Friday, January 06, 2012

Memulai Pelayaran yang Berjarak


Sore ini aneh rasanya. Dan saya tau malam ini akan jadi malam paling sulit buat saya. Ini malam untuk pertama kalinya sejak menikah, tidak menemani dan ditemaninya. Resiko jarak jauh sudah diketahui sejak sebelum menikah dan sudah mempersiapkan diri tapi tetap saja terasa berat begitu harus memulai. Saya bahkan sudah merindunya sejak mata yang menatapnya pergi tak lagi mampu menangkap bayangnya.

Sebut saya lebay, sebut saya melankolis, sebut saya cengeng, tapi beginilah nyatanya. Terpisah jarak mil laut membuat hari hari akan berjalan berbeda. Sore ini, tawanya tak lagi tertangkap getar telingaku, senyumnya tak lagi tertangkap retina mataku. Tak ada lagi dia yangmelepas angkuhnya sebagai lelaki dan membantuku di dapur. Yang ketika melihatku kerepotan menyiapkan bumbu sayur, dia akan dengan senang hati menggoreng ikan juga memasak nasi. Lelakiku sungguh luar biasa.

Tapi, siapa yang akan memijat tubuhnya ketika letih mendera? Meski saat aku di sampingnya pun, pijatan itu seringkali dengan lagak setengah hati, sekedar bermanja ingin dibalas dengan dipijit juga. Siapa yang akan menyiapkan air panas untuk mandinya kalau pekerjaan memaksanya pulang malam? Siapa yang akan menyiapkan sarapan sebelum ia pergi? Menyiapkan baju untuk ia kenakan? Meski saya tahu dia bisa mandiri, tapi hati ini sungguh tak tega.

Hari pertama mengantarmu pulang, meninggalkanku sendiri disini adalah hari yang berat, cinta. Mata basah ini tak berhenti dan kau tahu sayang? Tangisan ini adalah tangisan tanpa suara. Aku takut tangisan bersuara akan dicap Allah sebagai ketidakikhlasan dan ketidaksabaranku. Aku takut tangisan bersuaraku akan memberatkan langkahmu. Aku meridhoimu, sayang. Meridhoi jarak yang membentang di hadapan kita ini. Seperti kata kita, kita akan selalu menjaga dalam doa.

Tangan kita tak bisa saling menggenggam, mata kita tak bisa saling beradu, senyum kita tak bisa saling menenangkan, tapi doa kita selalu saling memeluk. Sampai ketemu sayang, sampai ketemu. Tetaplah ikhlas, tetaplah sabar, tetaplah syukur. Penuhi hari hari kita dengan kebajikan agar ridhoNYA selalu memeluk kita.

Cinta, hatimu sudah kupeluk. Kujaga hingga tak ada lagi jiwa di raga.

4 comments:

  1. Wah, entah mau komen bgmn Caca Eby.. hehe. ah..

    ReplyDelete
  2. Nanti Nikah Baru rasakan cinta Sperti yang dialami Caca Eby... :D

    ReplyDelete
  3. mau komen tapi blum punya pengalaman ee :)

    ReplyDelete
  4. @Mike : Betul kata brader anton. Nanti baru rasa sendiri jua ee

    @Semmy : Su pernah pengalaman ambon makassar tu..

    ReplyDelete