Pagi hari, setelah subuh, saya sempatkan untuk mengecek timeline dan beranda FB. Biasa, status pagi biasanya berisi ucapan selamat menyambut hari. Lalu ada satu status dari salah satu kerabat tentang ucapan turut berduka cita. Saat itu, saya hanya berucap innalillahi, satu lagi kehidupan dunia terhenti.
Hari lalu berjalan seperti biasanya hingga tiba sore saat kumpul bersantai dengan saudara saudara di teras rumah. Lalu, terdengarlah berita itu. Bahwa berita kematian yang kutau dari status tadi pagi adalah tentang kepergian seorang kerabat yang baru menikah 4 bulan lalu. Derr.. merinding seluruh tubuh. Saya pun baru menikah 4 bulan dan kenyataan itu tentu berat dipikul oleh istri manapun.
Usia pernikahan kami hanya beda 2 minggu.Dan mereka berdua pun belum sempat 4 bulan karena kepergian suaminya adalah seminggu sebelum perayaan itu. Sungguh, aku tak mengenal wanita itu. Aku tak ernah bertemu, tak tau seperti apa dia, tapi kenyataan yang sedang ia jalani, pedih yang sedang ia rasakan, sampai juga ke hati ini.
Berkali kali kupandangi suamiku, lelaki kedua di hidupku, setelah papa. Sering sekali ketakutan itu tiba tiba menghampiri. Saya atau dia yang akan lebih dulu meninggalkan yang lainnya. Saya atau dia, kami tak pernah siap. Yang bisa kami lakukan hanya mempersiapkannya.
Meninggalkan atau ditinggalkan orang yang kita sayang adalah suatu kepastian. Saya yakin itu, suamiku yakin itu. Kami beberapa kali membincangkannya, dan kadang sambil berderai. Tapi begitulah, hanya masalah waktu. Satu sikap kemudian muncul seiring dengan kesadaran itu. Bahwa tak boleh ada pertengkaran atau masalah yang berlarut. Harus kebaikanlah yang selalu dipersembahkan.
Saya tak pernah tau kapan perpisahan itu tiba. Yang saya tahu, ketika itu tiba, tak boleh ada penyesalan karena sedang saling menyakiti. Tak boleh ada penyesalan karena ada masalah yang belum tuntas. Tak boleh ada sesal karena ada perih yang belum terobati. Pastikan perpisahan itu terjadi saat kita dalam keadaan baik, saling menyayangi dan menghargai. Maka masalah sekecil apapun itu, tak boleh berumur lebih dari satu hari, bahkan setengah hari.
Kepada suami istri kita, ayah ibu kita, saudara saudara kita, pastikan hanya kebaikanlah yang kita beri setiap harinya.