Bismillah...
Akhirnya setelah satu bulan lebih saya di Ambon, baru tadi ini saya bisa ketemuan sama teman2 ADK di kampus UNPATTI.
Janjiannya sih jam 1/2 12. Tapi berhubung ukhti Mimi rumahnya jauh, jadi agak molor gitu sampe jam 12 lebih ketemuan di masjid RS. Iya, di masjid RS yang ada di depan kampus. Soalnya ternyata UNPATTI kampus sini gak ada masjidnya, mushola aja gak ada. Padahal itu kan fasilitas umum, harusnya ada, gimana sih?
After ngobrol2 sama Ukhti Mimi perihal perkembangan dakwah kampus sini, saya jadi pengen balik kampus lagi. Pengen ngerasain suhu dakwah kampus lagi. Apalagi menjelang FSLDK Nasional di Lampung Juli nanti. Aduh, kayaknya Post Power Syndrome saya belum sembuh nih.
Ada yang menarik waktu saya sedang menunggu Ukhti Mimi di teras masjid. Pas datang, di teras itu ada 2 mahasiswi yang lagi ngobrol, bisik2 gitu. Naluri saya bilang, mereka lagi curhat. Beberapa saat kemudian datang 3 mahasiswi dengan jajanan dan mereka langsung ngobrol. Waktu makanan selesai dibuka, gak dinyana saya disapa sama mereka,
"Caca, mari makan" gitu kata mereka. FYI, Caca itu panggilan untuk kakak cewek, mbak gitu deh.
Saya jawab "Iya, silahkan"
Yang bikin saya bengong, kok ramah banget ya. Saya sih sudah hapal dengan karakter masyarakat daerah asal saya tercinta ini yang ramah2, gampang banget negor orang. Mereka bisa saja ngobrol, sapa yang mereka gak kenal dalam bemo. Pokoknya mulut mereka tuh ringan banget untuk negor meski gak dikenal.
Tapi kali ini saya heran, karena selama saya kuliah di Jawa, kayak gini tuh gak pernah kejadian. Meskipun di masjid bareng, kalo gak dikenal ya gak bakal disapa. Paling kalo gak dikenal tapi sering liat, senyum itu udah menthok. Kalau mau makan, ya makan aja. Pokoknya, acara negur gitu kalo dikenal aja.
La ini, gak tau siapa tapi mereka mau aja negor basa basi ngajak makan. Padahal wajah saya jelas-jelas baru mereka liat. Mereka juga pasti langsung tahu kalo saya gak kuliah disitu. Salut banget, seketika saya merasa sangat nyaman ada di masjid itu.
Sebulan ini, saya belum ketemu sama teman2 lama. Sudah sih, ke rumahnya Santje, trus ketemu Ical SMP secara gak sengaja di jalan, ketemu Michael SMP di tenmpat kerjanya gak sengaja juga, Yani juga gitu. Yang lain, cuma lewat sms. Abisnya sdh pada sibuk sendiri2. Lia malah belum ketemu sama sekali. Tapi gak apa, yang penting komunikasi tetap lancar.
Banyak kejadian di rumah seminggu ini. Yang Papa sakit, aku juga ikut2an. Sebenarnya batuk saya ini batuk biasa kalo dingin. Tapi ibu ngotot suruh ke dokter. Sampe ke Dokter, batuk saya yang di rumah biasa2 saja jadi menjadi2. Dan itu bikin ibu tambah membenarkan usahanya membawaku ke dokter. Padahal, gimana gak batuk menggila kalo ruang tunggu dokter aja dinginnya kayak di kulkas. Dan ibu baru percaya kalo saya ittu alergi dingin waktu dokter yang bilang. Di rumah tuh dingiin banget. Baru anget jam 9 pagi sampia jam 5 sudah dingin lagi. Tapi papa yang belum sembuh2 juga. Sedih...
