Saturday, June 30, 2007

Cahaya yang Tersisa

Bismillahirrahmanirrahim....

Berada di antara dua pihak yang berseteru, dan dua-duanya adalah orang yang kau sayang, adalah hal yang tentu tak pernah kau inginkan. Sementara kau punya prinsip bahwa kesalahan pun pasti ada alasannya, dan perlu didengar sebelum menghakimi. Situasi yang sangat tidak menyenangkan kala kau tahu seseorang di dekatmu terluka, jatuh, terhempas dan kau tak bisa apa-apa. Saking bingungnya, kau malah memilih untuk diam dan berpura-pura tidak tahu. Lama kelamaan kau akan sadar bahwa kau salah dengan diam. Salah besar ketika kau memilih menjauh dan membiarkan kehancuran sedikit demi sedikit tercipta tanpa ada sedikitpun usaha mencegahnya.

Menjemukan, ingin berlari tapi tak bisa. Ingin tinggal tapi tak kuat. Hingga air mata yang kau lihat membuatmu merasa bahwa paling tidak ada telinga yang bisa kau berikan untuk mendengarnya menumpahkan kata demi kata. mengeja setiap bulir air mata yang kau lihat dan tak kuasa ingin merengkuh dalam peluk.

Saat itu pula kau sadar, kau telah kehilangan satu cahaya. Sesuatu yang tadinya bintang kini berganti debu. Harapmu tentang sebuah figur luluh lantak terinjak kepingan hati yang terurai burai pecah tak bersisa. Padahal jalanmu masih panjang, tapi tongkatmu tinggal satu. Terpincang-pincang kau kini dengan satu tekad, cahaya yang tersisa ini tak akan kau biarkan redup apalagi padam.


Kebanggaan musnah berganti hina
Bintang itu kini telah menjadi debu
Cahaya hilang, redup kemudian padam
Satu cahaya yang tersisa,
Tak akan kau biarkan mati
Biarlah kini ia melemah
Tapi ia kuat, tegar
Dan ia tak akan padam
Selama kau ada, selama kau menjadi bahan bakarnya

Sebuah cahaya yang tersisa
Kini kau genggam erat
Erat.....

Friday, June 29, 2007

Hujan 4 hari = Rahmat 4 hari


Matahari sudah 4 hari ini gak nongol di langit kota Ambon. Hujan gak berenti-berenti. Jadinya gak bisa kemana2. Di rumah jadinya makan, tidur, nonton teve, baca, sampe akhirnya ganti dekorasi kamarku dan kamarnya dek Uni.
Males kemana-mana padahal lagi ada event nasional di Ambon, cuma gak mood buat kesana. Apalagi di pameran tuh ada stand-nya kabupaten. Sungkan aja muncul disitu, berarti gak ngantor dong.

Sabtu pulang kantor kemarin, pulang ke Ambon dan rencananya Senin kemarin balik. Berhubung kata orang kantor, di kantor malah sepi jadi ya ditunda aja selasa. Selasa pagi malah dapat sms dari orang kantor kalo kantor sepi dan nyaranin Ahad aja balik dan masuk kantor Senin. Ya sudah, saya sih senang-senang aja. Dan sekarang, jadi deh saya gak ngantor seminggu.

Malam rabu kemarin ke Pameran, agak sembunyi-sembunyi juga pas lewat depan Stan yang lagi dijaga teman kantor. tetap aja ketauan, secara papa malah masuk ke stand itu dan saya gak mungkin jauh-jauh. Akhirnya senyum tak berdosa saya lemparkan, swing. Ditangkap sama dia dan bertanya "Sama siapa?". Masih senyum tak berdosa campur sungkan "Sama Papa".


Benar2 gak ada matahari. Dingin, rumah serasa di Villa-villa gitu. Biar kata sudah selimutan tebal, tetap aja gemetar kedinginan. Ini gambar2 yang saya ambil dari teras atas rumah. Keliatan banget di gambar, cuaca kota Ambon yang berkabut. Apalagi saya di daerah pegunungan, tambah dekat dengan kabut.

Ada kabar, pawang hujan didatangin supaya gak hujan karena RI 1 mau datang. Tapi, mau gimana? Mau kata pawang hujan tercanggih juga, yang punya hujan kan Allah, gak ada tandingannya. Jadi, nikmatin aja hujan2 gini. Makan mie kuah panas-panas, pedes sudah itu tidur. Bangun goreng kasbi (ubi), pake sambel yang enak. Top abis deh. Hujan itu rahmat lagi. Jadi kalo 4 hari hujan terus, berarti rahmatnya terus juga mengalir. Jadi males balik ke Piru, tapi tanggung jawab harus dijalanin. Seminggu cukup-lah untuk menyenangkan diri setelah minggu kemarin sempat lembur sampe jam 3 pagi.


