Monday, September 10, 2007

Bijak di balik kesederhanaan

Bismillahirrahmanirrahim....

Judulnya hari ini, bersih-bersih menjelang Ramadhan. Salah satu hasil rapat beberapa malam sebelumnya adalah hari ini Remas bersih-bersih Masjid. Jam 9, dari masjid sudah terdengar alat pemotong rumput beraksi. Berhubung rumah saya di Piru pas depan mesjid jadi bisa liat sikon dulu. Ternyata baru yang pria yang bersih2. Begitu sudah ada beberapa cewek yang datang, barulah saya merapat ke mesjid. Kaca, Lantai, Karpet, Mimbar, semuanya dibersihkan sama anak2. Rumput dipotong. kinclong jadinya Masjid tercinta itu.

Pas istirahat, sejuk banget rasanya duduk di teras masjid sama mereka istirahat sambil makan kacang ijo. Apa pasal? Terharu, saya jelas terharu banget.
Bayangpun, mereka yang datang bersihkan masjid itu benar2 di luar dugaan. Mereka memang sambil merokok, mereka memang datang dengan penampilan yang jauh dari bayangan saya tentang aktivis masjid. Pakai kalung dari rantai putih itu, trus di tangannya banyak gelang. Macem-macem deh pokoknya. Musik yang keluar dari MP3 HP mereka juga dangdutan. Semua memang perlu diubah, tapi mereka mau datang saja, sudah luar biasa buat saya. Di kampus, mungkin mereka yang berpenampilan seperti itu, yang koleksi musiknya kayak gitu, mungkin gak mau muncul di masjid. Jangankan yang berpenampilan begitu, yang berpenampilan baik-baik saja juga susah diajak ke masjid. Yang takut ini-lah, yang males itu-lah.

Tapi disini beda. Mereka datang, mereka gantian bersihin masjid, mereka ngecat pagar masjid. Bahkan, ketika ada pemuda yang profesinya bawa becak lewat depan masjid nganterin penumpang, baliknya dia mampir ke masjid. Becaknya diparkir di depan masjid dan dia turun ikut bantu-bantu motong rumput. Subhanallah...., pemandangan yang asing bagi saya.

Teringat ketika rapat Kamis malam untuk susunan panitia Ramadhan, seorang pemuda mendatangi saya sambil mutar-mutar kunci motornya. Dari model rambutnya, saya pikir dia polisi. Saya yang saat itu sedang berembuk dengan Korwil untuk distribusi anggota ke tiap divisi, menoleh ke arahnya,
"Abang polisi ya?" tanyaku
"Bukan, kenapa?" jawabnya
"Seng, barang abang pung model rambut kayak polisi. Beta kira abang polisi, beta mau kasi masuk abang di divisi keamanan" jelasku
"Seng, beta bukan polisi. Beta tukang ojek. Makanya beta mau tanya beta di divisi mana lalu beta mau pigi ngojek lagi seng bisa ikut rapat sampai selesai" terangnya

Subhanallah, seperti disirami kata-kata yang mencerahkan. Dia masih sempet2in datang ke masjid mencari tahu dia punya amanah apa buat Ramadhan nanti, padahal saat itu dia lagi mencari nafkah.
Malu rasanya diri ini.
Abang becak dan abang ojek, maaf, saya belum sempat tahu siapa nama kalian. Tapi siapa pun kalian, kalian guru saya. Malu rasanya diri ini bertemu kalian yang begitu bijak di balik kesederhanaan. Terimakasih telah memberiku pelajaran indah hari ini.


Sorenya, saya, caca, ca lely dan ca Nakul ke kuburnya Tete Zein, bersih2 disana juga. Lewati kuburan2 itu, saya membayangkan seandainya saya yang ada di bawahnya. Akankah lapang kuburanku, akankah terang kuburanku? Ya Allah, ampuni segala dosa-dosaku, dosa kedua orang tuaku, dosa saudara-saudaraku, dosa hamba-hambaMU yang merinduMU

No comments:

Post a Comment