Saturday, January 19, 2008

Manusia Cahaya yang Terluka

Dia terluka, jatuh terhempas
Katanya, seperti jatuh dari gedung berlantai 250
dan dia ada di lantai teratas itu
Begitu tubuhnya sampai tanah,
Gedung itu ambruk menimpa tubuhnya

Maka serupa raganya yang hancur
Jiwanya pun ikut mati
Katanya, ia tak lagi bisa merasakan sakitnya
Katanya, ia tak peduli lagi apa setelah ini
Katanya, ia pasrah
Dan ia bertanya, apakah ia benar?

Bangunan di taman hatinya hancur
Itu sebabnya ia menangis
Tapi ia melihat di depannya ada yang lebih hancur
Lalu kenapa justru orang itu yang menggenggam tangannya mengalirkan kekuatan?
Bukankah orang itu lebih terluka?
Bukankah manusia itu yang bergetar hebat hatinya karena rasa sakit
Lalu, kenapa manusia itu malah mengkhawatirkan perasaannya

Sungguh, manusia itu adalah manusia cahaya
Yang ketegarannya mampu melenyapkan semua gundah, begitu katanya
Dan ia pun bilang : "Saya memang melihat matanya menangis. Tapi saya juga melihat percik cahaya di matanya. Dan percikan itu berujar, "aku akan melanjutkan hidup untuk anak-anakku""

Ia pun meneguhkan hatinya
Ia tak akan membiarkan air matanya jatuh lagi
Manusia cahaya telah mengilhaminya untuk tegar
Manusia itu berkata dengan pandangannya yang lembut
Bahwa dunia tak berhenti berputar

Manusia cahaya itu yang hatinya porak poranda
Maka jika manusia cahaya itu sudah menemukan cara membalut kembali hati,
Ia bilang, ia akan membersamai manusia cahaya itu
Ia bilang, ia tak akan menangis lagi
Agar manusia cahaya itu tak lagi mengkhawatirkan dirinya

Dan aku hanya bisa mendengar semua catatan hati dia dan manusia cahaya itu
Bahuku luas menadah kepala mereka jika ingin bersandar
Telingaku lapang untuk mendengar mereka bertutur
Tanganku tak lelah menyeka air mata mereka

Dan lisanku hanya bisa berucap,
"Allah adalah sumber ketenangan.
Gelarkanlah sajadah, tumpahkanlah semuanya di tiap jengkal sajadah.
Allah akan memeluk aku, dia dan manusia cahaya itu"

5 comments:

  1. Anonymous9:22 AM

    This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  2. *lebih termenung*

    ReplyDelete
  3. Anonymous1:35 AM

    muhasabah yang menyentuh >_<

    ReplyDelete
  4. Anonymous7:51 PM

    "Jika kau Ingin istirahat nanti di Surga", luar biasa kalimat ini...

    ReplyDelete