Hujan, saya senang hujan. Gambar atas ini diambil dari atap seng di luar kamar tempat biasanya berkontemplasi. Lompat dari jendela kamar, duduk di atap seng, angin dingin kena tubuh, makan mie kuah panas, titik2 air malu-malu menyentuh wajah, liat pemandangan yang indah sambil dengar murottal-nya Mishari Rasyid. Subhanallah....

Monday, June 25, 2007

Tidak PENTING!!!

Belakangan saya belajar untuk tidak peduli pada hal-hal yang bikin saya lupa waktu, yang bikin saya menghabiskan waktu dan mencurahkan perhatian pada sesuatu yang tidak penting. Benar-benar tidak ada untungnya. Kenapa juga ya baru sadar sekarang? At least, kesadaran itu datang.

Saya gak perlu dan gak boleh musingin sesuatu yang belum tentu saya miliki. Kalau nanti gak dapat, gimana? Lagian apa untungnya sih ikut nafsu setan, duniawi yang jelas tak akan memberi saya apa-apa. Suatu saat, gak perlu saya pusingin kapan, Allah lebih tahu. Saya capek juga.

Sedikit khawatir tapi saya tak ingin berlarut-larut. Allah tahu, itu saja. Semua sudah kuserahkan. Mengenai pekerjaan, Mr Head Office sudah bicara banyak. Ada benarnya juga sih yang beliau bicarakan. Entahlah, keputusan belum saya buat. Saya masih ingin mempelajari situasinya. Saya hanya ingin berada di tempat yang memang membutuhkan. I just wanna give the best of me.

Ps : Dora is nothing, nothing and nothing.

Catatan Sudut Aula usai Penelitian

Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia akan belajar memaki
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia akan belajar berkelahi
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia akan belajar menyesali diri
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia akan belajar menahan diri
Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia akan belajar percaya diri
Jika anak dibesarkan dengan perlakuan yang baik, ia akan belajar keadilan
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan,
ia belajar menebukan cinta
(Dorothy Law Nolte)

Sunday, June 24, 2007

Kagak Jadi..

Assalamu'alaikum....
Harus kukubur impianku ke Surabaya dalam waktu dekat ini. Padahal sudah sedemikian matangnya persiapan ke Surabaya paling tidak pekan depan. Tapi Allah jua-lah berkehendak. Padahal juga, saya sudah sampai mimpi ada di Surabaya. Sudah banyak yang terpikirkan untuk dikerjakan, tempat yang akan dikunjungi, semua hal yang harus saya wujudkan di Surabaya. Tapi, harus kukubur sementara impian itu.

Saya ditanya, "Eby marah? Eby kecewa?"
Gak tau harus jawab apa. Marah? Tidak sepertinya. Kecewa? sedikit mungkin. Secara saya gak mungkin marah pada hal yang tak bisa saya kendalikan. Memang gak boleh karena gak akan bikin saya tiba2 ada di Surabaya.

Kini, kembali saya harus menimbun lagi harapan dan usaha bahwa suatu saat saya ada kesempatan, dimudahkan Allah untuk ke sana menyelesaikan segala yang tertunda.

Ps : Something empty. Allah, please show me

Tuesday, June 19, 2007

Tafakkur..

Berbekallah ketakwaan
Kamu tak tahu saat malam berlalu
Adakah ia menyisakan umur bagimu,
hingga fajar datang menjelang
Berapa banyak orang yang sehat,
Meninggal tanpa ada penyakit
Berapa banyak orang yang sakit
Hidup lama sepanjang hayat
Berapa banyak anak-anak belia memotong perjalanan umurnya
Jasad mereka terlanjur lelap di kuburnya yang hitam dan gelap
Berapa banyak muda mati
Pagi bercanda, sore bersenang hati
Tiada pengetahuan yang terpaut
Kain kafannya sedang dirajut

Monday, June 18, 2007

Di tangan, bukan di hati

Minggu-minggu terakhir adalah minggu yang menegangkan di lingkungan tempat kerja saya. Disiplin tiba-tiba saja jadi topik menarik di setiap ruang. Lepas dari kantor pun begitu. Di warung saat istirahat makan siang, di perjalanan pulang, bahkan saat bertamu malam-malam pun, orang2 ramai membicarakan soal kedisiplinan yang lagi galak-galaknya diterapkan. Sayangnya, begitu banyak suara tentang itu. Masing2 dengan pendapatnya. Ada yang bilang gak mesti kayak gitu-lah, ada yang bilang itu cuma sementara aja, ada yang pro, ada juga yang apatis. Tak tahulah saya. Saya di pihak yang tidak mau berkomentar. Saya tidak dirugikan dengan peraturan yang memang agak menyusahkan. Tapi saya pikir, dengan ngomel2 gak suka atau kencang bilang suka juga kayaknya gak ada efeknya.

