Beta skarang ni mo stori sadiki tentang apa yang ada biking beta hati garu-garu. Beta kira samua ni su selesai. Oke, beta tau balom sepenuhnya selesai tapi paleng kurang ada tado sadiki. Sampe tadi pagi waktu beta bilang mau pulang ka Luhu lewat darat dari Piru, ada yang larang. Dong bilang, kemaren ada kejadian lai. Jang beta bilang lai kejadiannya apa dan dimana karena bukan itu inti yang bikin beta galisah.
Beta cuma mo tanya par dong samua, apa yang bisa katong bikin supaya katong bisa maso kaluar kombali deng bebas. Beta seng mau bicara sejarah, seng mau bicara fakta. Karena beta seng tau dari sejarah yang beta dengar, dari carita dolo dolo yang orang orang bacarita, beta seng tau mana yang benar mana yang salah.Dan kalo pun dapa tau sapa yang benar dan sapa yang salah, lalu mo apa? Yang beta deng katong samua parlu itu kan cuma damai jua basudara eee......
Beta orang Luhu, tapi Iha tu jua beta pung negeri. Kalo tarus bagini jua, beta sedih. Lalu sapa yang sanang par akang? Orang Iha deng Luhu kalo mo ka Piru, musti ka Ambon dolo. Atau pake katinting ka Katapang atau Lokki, kalo mo nekat, musti pake pengawalan brimob. Sioooo, seng siksa diri itu?
Itu saja yang beta pastiu deng akang. Jang katong cari salah deng batul lai. Jang katong inga dolo dolo lai. Katong pikir skarang jua, katong saling butuh, katong saling parlu. Buka diri jua. Baku kasi maaf jua. Jang tunggu satu minta maaf lai, maar sama sama kasi maaf jua. Jang katong baku batahang deng model bagini. Katong sandiri yang susah, bukan orang laeng. Voor basudara basudara yang baca catatan ini, beta yakin katong samua rindu par bale bae-bae ulang. Memang katong seng rasa akang dampak langsung tapi yang rasa langsung tu katong basudara di hena yang akang nama "saki di kuli, rasa di daging".
Bilang par katong orang tatua, katong basudara di hena, jang katong baku tahang gengsi lai, jang baku tahang ego lai. Masa katong mo wariskan dendam, wariskan permusuhan par ana cucu. Gara-gara katong skarang, anana kacil di hena sana seng bisa skola bae-bae, abis itu, beso-beso dong bale musti lanjutkan katong pung baku tar suka ini lai. Katong seng mau bagitu to.
Jadi mari katong bapikir bae-bae jua, katong bisa apa par bikin bae negeri ini deng cara paleng sederhana yang katong bisa. Supaya apa? Supaya samua sanang. Beta cuma rindu bisa pi ka Luhu kombali deng sanang, seng ada was-was. Lalu sampe Luhu, beta bisa pi maeng maeng ka Iha, beta pung negeri lai. Mangente beta pung basudara Waliulu di Iha, basudara Putuhena, basudara Pattiiha, basudara Pikahulan, basudara Samal, basudara Kaisupy, beta pung basudara samua di negeri Iha.
