Saturday, September 15, 2007

Moga Allah makin sayang

Ramadhan tiba, pengennya ngomong tentang Ramadhan tapi malu. Ilmu dan praktek masih jauh untuk bicara banyak. Hanya tekad untuk mengisi serta memperbaiki diri dan mengajak semua yang membaca blog sederhana ini untuk berbenah, kata Adis, mumpung Setannya lagi dipenjara.

Dari semua sms yang masuk, ada satu yang begitu kuat melekat di hati. Sms dari seorang kawan lama yang sedang mengabdi nun jauh disana.

Mohon dimaafkan segala kesalahan
Selamat ber-Ramadhan
Semoga Allah makin sayang


Sederhana lugas tapi kuat. Apa lagi yang diharapkan selain disayangi oleh Allah? Maka Ramadhan ini, berlombalah agar kita menjadi kesayangan Allah.
Kepada seluruh Saudara, kawan, sahabat, seluruh hamba Allah,

SELAMAT BER-RAMADHAN
SEMOGA ALLAH MAKIN SAYANG

Monday, September 10, 2007

Bijak di balik kesederhanaan

Bismillahirrahmanirrahim....

Judulnya hari ini, bersih-bersih menjelang Ramadhan. Salah satu hasil rapat beberapa malam sebelumnya adalah hari ini Remas bersih-bersih Masjid. Jam 9, dari masjid sudah terdengar alat pemotong rumput beraksi. Berhubung rumah saya di Piru pas depan mesjid jadi bisa liat sikon dulu. Ternyata baru yang pria yang bersih2. Begitu sudah ada beberapa cewek yang datang, barulah saya merapat ke mesjid. Kaca, Lantai, Karpet, Mimbar, semuanya dibersihkan sama anak2. Rumput dipotong. kinclong jadinya Masjid tercinta itu.

Pas istirahat, sejuk banget rasanya duduk di teras masjid sama mereka istirahat sambil makan kacang ijo. Apa pasal? Terharu, saya jelas terharu banget.
Bayangpun, mereka yang datang bersihkan masjid itu benar2 di luar dugaan. Mereka memang sambil merokok, mereka memang datang dengan penampilan yang jauh dari bayangan saya tentang aktivis masjid. Pakai kalung dari rantai putih itu, trus di tangannya banyak gelang. Macem-macem deh pokoknya. Musik yang keluar dari MP3 HP mereka juga dangdutan. Semua memang perlu diubah, tapi mereka mau datang saja, sudah luar biasa buat saya. Di kampus, mungkin mereka yang berpenampilan seperti itu, yang koleksi musiknya kayak gitu, mungkin gak mau muncul di masjid. Jangankan yang berpenampilan begitu, yang berpenampilan baik-baik saja juga susah diajak ke masjid. Yang takut ini-lah, yang males itu-lah.

Tapi disini beda. Mereka datang, mereka gantian bersihin masjid, mereka ngecat pagar masjid. Bahkan, ketika ada pemuda yang profesinya bawa becak lewat depan masjid nganterin penumpang, baliknya dia mampir ke masjid. Becaknya diparkir di depan masjid dan dia turun ikut bantu-bantu motong rumput. Subhanallah...., pemandangan yang asing bagi saya.

Teringat ketika rapat Kamis malam untuk susunan panitia Ramadhan, seorang pemuda mendatangi saya sambil mutar-mutar kunci motornya. Dari model rambutnya, saya pikir dia polisi. Saya yang saat itu sedang berembuk dengan Korwil untuk distribusi anggota ke tiap divisi, menoleh ke arahnya,
"Abang polisi ya?" tanyaku
"Bukan, kenapa?" jawabnya
"Seng, barang abang pung model rambut kayak polisi. Beta kira abang polisi, beta mau kasi masuk abang di divisi keamanan" jelasku
"Seng, beta bukan polisi. Beta tukang ojek. Makanya beta mau tanya beta di divisi mana lalu beta mau pigi ngojek lagi seng bisa ikut rapat sampai selesai" terangnya

Subhanallah, seperti disirami kata-kata yang mencerahkan. Dia masih sempet2in datang ke masjid mencari tahu dia punya amanah apa buat Ramadhan nanti, padahal saat itu dia lagi mencari nafkah.
Malu rasanya diri ini.
Abang becak dan abang ojek, maaf, saya belum sempat tahu siapa nama kalian. Tapi siapa pun kalian, kalian guru saya. Malu rasanya diri ini bertemu kalian yang begitu bijak di balik kesederhanaan. Terimakasih telah memberiku pelajaran indah hari ini.