Ada hal lain yang lebih penting di balik itu. Bahwa seperti apapun gebrakan yang ingin dibuat, haruslah tetap punya timbang rasa dengan orang lain. Saya salut dengan Pak W. Bagaimanapun, ia di pihak yang didzholimi. Dilihat dari kacamata manapun, kacamata siapapun, Pak W didzholimi. Tapi coba liat bagaimana Pak W sekarang. Ia tak pernah kehilangan senyumnya. Ia tak pernah terlihat bersedih.

Teman2 yang seruangan sama Pak W cerita kalo Pak W pernah keluar dari ruangannya, gabung sama para staf dan bilang "Ternyata enak juga ya duduk-duduk seperti kalian". Tetangga Pak W juga cerita kalo di rumah Pak W terlihat lebih santai, beliau tidur lebih nyenyak, tidak seperti dulu.
Salut saya makin tambah, ketika kedzholiman itu ia terima di depan seluruh staf-nya. Ia masih bisa tersenyum. Ia masih sempat berkelakar usai itu. Bahkan sempat mengerjai salah satu temannya.

Sungguh, pribadi yang luar biasa. Pribadi yang meletakkan kekuasaan di tangan bukan di hati. Sehingga ketika tidak ada, semuanya baik2 saja. Hatinya tetap tenang, tak ada perubahan bahkan masih menunjukkan dedikasi yang luar biasa pada tugasnya.

Tak heran bila pak T pernah bilang "Saya dari dulu suka sama Pak W. Orangnya tenang, gak macam-macam"
Pak, saya perlu belajar banyak nih kayaknya...

Sahabatku dari Surga

Tit..tit...
di kotak masuk, tertera ID "KMBI basecamp". Penasaran, apa isi sms dari flexyhome sekretariat KMBI, tombol Yes kutekan dan...

"Assalamu'alaikum. Tetep semangat saudaraku, doa kami menyertaimu. kmbi"

Subhanallah, Allahu Akbar, saya merinding. Begitu singkat, sederhana, tapi sangat dalam. Saya gak tau siapa yang mengirimnya. Secara itu flexyhome sekretariat, so itu bisa siapa saja. Tapi itu gak penting. Karena itu semacam alarm peringatan untuk saya yang saat ini sedang begitu terlena dengan urusan dunia. Urusan kantor yang sepertinya terlalu mbulet, sibuk dengan keresahan akan orang2 yang berebut kekuasaan hingga melupakan tugasnya yang sebenarnya tanpa sadar saya justru tidak berbuat apa-apa, keluhan demi keluhan karena kerjaan yang sepertinya tidak kelar-kelar, lingkungan yang butuh iman kuat, dan masih banyak urusan dunia lainnya.

Sms itu bikin saya termenung, untuk sejenak memalingkan perhatian dari laptop dan tumpukan kertas. Di suatu tempat sana, saudara-saudaraku sedang berjuang. Apa yang aku lakukan disini? Mengapa saya hanya diam, hanya sekedar menentang dalam hati pertanda dangal dan lemahnya iman? Semangat itu, mana , masihkah tersisa? Saudara-saudaraku disana masih mengingatku dan bahkan mendoakanku. Maka, aku tak boleh menyia-nyiakan doa mereka.

KMBI, sebuah komunitas tempat saya lahir, tempat saya tahu kemana sebenarnya seharusnya saya menuju. KMBI, tempat saya bertemu dengan saudara2 yang luar biasa. Belajar tentang kesabaran, tentang istiqomah, tentang ukhuwah dan tentang semangat menjalani hidup.

Saya pernah membaca sebuah kisah berjudul :Sahabat dari Surga".
Bagi saya, mereka-lah sahabat-sahabatku dari Surga. Mereka-lah yang dikirim Allah untukku, mengajari dan menunjukkanku jalan ke surga. Kini, kami begitu jauh. Tapi semoga perjalanan kami bertemu di satu titik, surga.
Karena kami adalah Sahabat dari Surga

Rumah Hati

Bismillah...
Senang rasanya bisa ada di rumah lagi. Padahal baru 2 minggu lalu saya dari sini, tapi kok sekarang rasanya beda ya?. Sampe rumah sudah sore, abis feri-nya agak lama. Papa sama Ibu sampe bengong dan heran kenapa saya ke Ambon padahal kan gak libur? Gimana lagi, saya kangen sama Ibu. Abis maghrib, mijit kaki Ibu sambil cerita banyaaaaak banget. Ibu tidur, baru deh ngobrol sama Papa sambil nonton teve dan makan langsat. Cuman sekarang gantian, saya yang dipijit Papa. Hehehe...