Wednesday, August 25, 2010
Sunday, August 08, 2010
Ahad dan Rindu
Ahad ini aku merindu
Pada gelak tawa mereka
Yang memudahkan hari-hariku
Yang menjadikanku jiwa yang riang
Ahad ini aku merindu
Pada raut senyum mereka
Yang mencerahkan hariku
Yang menjadikanku jiwa yang lembut
Ahad ini
Aku merindu tangis mereka
Saat ada selip khilaf dan upaya renovasinya
Yang mengajarkanku indahnya persaudaraan dalam islam
Yang menjadikanku jiwa penyayang
Saudaraku,
Lingkar cinta itu kurindu dalam setiap detak jantungku
Disini, kumiliki lingkar cinta yang lain
Tapi lingkar bersama kalian
Adalah lingkar yang kurindui setiap masa
Canda kita setiap pekannya
Adalah penawar dari seluruh rutinitas yang kadang penat
Tawa bersama kita
Adalah obat atas segala sakit fisik maupun raga
Kini,
Beda dunia kita jalani
Beda tempat kita diami
Beda lingkar cinta kita selami
Namun aku percaya
Itu tak merubah lingkar yang kita punya
Karena lingkar itu masih ada
Ia hanya melebar
*terkirim ukhuwah dari bumi raja-raja, Ambon Manise*
8 Agustus 2010
^catatan sepulang Dauroh Tarkiyyah^
Pada gelak tawa mereka
Yang memudahkan hari-hariku
Yang menjadikanku jiwa yang riang
Ahad ini aku merindu
Pada raut senyum mereka
Yang mencerahkan hariku
Yang menjadikanku jiwa yang lembut
Ahad ini
Aku merindu tangis mereka
Saat ada selip khilaf dan upaya renovasinya
Yang mengajarkanku indahnya persaudaraan dalam islam
Yang menjadikanku jiwa penyayang
Saudaraku,
Lingkar cinta itu kurindu dalam setiap detak jantungku
Disini, kumiliki lingkar cinta yang lain
Tapi lingkar bersama kalian
Adalah lingkar yang kurindui setiap masa
Canda kita setiap pekannya
Adalah penawar dari seluruh rutinitas yang kadang penat
Tawa bersama kita
Adalah obat atas segala sakit fisik maupun raga
Kini,
Beda dunia kita jalani
Beda tempat kita diami
Beda lingkar cinta kita selami
Namun aku percaya
Itu tak merubah lingkar yang kita punya
Karena lingkar itu masih ada
Ia hanya melebar
*terkirim ukhuwah dari bumi raja-raja, Ambon Manise*
8 Agustus 2010
^catatan sepulang Dauroh Tarkiyyah^
Saturday, August 07, 2010
Hujan dan Senja
Senjaku hujan disini
Bagaimana dengan senjamu?
Jika ia hujan, adakah kau merinduku?
Seperti aku yang merindumu
Sambil mencumbui hujan
Senjaku dingin
Bagaimana senjamu disana?
Jika dingin pula disana, adakah kau mengingatku?
Seperti aku yang mengingat hangatmu
Penawar dinginku disini
Hujan ini centil,kecil dan menggoda
Tapi aku suka
Karena di titik air centil itu
Kukirimkan sebuah nada
Nada yang hanya bisa didengar sang perindu
Nada yang hanya bisa dinikmati sang dirindui
Hujan dan engkau,
Dunia kecilku yang selalu penuh cerita
Engkau dan hujan,
Adalah tawa dan rinduku
~senja yang basah~
7/8/10
Bagaimana dengan senjamu?
Jika ia hujan, adakah kau merinduku?
Seperti aku yang merindumu
Sambil mencumbui hujan
Senjaku dingin
Bagaimana senjamu disana?
Jika dingin pula disana, adakah kau mengingatku?