Tante juga besok mau ke Ternate. Aturannya kan saya juga ikut, tapi gak bisa. Padahal ini sudah direncanain. Di daftar obsesi saya, di daftar HAL@ YANG HARUS SAYA LAKUKAN DALAM HIDUP, ke Ternate tuh salah satunya. Tapi mau gimana, saya harus masuk kantor. Minggu depan malah masuk kantornya di Piru sana. Piru itu ibukota kabupaten SBB yang jaraknya 4 jam perjalanan dari kota Ambon. 1 jam ke terminal penyeberangan Liang, naik feri 2 jam, trus bus ke Piru-nya 1 jam lagi. Di Piru lampunya nyala cuma malam. Tapi kabar terbaru yang saya dengar sih, lampu sudah nyala sampe jam 2 siang trus mati dan baru nyala jam 6 sore. Ya, gak apa deh. Daripada kemaren2 yang mati dari jam 7 pagi sampe jam 6 sore. Fasilitas internetnya gak ada. Terima aja deh. Namanya juga orang mengabdi. Lagian saya percaya, gak selamanya desa itu begitu. Apalagi itu ibukota kabupaten, pasti ada percepatan pembangunannya. Moga2 aja saya bisa betah disana. Dan saya pasti bisa, ketemu dunia baru bukan hal baru lagi buat saya. InsyaAllah bisa
Tapi, jauh di lubuk hati, saya masih optimis bakal balik lagi ngabdi di Ambon tercinta saja. Bukannya apa, tapi saya pengen dekat ibu, papa dan dek Uni saja. Pengen nemani mereka saja. Sudah lama saya jauh dari mereka, setelah saya pulang, saya agak berat kalo harus pergi lagi walaupun cuma 4 jam perjalanan dan masih bisa pulang tiap pekan (kalo mau).
Apapun itu, saya yakin saya bakal bisa menjalani hidup saya dengan santai, dengan lebih percaya diri dan saya yakin bisa melewati apapun yang ada di hadapan saya. At least, sudah banyak kejadian dalam hidup saya yang telah membentuk diri saya punya modal melanjutkan dan menghadapi hari2 ke depan.
Dan modal yang paling penting adalah kekuatan dari ALLAH. Tempat bersandar yang sejati, sandaran yang tak akan pernah goyah dan lelah. Saya optimis karena saya punya Allah yang akan selalu mendengar cerita2 saya.
Saya punya Allah !!!!
Thursday, March 15, 2007
Saturday, March 10, 2007
Hanya ALLAH saja
Bismillah..
Tit..tiit
"Mb, aku sudah gak kuat. Aku gak tahan lagi jalani hidup ini"
Tit..tiit
"Mb, apa kabar? Mbak, aku sudah gak tahan. Hari demi hari cobaan hrs aq hdpi. Rasanya aku ini cewek yang lemah"
Tit..tit
"Aku harus apa supaya bisa sabar? AKu udah putus asa. Aku capek nangis mbak. Aku sudah gak kuat"
Tit..Titt
"Mbak, rasanay kaki ini sudah gak kuat lagi untuk berjalan"
Tit..Tit..
Mbak, bagaimana menghadapi rasa sakithati dan ketakutan? Orang2 di sekitarku juga rasanya begitu menjengkelkan. Aku harus bagaimana mbak hadapi hidup ini?"
Tit..Tit
"Mbak...."
Lagi dan lagi, sms-sms seperti itu yang muncul di layar HP saya hampir setiap malam. Kadang ingin rasanya tidak membalas sms situ, tapi langsung ingin merengkuh mereka dalam pelukan dan berbagi kekuatan. Sms-sms seperti itu pada satu sisi membuat saya sadar bahwa ternyata perasaan yang saya alami adalah normal.
Rasa takut, rasa hampir putus asa, rasa tak kuat lagi untuk bertahan dan semacamnya yang sebenarnya juga saya rasakan, ternyata juga dimiliki orang lain.
Bedanya, saya bisa lebih mudah melewati itu semua justru karena sms-sms itu. Balasan saya ke mereka sejatinya adalah balasan untuk diri saya sendiri. Saya jadi lebih bisa melihat dan mendalami perasaan takut saya akan hidup dari kacamata yang berbeda.
Siapa sih manusia yang bebas dari cobaan? Siapa pula yang merasa semua dalam hidupnya adalah baik2 saja? Tidak ada. Tidak satu pun. Bahkan ketika tak pernah ada tangis pun, sebenarnya tak pernah tak ada luka. Tapi semua berpulang kepada kemana kita mencari sumber kekuatan. Selalu saya bilang kepada semua yang sms juga kepada diri saya sendiri, bahwa hanya Allah yang bisa. Seberapa besar keinginan kita untuk bertahan, untuk kuat, kalau kita tidak mencari sumber kekuatan dari tempatnya yang benar, maka akan sia-sia.
