Tuesday, March 26, 2013

Bernanah Merindumu

Anakku sayang,
Apa kabarmu disana? Ummi kangen kamu nak. Mata ini masih saja terus berair bila mengingatmu. Hati ini masih saja seperti teriris setiap melihat atau mendengar sesuatu tentang bayi dan kehamilan. Ummi kangen kamu nak.

Sayangku,
Ummi bukan tidak ikhlas melepasmu. Bukan seperti itu sayang, jangan sedih ya. Ummi ikhlas melepasmu, apalagi abi-mu sungguh luar biasa hebatnya menyuntik pikiran postif dalam hati dan ppikiran ummi. Tangisan ummi bukan tangisan penyesalan apalagi ketidakikhlasan. Tangisan itu adalah tangisan rindu. Menyuruh ummi berhenti menangis sama saja menyuruh ummi berhenti merindumu. Tidak mungkin, sayang

Kadang ummi bertanya tanya, kenapa kau tak mau berlama lama di perut ummi, lalu ummi lahirkan lalu kita saling membalas senyum. Tapi, ummi tahu kamu tak bisa menjawabnya karena hanya Allah-lah yang tau kenapa kita tak bisa saling membalas senyum dan saling memeluk. Ummi kangen, nak..

Anakku,
Boleh ummi cerita sedikit tentang hari hari ummi tanpamu? Redup rasanya nak. Tapi kau tahu, abi-mu lah pelitanya. Abi-mu lah yang menjadi malaikat dalam hidup ummi. Menjadi pria yang sungguh luar biasa mendampingi ummi. Ummi bangga telah memilih lelaki hebat untuk menjadi ayah dari anak anak ummi kelak, insyaAllah.

Nak,
Ummi tahu, kepergianmu menyisakan sakit dan sesak di hati abi-mu. Tapi ia tak pernah menunjukkannya. Berjam jam setelah mengetahui pergi-mu, ummi yang entah sudah berapa liter airmata yang tumpah, tak melihat air yang sama di wajah abi. Abi berusaha menahan sedihnya di depan ummi. Hingga akhirnya, ummi mendengar air mata pertama abi untukmu tumpah di atas sajadah saat sujudnya. Abi-mu memilih Allah sebagai pendengar tangisan pertamanya. Abi-mu berhasil dampingi ummi melewati saat saat kamu harus ummi lahirkan dengan penuh sabar, tidak tidur tapi juga tidak mengeluh. Betapa hebatnya abi-mu nak.

Sayangku,
Kami berdua merindumu. Setiap hari kami mengunjungi makammu dengan senyum. Kami tak ingin kau melihat kami berderai air mata lagi. Karena kamu sudah senang di sana kan nak? Tak ada alasan kami bersedih disini. Kamu lebih bahagia disana kan? Berlarian di taman surga. Bercanda dengan malaikat malaikat kecil lainnya. Ah, indah sekali. Tunggu kami ya nak. Semoga ummi dan abi bisa mengumpulkan bekal yang buuuuaaaaanyak sekali supaya bisa berkumpul bersamamu di surga.

6 comments:

  1. Kesedihan, kerinduan yang sama telah kurasakan 20 tahun yang lalu adikku aku juga harus kehilangan anak pertama yang telah sembilan bulan dalam rahimku hanya 2 hari setelah aku lahirkan tanpa aku sempat mendekap atau memeluknya. Allah lebih menyayangi dia rupanya ....ada keyakinan yang harus terus kita kuatkan dalam hati kita apapun yang menimpa kita itu yang terbaik menurut Allah disitulah letak sabar & syukur kita dan semoga kelak kita dipertemukan dengan anak kita dalam kondisi nafsul mutmainnah amiin....memelukmu dari jauh

    ReplyDelete
  2. Turut berduka. Semoga segera ada penggantinya ya, Ebi :)

    ReplyDelete
  3. Semoga segera dikaruniai momongan lagi ya, Bun :-)

    ReplyDelete
  4. boleh aku share posting di blogku ebi?? supaya aku bisa ikut merasakan betapa rindumu sungguh luar biasa, saudaraku...

    ReplyDelete
  5. @bunda : ujian kesabaran yang sangat berat ya bun. Tp Allah takkan menguji di luar batas kemampuan hambaNya. Jazakillah khoir,bunda

    @bunda leyla : aamiin aamiin. Trimakasih bunda, sudah didoakan. Semoga Allah mengabulkan

    ReplyDelete
  6. @opa brad : dangke opa.. Aamiin aamiin

    @my Nha : tafadhol ukhti cantik. Trimakasih tlh ikut menguatkanku

    ReplyDelete