Seperti aku yang mengingat hangatmu
Penawar dinginku disini
Hujan ini centil,kecil dan menggoda
Tapi aku suka
Karena di titik air centil itu
Kukirimkan sebuah nada
Nada yang hanya bisa didengar sang perindu
Nada yang hanya bisa dinikmati sang dirindui
Hujan dan engkau,
Dunia kecilku yang selalu penuh cerita
Engkau dan hujan,
Adalah tawa dan rinduku
~senja yang basah~
7/8/10
Friday, August 06, 2010
Sajak pagi
Pada semesta raya
Didendangkan segala rupa kata
Menjadi ada dalam rumpun cinta
Menyatu dalam gelak tawa
Tak seberapa memang rupa
Saat semua berpadu di antara jejaring cinta
Tak peduli kemana nyiur itu melambai
Dan pada apa lambaian tertuju
Lihat di batas senja itu
Meski gelap menjelang
Namun emasnya tetap perkasa
Ini dia dalam nyata dan beku meski meragu
Sunyi itu kawan
Bukan disana atau di dia
Tapi ada di sini, di dadamu
Maka putuskanlah untuk mengusirnya
Jangan bersahabat dengannya
Dedaunan luruh hening dalam lembut embun
Tinggal kau pilih, nikmati embun atau terpaku pada daun
Didendangkan segala rupa kata
Menjadi ada dalam rumpun cinta
Menyatu dalam gelak tawa
Tak seberapa memang rupa
Saat semua berpadu di antara jejaring cinta
Tak peduli kemana nyiur itu melambai
Dan pada apa lambaian tertuju
Lihat di batas senja itu
Meski gelap menjelang
Namun emasnya tetap perkasa
Ini dia dalam nyata dan beku meski meragu
Sunyi itu kawan
Bukan disana atau di dia
Tapi ada di sini, di dadamu
Maka putuskanlah untuk mengusirnya
Jangan bersahabat dengannya
Dedaunan luruh hening dalam lembut embun
Tinggal kau pilih, nikmati embun atau terpaku pada daun
Thursday, August 05, 2010
Hidup ini sulit, singkat tapi indah
Pagi ini dengar berita kok semakin banyak yang menyayat hati.
1. Seorang ibu membunuh bayi yang dilahirkan 17 juli lalu, putri ketiganya. Alasan : tidak siap punya anak lagi. Busyet dah, alasan apa pula itu? Kalo gak siap, ya jangan bikin. Kalo gak siap dan tetap mau bikin, liat sikon, lagi (maaf) subur apa tidak.
2. Seorang bayi berumur 1 (satu) hari ditemukan dalam kardus di jembatan. MasyaAllah, apa pula ini? Satu hari usianya sudah dibuang? Dimana nurani seorang ibu membuang anaknya begitu rupa?
3. Seorang ibu mengajak 2 orang anaknya untuk bunuh diri karena sudah tak sanggup membayar hutang 3 juta tiga tahun lalu, yang sekarang jadi 21 juta. Ia mengajak anaknya bunuh diri karena khawatir kalau bunuh diri sendirian, tidak ada yang mengurus anaknya. Astaghfirullah, dimana konsep rezeki di tangan Allah, dimana penghambaan yang bertawakkal dan berusaha?
Siapa yang bilang hidup ini mudah? Hidup tidak mudah, hidup itu sulit. Tapi Allah memberikan kesulitan bukan tanpa menyediakan kemudahan kita menyelesaikan. Bunuh diri, buang anak tidak akan pernah menyelesaikan masalah. Karena lari dari masalah bukan berarti meniadakan masalah, hanya menangguhkan masalah untuk suatu saat tetap harus dihadapi. Menghadapi masalah adalah satu satunya jalan untuk keluar dari masalah tersebut.
Tak ada manusia yang tak punya masalah, tapi begitu pula dengan tak ada manusia yang tak diberi akal dan pikiran. Menghambalah dan berusahalah. Hidup ini sulit, singkat, tapi indah.
Wednesday, August 04, 2010
Hidup ini singkat
Sudah lama tidak berkunjung di blog sendiri. Rasanya berdosa sama blog. Padahal dulu selalu dijenguk setiap hari. Berkali-kali bilang kangen nge-blog tapi selalu saja terulang. hah, dasar geblek.
Kali ini mo bahas apa ya?
oiya, bahas hati dan kehilangan saja deh.
2 minggu yang lalu, teman sekaligus sahabatku kehilangan papanya. sebulan jelang Ramadhan tentu bukan hal yang mudah menerima. Sejak pertama mendengar berita itu, dan hingga saat ini saat jari beradu dengan tuts keyboard pun, perih ini masih terasa. Ditinggalkan orang tua di kala jelang hari-hari dimana keluarga terasa begitu dekat. Saat dimana kebersamaan dengan keluarga adalah hal yang tak bisa digantikan oleh siapapun. Begitulah, takdir kematian yang tak bisa diundur atau dimajukan.
