Tuesday, November 08, 2005

My wonderful ied

Fifth day of ied. Lebaran yang luar biasa banget untukku. Aku bisa pulang berkumpul dengan keluarga. Ini tidak kuduga karena pada awalnya rencananya aku tidak pulang dan harus merasakan lebaran di surabaya. Aku bisa kumpul dengan seluruh keluargaku. Saking senangnya, baru di hari ke lima ini bisa menuangkan perasaan ajaib ini.
Lebaran ini kita gak perlu pesan kue kering lagi, karena iseng aku coba buat bersama adek bungsuku tersayang.
Kita shalatnya di masjid al-burhan, masjid dekat rumah. Sebenarnya ibu pengen ke masjid raya Alfatah, masjid kebanggaan masyarakat maluku, masjid dimana saat kerusuhan, azzam di setiap pemuda muslim bahwa bangunan apapun boleh runtuh tapi tidak masjid al-fatah. Tapi apa daya, waktu tidak memungkinkan jadinya kita di masjid al-burhan saja.
Ada yang lain di lebaran ini. Satu anggota keluarga intiku tidak ada bersama kami. Adikku tetap lebaran di surabaya karena jadwal kuliah dan ujian dia tepat setelah lebaran. Sedih sih, tapi harus dijalani. Banyak sepupu dan ponakan yang lucu-lucu ke rumah. Setelah itu kita juga rame-rame ke rumah keluarga yang lain. Seru karena aku punya keluarga besar. Bukan cuma besar tapi besar banget. I love them all.
Subhanallah, cintalah yang membuat semua orang berlomba lebih dahulu datang dan memaafkan. Cinta yang membuat barisan laksana bayi tak berdosa saling berjabatan tangan dan memberikan senyum terindahnya. Ya Allah, Engkaulah Sang Maha Pencinta. Cintailah kami.

Lebaran hari kedua kemarin, kita sekeluarga besar ziarah ke makam salah satu bibi. Ini lebaran pertama kami tanpa beliau. Ketujuh anaknya (my cousins) yang sudah terpencar kemana2, hari ini berkumpul di kota ambon atas nama cinta. Hari nketiganya, kami sekeluarga besar itu pulang kampung alias mudik ke desa tercinta, Luhu. Disana, berkumpul seluruh keluarga besar kami yang lain. Disana ada banyak cinta yang tak ingin kulewatkan. Hanya 2 hari disana tapi itu adalah 2 hari yang luar biasa. Kami juga ke makamnya nenek tercinta. Nenek sudah tidak ada, tapi beliau selalu ada di hati kami. Kami sangat mencintai beliau karena dari tangan beliaulah, terbentuk pribadi-pribadi istimewa seperti ibuku dan saudara-saudaranya yang hidup dalam kubangan kasih sayang.

Saat kutulis catatan ini, aku baru saja tiba di kota ambon dari perjalanan pulangku itu. Entah apa tahun depan bisa kuulangi perjalanan ini. Yang kutahu, desa ini sepertinya selalu memanggilku. Cinta yang kurasakan dari orang2 yang ada di sana, dari sejuknya angin yang bertiup di pantai, dari bau cengkih yang kuhirup, dari lembut suara dan tulusnya orang2 yang mendoakanku itu membuatku selalu ingin kembali dan kembali.

No comments:

Post a Comment