Menulis menjadi hal yang asing bagiku saat ini. Sepertinya tak ada waktu lagi untuk menulis. Seketika kerinduan itu menyeruak batin, saat-saat dimana aku begitu menikmati waktu merefleksikan kejadian yang kulewati setiap harinya, merenungi setiap hikmahnya dan merangkai dalam kata-kata.
Padahal, saat sekarang ini justru begitu banyak kejadian terjadi di sekitarku. Aku bertemu dengan begitu banyak orang, bersinggungan dengan begitu banyak variasi pemikiran, perasaaan yang begitu fluktuatif antara sakit, suka, duka, lelah, kecewa, gelisah, bosan, dan sebagainya. Begitu banyak hikmah yang bertebaran di sekitarku dan semua terlewatkan begitu saja, tak terdokumentasikan dalam benak dan tulisan. Ah, mutiara hidup yang kuabaikan.
Kini, puing-puing hikmah yang berserakan itu satu persatu akan kukumpulkan kembali. Mencoba menjernihkan hati dan melihat setiap hal dari kacamata kebaikan. Mencoba mengeja makna setiap peristiwa dan membingkainya dalam nilai nilai ketuhanan.
Waktunya untuk kembali menuliskan kebenaran lewat kata-kata sederhana yang seringkali tak menggigit. Waktunya menuangkan pikiran yang lebih banyak salahnya, menulis apa yang tak sanggup terucap. Waktunya untuk kembali merefleksikan diri dalam barisan kata-kata. Bukan untuk siapa, tapi untuk diri ini, untuk batin ini.