06 April 2008
Ia pergi dalam kesendirian,
Di sebuah tempat dimana hanya ada dia dan ALlah.
Dan berita kepergian dalam sepi itu
Menghentak kesepian dan ketenangan waktu maghrib.
Lagi-lagi, tak terasa, tak terbaca
Allah menjemput satu lagi keluargaku
Ia yang semasa hidupnya begitu diam,
Sering hanya senyum saja yang menatapku jika bertemu
Tak banyak kata, tak banyak ucap,
Senyum lewat tarikan bibir dan pandangan mata
Itu saja.
Om,
Kami tak ada disisimu saat ini
Kami tak bisa ikut berjalan disamping kerandamu
Tapi Om, doa kami menemanimu tidur panjang
Sampaikan salam kami pada yang kau temui disana.
Mungkin hari ini, besok, lusa, atau entah
kami akan menyusulmu, pasti....
Selamat Jalan Om,
Sampai jumpa
Monday, April 07, 2008
Thursday, April 03, 2008
1/4 Abad sudah
Rabu, 27 Februari 2008, usia saya genap seperempat abad.
Ah, usia yang sudah begitu banyak diberi oleh Allah. Adakah itu berarti? Apakah sudah ada percik kebahagiaan yang saya kucurkan ke orang lain? Adakah manfaat yang dirasakan oleh orang-orang dengan kehadiran saya? Ataukah justru kebencian yang telah saya sebar?
Tak bisa, saya tak bisa menjawab pertanyaan itu. Hampir tak ada yang berarti yang saya semai padahal waktu merangsek hebat dan tiba-tiba saya sudah di angka seperempat abad. Padahal pula, saya tak tahu masih bisakah saya tiba di seperempat abad berikutnya. Akankah Allah memberi kesempatan pada saya menggenapi setengah abad? Tak ada jaminan. Kalaupun iya, akankah ia terlewati dengan sempurna ataukah seperti mengulang lembar seperempat abad ini, berlalu dengan kesia-siaan?
Saya tergugu. Betapa telah banyak yang Allah berikan pada saya. Panca indera yang lengkap tanpa pernah saya minta, udara yang selalu bisa saya hirup tanpa pernah Ia minta bayarannya, air yang selalu masih bisa saya rasakan kesegarannya, orang-orang yang mencintai saya, sungguh teramat banyak. Dan adakah yang saya berikan? Ah, betapa jiwa kerdil ini tidak mampu membalas semua anugerah yang didapat. Padahal maut jelas-jelas tengah mengintai dan bisa menyergap kapan saja.
Aku hanya berharap dan mencoba memastikan semua yang aku lakukan adalah rangkaian sejarah hidup yang kutulis dengan tinta kebaikan saja. Agar kelak di saat maut telah mendekapku, orang-orang yang mengenalku hanya punya kenangan indah tentangku. Aku hanya ingin meninggalkan dunia ini dalam keadaan yang berarti. Seperti kata Mbak HTR dalam multiply-nya "Menjadi orang yang berarti di mataMu. Yang selalu sampai padaMu"
Allah, aku ingin sampai padaMU dengan indah
agar Kau mau memelukku,
menuntaskan dahagaku yang tertatih-tatih ........
......... mencintaiMU.
Terimakasih Rabb, atas nikmat seperempat abadMU,
aku butuh pandangan cintaMU
agar nikmat itu tak tersia-siakan.
Genggam tanganku, Rabb.
27 Februari 2008
Titik 11.58 pm
Ah, aku sudah begini tua
Ah, usia yang sudah begitu banyak diberi oleh Allah. Adakah itu berarti? Apakah sudah ada percik kebahagiaan yang saya kucurkan ke orang lain? Adakah manfaat yang dirasakan oleh orang-orang dengan kehadiran saya? Ataukah justru kebencian yang telah saya sebar?
Tak bisa, saya tak bisa menjawab pertanyaan itu. Hampir tak ada yang berarti yang saya semai padahal waktu merangsek hebat dan tiba-tiba saya sudah di angka seperempat abad. Padahal pula, saya tak tahu masih bisakah saya tiba di seperempat abad berikutnya. Akankah Allah memberi kesempatan pada saya menggenapi setengah abad? Tak ada jaminan. Kalaupun iya, akankah ia terlewati dengan sempurna ataukah seperti mengulang lembar seperempat abad ini, berlalu dengan kesia-siaan?
Saya tergugu. Betapa telah banyak yang Allah berikan pada saya. Panca indera yang lengkap tanpa pernah saya minta, udara yang selalu bisa saya hirup tanpa pernah Ia minta bayarannya, air yang selalu masih bisa saya rasakan kesegarannya, orang-orang yang mencintai saya, sungguh teramat banyak. Dan adakah yang saya berikan? Ah, betapa jiwa kerdil ini tidak mampu membalas semua anugerah yang didapat. Padahal maut jelas-jelas tengah mengintai dan bisa menyergap kapan saja.
Aku hanya berharap dan mencoba memastikan semua yang aku lakukan adalah rangkaian sejarah hidup yang kutulis dengan tinta kebaikan saja. Agar kelak di saat maut telah mendekapku, orang-orang yang mengenalku hanya punya kenangan indah tentangku. Aku hanya ingin meninggalkan dunia ini dalam keadaan yang berarti. Seperti kata Mbak HTR dalam multiply-nya "Menjadi orang yang berarti di mataMu. Yang selalu sampai padaMu"
Allah, aku ingin sampai padaMU dengan indah
agar Kau mau memelukku,
menuntaskan dahagaku yang tertatih-tatih ........
......... mencintaiMU.
Terimakasih Rabb, atas nikmat seperempat abadMU,
aku butuh pandangan cintaMU
agar nikmat itu tak tersia-siakan.
Genggam tanganku, Rabb.
27 Februari 2008
Titik 11.58 pm
Ah, aku sudah begini tua
Subscribe to:
Posts (Atom)