Seneng, asli seneeeng banget. Gak tau ya kok bisa beda begini. Hari ini saya gak kemana-mana, pengen seharian di rumah. Benar2 di rumah. Selama ini kalo pulang, bawaannya jalaan aja kemana2. Semalam saya tidurnya di kamar adek. Jadi baru hari ini masuk kamar saya sendiri. Ada Bukal dan Pigly nungging di atas tempat tidur. Saya peluk dan cium, wanginya masih sama sejak saya tinggal. Empuknya kasur di tempat tidurku, sambil liat bintang dari balik jendela. Secara kamar saya di atas, jadi gak pernah tutup jendela biar bisa lompat ke atas seng rumah dan duduk natap bintang. Keren, Subhanallah.

Ini bukan saja tempat tinggal, ini rumah. Rumahku dan rumah hatiku...

Tuesday, June 05, 2007

Menanti dalam kecemasan


Serupa air yang mengalir, serupa angin yang berhembus
Gejolak membara dalam ingatan
Mencari cara membayar segala kealpaan, kekhilafan
Peluh basah bercampur debu
Gali yang tersisa, sekedar membayar

Entah kapan rahasia itu terkuak
berapa lama lagi bisa bertahan
bisakah terungkap tanpa menyakiti, tanpa airmata apalagi marah
Tak bisa sepertinya
Maka kekuatan sajalah persiapannya

Hampir saja aku menyerah
Ingin rasanya berlari atau tiba-tiba menghilang
Tapi pilihan itu harus dipertanggungjawabkan
Bisakah tanpa menyakiti?

Bunga, daun, ranting, dan akar
Semua seakan berbicara
berkata : Hampir tiba saat kau panen
Bisakah tanpa menyakiti banyak hati?

Ada harga yang harus dibayar,
saatnya hampir tiba

Saturday, June 02, 2007

Rahasia-MU selalu indah

Bismillahirrahmanirrahim....

Postingan terakhir saya bulan lalu, berputar masalah kerjaan. Dan setelah sebulan lebih berlalu sejak keresahan itu, banyak hal yang terjadi. Di kehidupan pribadi saya, keluarga saya, dunia kerja saya, lingkungan masyarakat sampai pada agama saya.

Banyak hal yang akhirnya pelan-pelan mulai terkuak. Pertanyaan mengapa Allah menempatkan saya di lingkungan yang tak pernah saya bayangkan sebelumnya. Serangkaian tanda tanya itu satu persatu mulai terjawab. Ada rahasia Allah yang begitu indah hinga saya ditugaskan disini. Lingkungan dimana aqidah menjadi tipis dengan toleransi, wilayah abu-abu tergantung kepentingan siapa, saling sikut dengan licik tapi masih halus hingga ingin sekali saya beri label "serigala berbulu domba"

Awalnya saya ingin menyerah, sampai Allah menuntun saya ke suatu titik, bahwa saya disini ditugaskan untuk do the right thing, melebarkan sayap-sayap kebenaran meskipun harus terinjak. Berpegang pada prinsip meski kadang harus dibantai. Di balik semua itu, Allah menunjukkan kuasaNYA.

Saya sadar banyak hal. terlalu banyak, dan meski kemudian tantangan itu begitu nyata dan besar di depan mata, tapi hati saya berbicara bahwa ada kekuatan Allah di balik aral itu. Ia hanyalah sekelumit debu di mata Allah yang dapat ditiupnya sekejap saja.

Sebulan ini,
kekecewaan banyak pula saya rasakan dari orang2 yang mengaku bergairah dengan kebaikan tapi tidak bersegera. Sekali lagi introspeksi saya alamatkan pada diri saya sendiri, ada apa dengan saya? Mengapa orang2 di sekitar saya begitu cepat dan kompak menunaikan urusan dunianya. Tak perlu menunggu, kereta harus segera berangkat. Saya yakin, ada gerbong lain yang akan kalian naiki, selalu ada gerbong itu. Pertanyaannya, maukah kita naiki?

Allah, keindahanNYA-lah yang membuatku bertahan. Melihat riak ombak yang menepi di pantai dari depan teras rumah, merasakan sejuk dan dinginnya angin pagi hari, indahnya lukisan Allah bernama matahari senja dan matahari fajar adalah satu keindahanNYA yang tak pernah bisa tergantikan. Selalu dan selalu ada bantuan Allah pada mereka yang memintaNYA.

Waktuku entah sampai kapan,
Bagaimanapun, HARUS BERARTI