil yang butuh hangatmu, belai lembut tanganmu, senyum tulus dari bibirmu. Sabar dan ikhas, itu modal yang tak akan pernah usang apalagi usai.

Malaikat kecilmu, Naya, ia adalah bukti betapa Tuhan Maha Baik untuk hidupmu. Ia percayakan satu makhluk indah di penjagaanmu. Jiwa mungil malaikat kecilmu itulah yang akan terus kau jaga seumur hidupmu, bahkan lebih dari itu.

Selamat milad, adek sayang. Kau adalah satu kisah indah, kau adalah satu bukti kasih. Dan menjadi bagian dari hidupmu adalah satu pemberian terbaik Allah padaku. Semoga hidupmu selalu dialiri barokah. Allah makin sayang padamu. Love you, sist...

Wednesday, October 19, 2011

(350) Tidak Penting

Kenapa postingan ini berjudul tidak penting? Ya karena memang isinya tidak penting. Bahkan ketika menulis kata kata ini pun, saya masih belum tau akan apa isinya postingan ini.

Hmmmm...... mulai deh bingung. Apa ya isi pikiranku saat ini? Lagi macam macam, makanya gak tau harus menulis bagian pikiran yang mana.

Ah sudahlah, daripada ketak ketok keyboard gak jelas ini, sudahi saja sampai disini.

Thursday, October 06, 2011

(337) Pilihlah, Tegak atau Tunduk?

Apa yang lebih mengecewakan dari harapan yang hilang? Begitu kata Gie. Ya ya ya, kalau saya bisa bertemu dengan Gie, saya ingin bilang bahwa harapan yang hilang memang mengecewakan. Tapi bukan berarti hidup harus terhenti karena kehilangan itu. Kita harus tetap berjalan, kawan. Harus ada harapan baru. Harus ada mimpi baru yang dibangun lalu rangkai dengan usaha dan ikhtiar baru.

Itu pula yang ingin kusampaikan padamu, saudaraku. Betapapun sulit kau hadapi kenyataan hari ini, tapi inilah kenyataannya. Hidup harus dijalani dengan kepala tegak sehancur apapun hatimu. Pedih hari ini tak akan ada tanpa alasan apapun. Yakinlah, ini satu lagi cara Allah menempa hatimu, jiwa juga hidupmu. Jika harapan yang kau bangun hari ini harus hancur berkeping keping, tak perlu punguti kepingan itu. Bangun harapan baru, bangun jiwa barumu.

Satu hal, bahwa hanya yang terbaiklah yang akan terjadi dalam hidupmu. Hanya yang terbaiklah yang akan berlaku untukmu. Dan jika hari ini adalah pahit, maka jelas harapan yang kau bangun selama ini memang bukan yang terbaik. Tak perlu tangisi begitu rupa, tangisilah sewajarnya. Sekedar membiarkan air mata itu turun membasahi hati, mengaliri jiwa lalu menyembuhkan luka. Lalu berhentilah di titik ini. Titik yang sebenarnya sudah begitu lama kau lihat hanya kau terlalu naïf untuk mengakuinya.

Ada kebahagiaan lain yang sedang Tuhanmu siapkan untukmu. Jadilah pribadi kecintaan Tuhan dan bahagia itu akan datang tepat pada waktunya, tak pernah terlambat, tak pernah terburu buru. Buka hatimu, lihat sekelilingmu, nikmati hari harimu, dan bahagia pasti akan menyapa.

Melangkahlah gadisku, melangkahlah. Di dunia ini, hanya satu orang yang ingin melihatmu terluka dan penduduk sisanya menginginkan bahagiamu. Tinggal kau yang pilih, mengecewakan seluruh dunia dan membahagiakan satu orang dengan berurai luka serta hidup yang menyedihkan atau tegak berdiri membahagiakan seisi dunia dan mengecewakan satu orang bodoh yang tak menyadari indahmu. Pilihan di tanganmu.

#ditulisdengancintauntuksaudaratersayang

Tuesday, October 04, 2011

(335) Rencana Kuliner Wiken


Sudah 2 minggu ini tidak weekend ke ambon. Rasanya seperti sudah lamaaa sekali. Rencananya sih jumat besok ini mau pulang ke rumah dulu. Selain ada agenda penting yang harus dibicarakan, ada banyak rencana kuliner yang mau dijelajahi. Mumpung tanggal muda gitu deyh...


Ini daftarnya :

1. Es Kacang Bapa jafar. Lokasi : Jalan Baru

2. Tahu Tek. Lokasi : Jalan Baru

3. Nasi Kuning Bagadang. Lokasi : Waihaong

4. Rujak Liang. Lokasi : Pantai Liang

5. Nasi Kalapa Ikan Bakar. Lokasi : Batu Merah

6. Mie Ayam. Lokasi : Kebun Cengkeh

7. Martabak dan Terang Bulan Om Ondos. Lokasi : Tantui Aster

8. Kasbi goreng deng sambal. Lokasi : Amahusu


Biar gak shock, perlu saya beritau, ini bukan untuk 2 hari di Ambon. Nanti diliatlah mana yang paling mungkin. Yang belum terlaksana, masuk daftar antri kepulangan berikut.

Ada yang mau ikut?

Saturday, October 01, 2011

(332) Setahunmu, Papa

Pagi itu, Fajar baru saja menggantikan tugas bulan. Baru saja cahayanya masuk melewati kisi kisi jendela rumah sakit. Baru saja akan menghangatkan wajah indahmu. Pagi itu, Saat kupikir masih ada harapan yang bisa kugenggam di awal hari. Saat kupikir masih bisa menikmati lagi membelai punggung tanganmu. Saat kukira, masih akan kutemui banyak doa kekuatan untukmu. Namun ternyata, terbitnya fajar adalah perpisahan denganmu papa. Engkau memilih meninggalkan kami pagi itu. Engkau menemui mama pagi itu dengan terburu buru

Setahun berlalu, pa. Setahun tepat aku tak lagi bisa membelai lembut wajah dan mencium tanganmu, tangan yang menidurkanku saat kecil, tangan yang memapahku saat terjatuh, juga tangan yang mengusap kepalaku saat aku lemah dan tangan itulah yang selalu mendoakanku tak henti. Papa, bau keringatmu masih kucium hingga kini karena dengan keringatmulah aku bisa hidup sampai di titik ini. Dengan peluhmu, aku tumbuh

Setahun papa, setahun yang sulit untukku menjalani hari. Jangan ditanya keikhlasanku. Sungguh aku ikhlas karena engkau jauh lebih bahagia disana. Namun ijinkan aku bertanya . Sudahkah kau temui mama disana? Bagaimana ia sekarang? Ah, pasti sangat cantik. Tolong katakan padanya, aku merindunya sama seperti aku merindumu. Kalian berdua pasti sedang berbahagia disana. Aku masih ingat di hari hari akhirmu, kau bilang melihat mama yang sedang memanggilmu. Sedih mendengarnya kala itu tapi juga bahagia karena kalian masih saling merindu. Ah, aku sungguh merindu kalian berdua. Titip doa ya pa, ma, untuk bahagiaku juga

Papa, meski aku tak lagi bisa melihatmu, mata hatiku tau kau ada. Aku akan membuat papa dan mama bangga karenaku. Aku merindu kalian sangat. Baik baik disana pa. Semoga kau dapatkan tempat yang indah disana, didampingi bidadari kita bersama, mama….

(1 Oktober 2010 – 1 oktober 2011)


Catatan : mengenang setahun kepergian om Saleh Pelu