Sms masuk pas jam 12 malam. Jam segitu biasanya saya malah beraktivitas setelah bangun dari tidur awal waktu. Bunyi sms sempat membuat jengkel dan bergumam "siapa sih tengah malam begini sms, kurang kerjaan". Tapi tak urung, kaki ini melangkah juga mengambil handphone dan ...... Shock, kaget, tak percaya.
"maaf, ganggu. cuma mau kasih tau, baeng yang eby titip novel ayat2 cinta itu baru saja meninggal.
Pemuda itu bernama baeng. Entah siapa nama aslinya, tapi sebulan lalu pertama kali dia bertamu ke rumah untuk suatu urusan, kami mengenalnya dengan nama Baeng. Tak banyak bicara. Pertemuan kedua, masih ketika dia ke rumah menyelesaikan keperluannya itu, kebetulan di rumah saudara2 lagi ngumpul bikin pagar. Maka ikutlah dia maku-maku kayu buat pagar. Masih tanpa bicara. Pertemuan ketiga, adalah ketika di SBB lagi penerimaan guru kontrak. Dia datang lagi ke Piru untuk ikut testnya. Pemuda Baeng tidak tinggal di rumah, dia hanya datang maen karena di rumah, banyak yang tinggal sementara untuk ikut test juga.
Masih tidak banyak bicara, sewaktu pulang, kutitipkan novel ayat-ayat cinta yang mo dipinjam saudara. Kebetulan pemuda Baeng tinggal di tempat Saudara itu. Besoknya dia datang lagi silaturrahim kumpul2 dengan saudara-saudara dan dia sempat mengabari bahwa novel titipan itu sudah sampai sesuai amanah.
Dan berita kepulangannya itu terus terang bikin tubuh saya bergetar sedemikian hebatnya. Dia, pemuda Baeng itu, masih sangat muda. Usianya bahkan di bawah saya. Dalam kesederhanaan pribadi dan mudanya usia, ia telah dijenguk kematian. Lalu saya, apa masih bisa tersenyum dan merasa waktuku masih lama?
Dua hari kemudian, ibunda tercintaku datang ke Piru. Sore ketika baru pulang dari koordinasi kegiatan di Waesala dan Allang Asaude, kedatangan ibu seperti oase bagi kelelahan fisik dan pikiran. Kami kemudian ziarah ke makamnya kakek dari pihak Ibu.
Mengunjungi tempat itu sungguh sebuah perjalanan ruhani yang menyadarkan. Bahwa hari ini kau menjenguk, mungkin besok kau yang dijenguk. Sering, setiap kali aku ke makam kakek, hatiku bertanya, jika waktuku sampai, akankah cucu-cucuku datang membersihkan tempat kecilku? Akankah ada doa yang mereka sampaikan padaku?
Di sebelah makam kakek, ada makam saudara yang kata ibu, meninggalnya bersamaan dengan kakek. Makam itu ukurannya begitu kecil. Kata ibu juga, memang meninggalnya masih sangat kecil. Tak sempat ia berbuat dosa. Ah, sebesar ini, berapa banyak dosa yang harus kutanggung hukumannya nanti?
Waktuku tak lagi banyak. Kematian bisa menjenguk dan membawaku kapan saja.
Ya Allah, jadikan akhirku indah.
Nb : Postingan lama, baru diupload sekarang
Innalillah.....
ReplyDeletemoga amal ibadahnya diterima..