Belum sembuh perih ini, pagi ini kembali dikagetkan oleh berita kepergian. Adik, tetangga lama dalam status fesbuknya mengatakan bahwa ibu mertua dipanggil Allah hari minggu lalu, 10 hari sebelum Ramadhan. ah, kembali berderai. Bisakah kuat menghadapi?
Orang-orang yang kita sayang, bahkan diri kita sendiri bisa pergi kapan saja. tak pernah ada pemberitahuan sebelumnya. Bahkan ketika kita bisa memasuki Ramadhan pun, tak ada jaminan kita bisa sampai di ujung Ramadhan. Tak pernah ada "baik-baik" saja pada sebuah kehilangan. Hanya bagaimana cara kita mempersiapkan diri pada setiap kehilangan yang bisa datang kapan saja.
Ramadhan ini semakin dekat, tapi masih banyak hati yang membenci, yang mendengki, yang marah, yang tak bisa memberi maaf, yang tak mau meminta maaf. Padahal hidup ini singkat, lalu kenapa harus membenci? Sebesar apapun kesalahan seseorang, selalu saja bisa dimaafkan dan diberi kesempatan lagi. Setidaknya berbicaralah dari hati ke hati.
Postingan ini entah tentang kehilangan atau kematian. Yang jelas, ini tentang bagaimana tetap membangun hubungan baik dengan semua orang agar kelak memasuki Ramadhan dengan sempurna, agar kelak ketika orang yang bersinggungan dengan kita dipanggil oleh Allah, atau jika kita sendiri yang dipanggil oleh Allah, tak ada lagi penyesalan tentang kusutnya hubungan sesama manusia.
Berbaikanlah wahai semua.....
Kali ini mo bahas apa ya?
oiya, bahas hati dan kehilangan saja deh.
2 minggu yang lalu, teman sekaligus sahabatku kehilangan papanya. sebulan jelang Ramadhan tentu bukan hal yang mudah menerima. Sejak pertama mendengar berita itu, dan hingga saat ini saat jari beradu dengan tuts keyboard pun, perih ini masih terasa. Ditinggalkan orang tua di kala jelang hari-hari dimana keluarga terasa begitu dekat. Saat dimana kebersamaan dengan keluarga adalah hal yang tak bisa digantikan oleh siapapun. Begitulah, takdir kematian yang tak bisa diundur atau dimajukan.
Belum sembuh perih ini, pagi ini kembali dikagetkan oleh berita kepergian. Adik, tetangga lama dalam status fesbuknya mengatakan bahwa ibu mertua dipanggil Allah hari minggu lalu, 10 hari sebelum Ramadhan. ah, kembali berderai. Bisakah kuat menghadapi?
Orang-orang yang kita sayang, bahkan diri kita sendiri bisa pergi kapan saja. tak pernah ada pemberitahuan sebelumnya. Bahkan ketika kita bisa memasuki Ramadhan pun, tak ada jaminan kita bisa sampai di ujung Ramadhan. Tak pernah ada "baik-baik" saja pada sebuah kehilangan. Hanya bagaimana cara kita mempersiapkan diri pada setiap kehilangan yang bisa datang kapan saja.
Ramadhan ini semakin dekat, tapi masih banyak hati yang membenci, yang mendengki, yang marah, yang tak bisa memberi maaf, yang tak mau meminta maaf. Padahal hidup ini singkat, lalu kenapa harus membenci? Sebesar apapun kesalahan seseorang, selalu saja bisa dimaafkan dan diberi kesempatan lagi. Setidaknya berbicaralah dari hati ke hati.
Postingan ini entah tentang kehilangan atau kematian. Yang jelas, ini tentang bagaimana tetap membangun hubungan baik dengan semua orang agar kelak memasuki Ramadhan dengan sempurna, agar kelak ketika orang yang bersinggungan dengan kita dipanggil oleh Allah, atau jika kita sendiri yang dipanggil oleh Allah, tak ada lagi penyesalan tentang kusutnya hubungan sesama manusia.
Berbaikanlah wahai semua.....
Subscribe to:
Posts (Atom)