Saturday, June 10, 2006

Kisah sebuah syuro (another syuro)

Aku nulis tulisan ini sambil senyum tapi juga merasa bersalah. Bersalah atau apa ya namanya feel like this? Tadi janji syuro sama adek2 yang ngurusi BP Puskomda. Actually, aku bukan anggota tim itu, tapi karena belum selesai transferanku ke mereka untuk nyiapin kerja pendampingan, jadi ya ikut syuro itu nyelesein tugas transfer. Tapi itu masalahnya. Apa karena aku yang paling tua disitu, mereka jadi gak banyak omong ya. kholerisku kumat, dan mereka diam saja. Ikhwan yang seangkatan sama aku yang sebenarnya harus hadir gak datang entah kenapa. Jadinya ya aku dominan banget. Sampe-sampe aku merasa seperti pemimpin syuro alais moderator, begitu mengendalikan forum. Dan parahnya, sepertinya tidak ada “perlawanan” berarti, syuro ini datar banget. Apapun yang kuusulkan langsung diterima. Apa yang kusuruh untuk dikerjain, diiyain. Sempat nyoba untuk diam saja dan membiarkan mereka berkomentar tapi komentar2nya biasa banget dan sama seperti yang ada di pikiranku. Jadinya ya mulus banget syuro itu.
Sepulang syuro, aku mikir :

1.hasil syuro ini memang hasil syuro yang murni ataukah karena mereka merasa tidak punya bargaining position di depanku.

2.Sebenarnya itu ide-ide mereka sendiri atau cari jalan aman biar gak berkonfrontasi sama aku

3.Kayak apa sih imageku di depan adek2 itu?

Tapi, aku salut banget sama mereka bertiga, uri, samsul, lina. Ghiroh mereka tinggi dan feelingku mengatakan mereka adalah ruh barunya KMBI. Lihat uri dan samsul, aku jadi ingat heri dan cholik jaman dulu, kompak banget. Semoga saja mereka bisa jadi tandem yang baik seperti mas-masnya itu. Aku pernah menangis untuk semangat mereka berdua. Saat mereka harus kecapekan membawa nama KMBI di ajang FSDa. Bermain dengan lelah dan bercanda dengan larutnya malam berteman amanah. Aku pernah bahagia karena mereka. Adek-adekku, kutitip KMBI ya.

9 juni 06 ; 10 am
Air mataku meleleh lagi

No comments:

Post a Comment