Ketakutan akan hidup saya sendiri, ketakutan akan apa yang bakal terjadi, ketakutan akan apa resiko yang harus saya ambil juga ketakutan2 lainnya membuat diri serasa ingin menghilang begitu saja. Atau sibuk dengan mengenang masa-masa kejayaan saat semuanya begitu indah. Atau sibuk menyesali kenapa tidak begini waktu itu atau mengapa tidak begitu waktu itu. Wajar, alami, pada saatnya mungkin kita memang butuh rasa takut itu. Untu apa? Untuk menyadari bahwa kita hanyalah hamba. Bahwa kita hanyalah seseorang yang tidak ada kekuatan apa-apa tanpaNYA.
Ya, hanya Allah saja yang bisa membuat kita bebas dari ketakutan kita. Kedekatan kita denganNYA saja yang bisa membuat kita survive, membuat kita yakin dengan apa yang kita lakukan dan mampu membuat kita menikmati hidup ini dengan cara yang benar. Hanya Allah saja
Allah, aku merinduMU. Peluk aku..
Tit..tiit
"Mb, aku sudah gak kuat. Aku gak tahan lagi jalani hidup ini"
Tit..tiit
"Mb, apa kabar? Mbak, aku sudah gak tahan. Hari demi hari cobaan hrs aq hdpi. Rasanya aku ini cewek yang lemah"
Tit..tit
"Aku harus apa supaya bisa sabar? AKu udah putus asa. Aku capek nangis mbak. Aku sudah gak kuat"
Tit..Titt
"Mbak, rasanay kaki ini sudah gak kuat lagi untuk berjalan"
Tit..Tit..
Mbak, bagaimana menghadapi rasa sakithati dan ketakutan? Orang2 di sekitarku juga rasanya begitu menjengkelkan. Aku harus bagaimana mbak hadapi hidup ini?"
Tit..Tit
"Mbak...."
Lagi dan lagi, sms-sms seperti itu yang muncul di layar HP saya hampir setiap malam. Kadang ingin rasanya tidak membalas sms situ, tapi langsung ingin merengkuh mereka dalam pelukan dan berbagi kekuatan. Sms-sms seperti itu pada satu sisi membuat saya sadar bahwa ternyata perasaan yang saya alami adalah normal.
Rasa takut, rasa hampir putus asa, rasa tak kuat lagi untuk bertahan dan semacamnya yang sebenarnya juga saya rasakan, ternyata juga dimiliki orang lain.
Bedanya, saya bisa lebih mudah melewati itu semua justru karena sms-sms itu. Balasan saya ke mereka sejatinya adalah balasan untuk diri saya sendiri. Saya jadi lebih bisa melihat dan mendalami perasaan takut saya akan hidup dari kacamata yang berbeda.
Siapa sih manusia yang bebas dari cobaan? Siapa pula yang merasa semua dalam hidupnya adalah baik2 saja? Tidak ada. Tidak satu pun. Bahkan ketika tak pernah ada tangis pun, sebenarnya tak pernah tak ada luka. Tapi semua berpulang kepada kemana kita mencari sumber kekuatan. Selalu saya bilang kepada semua yang sms juga kepada diri saya sendiri, bahwa hanya Allah yang bisa. Seberapa besar keinginan kita untuk bertahan, untuk kuat, kalau kita tidak mencari sumber kekuatan dari tempatnya yang benar, maka akan sia-sia.
Ketakutan akan hidup saya sendiri, ketakutan akan apa yang bakal terjadi, ketakutan akan apa resiko yang harus saya ambil juga ketakutan2 lainnya membuat diri serasa ingin menghilang begitu saja. Atau sibuk dengan mengenang masa-masa kejayaan saat semuanya begitu indah. Atau sibuk menyesali kenapa tidak begini waktu itu atau mengapa tidak begitu waktu itu. Wajar, alami, pada saatnya mungkin kita memang butuh rasa takut itu. Untu apa? Untuk menyadari bahwa kita hanyalah hamba. Bahwa kita hanyalah seseorang yang tidak ada kekuatan apa-apa tanpaNYA.
Ya, hanya Allah saja yang bisa membuat kita bebas dari ketakutan kita. Kedekatan kita denganNYA saja yang bisa membuat kita survive, membuat kita yakin dengan apa yang kita lakukan dan mampu membuat kita menikmati hidup ini dengan cara yang benar. Hanya Allah saja
Allah, aku merinduMU. Peluk aku..
Subscribe to:
Posts (Atom)