Sorenya, saya, caca, ca lely dan ca Nakul ke kuburnya Tete Zein, bersih2 disana juga. Lewati kuburan2 itu, saya membayangkan seandainya saya yang ada di bawahnya. Akankah lapang kuburanku, akankah terang kuburanku? Ya Allah, ampuni segala dosa-dosaku, dosa kedua orang tuaku, dosa saudara-saudaraku, dosa hamba-hambaMU yang merinduMU

Saturday, September 08, 2007

Selamat memulai pelayaran

Tiba-tiba aja pengen nelpon teman-teman kuliah. Deni ta' telpon dan dia kasih kabar yang menggembirakan juga menjengkelkan. Berita gembiranya adalah Samsul tanggal 2 kemarin nikah di nganjuk dan Amin insyaAllah akan nikah tanggal 11 besok di Surabaya. Barakallahu lakum....

Berita menjengkelkannya, kenapa saya taunya dari Deni? itu pun saya yang iseng telpon. Walhasil, Samsul ta' telpon. Maunya sih protes gitu, kenapa saya gak diberitahu, minimal sms. Eh, Samsul malah ngasih istrinya, Mia, yang bicara dan Mia minta maaf. Kok jadi sungkan dhewe ya aku? Kata mereka sih, gak ada rencana. Cepat banget. Minggu kemarin lamaran trus nikah deh. Ya, sibuk kali ya. Pas lagi telpon-telponan sama Samsul dan Mia, si Amin sms. Isinya, menanyakan kabar dan posisi di mana?.

Ndilalah, Deni sudah kabari Amin kalo tadi aku protes-protes gak dikabari. Meskipun gak bisa datang, kan kudune tetap dikabari. Amin bilang, sudah kirim undangan ke email. Alasan Amin sederhana, biar ada yang nyiapin sahur dan buka pas Ramadhan nanti. Nice reason.

Amin, Samsul, Selamat berlayar ya. Jadilah kalian nahkoda yang baik. Pernikahan ini barulah titik keberangkatan. Kawal kapal yang kalian pilih itu hingga berakhir di rumah impian terindah, surga, di kampung abadi, akhirat.
Doaku selalu, bro...

Thursday, September 06, 2007

Kawah baru



Saya baru saja pulang rapat Remas. Antara senang dan sedih. Senang karena remaja-remaja disini mau bergabung di Remas tapi juga sedih melihat kondisinya. Inilah kawah candradimuka lain yang harus kuhadapi lepas dari kampus. Masyarakat yang variatif tingkat pendidikan, tingkat penghasilan, tingkat pemahaman, kebiasaan dan hal-hal lainnya.

Rapat Remas modelnya sudah kayak karang taruna. Konsep hijab masih jauh. Ada yang sambil merokok, tertawa terbahak-bahak sudah biasa dalam rapat.
Satu hal yang kusyukuri, mereka mau datang. Itu aja dulu. Mereka mau gabung di Remas, mau duduk dan bicarakan program2 Remas, itu sudah satu langkah awal yang baik. Menandakan bahwa mata, hati dan telinga masih terbuka untuk sebuah perubahan. Iklim yang berbeda yang saya rasakan dengan dakwah di kampus. Tapi inilah dinamika dakwah yang harus saya hadapi. Ini pula satu lagi proses penempaan dalam jalan ini.

Maka, penat-penatlah dalam dakwah. Lelah-lelahlah dalam dakwah. jika amal kita tak cukup sebagai bekal kita, semoga tetes-tetes keringat penat dan bulir-bulir airmata lelah akan menjadi syafaat di akhirat kelak. Aaamiiin