Saturday, March 30, 2013

Abang, bukan Kakak


Assalamu’alaikum sayang..

Ummi menyapamu lagi. Mau sampaikan pesan abi nih. Abi minta ganti sapaan lagi dari kakak menjadi abang. Abang Zain seperti nama yang diberikan oma. Muhammad Zain Sabban.

Abang…
Abi lagi keluar ada urusan. Ummi sendiri di rumah. Semakin bikin ummi kangen kamu nak. Abang jangan bosan ya dikangenin sama ummi. Ummi masih sering nangis ingat abang. Orang orang suruh ummi berhenti, suruh ummi sabar. Apa kalo sabar itu berarti gak boleh nangis? Ummi bukan cengeng, tapi hati ummi yang mendesak mata ini berair lagi. Ummi gak mau sedih tapi hati ummi masih sering sesak mengingatmu. Abang bagian dari hidup ummi, bagian dari jiwa ummi. Gak mungkin ummi dengan gampangnya melupakan abang. Ummi belum sholat nak, masih dalam masa nifas jadi belum bisa bertemu denganmu dalam sujud. Tapi ummi terus mendoakanmu, mendoakan ummi dan abi juga supaya lebih kuat.

Oiya bang, baru saja kakak Naya, kakak sepupumu yang bulan depan berumur 3 tahun, ditanya tentang keberadaan abang dan kakak Naya jawab, “Adek sudah sama Abah”. Abahnya kakak Naya juga sudah dipanggil Allah, sama seperti abang. Abang sudah ketemu belum? Namanya abah Ardi. Kalau abang ketemu, sampaikan salam kami ya. Kakak Naya, Ummi Naya, juga Bunda Naya (ummi-mu ini) rindu sama Abah Ardi.

Abang, sudah dulu ya. Abi sudah pulang. Ummi dan Abi mau makan dulu. Love you

Apa Kabarmu Kakak...

Assalamu’alaikum sayang. Apa kabarmu nak?
Ah…. Maafkan ummi ya. Ummi tak pandai merangkai kata pembuka selain apa kabar. Padahal ummi tahu kabarmu baik dan bahagia. Siapa sih yang tidak bahagia di surga? Harusnya yang ummi khawatirkan adalah kabar ummi dan abi. Apakah kami akan tetap baik baik saja menghadapi dan menjalani kehidupan dunia yang penuh fitnah ini.

Anakku…
Ummi punya panggilan baru lho untuk kamu. Waktu kamu masih ada di perut ummi, kami sering menyapamu dengan adek. Sesekali ummi protes minta kamu dipanggel kakak, tapi memang lebih sering kami mengajakmu bicara dengan panggilan adek. Sekarang sapaanmu jadi kakak ya nak. Seperti harapan ummi dan abi, Allah mempercayakan lagi amanahNYA kepada kami dan kamu jadi kakak dari adek-adek kamu nanti, insyaAllah. Ummi dan abi minta itu kepada Allah. Kakak bantu minta juga ya ke Allah

Kakak..
Semalam ummi dan abi duduk di teras depan, sambil memandang makammu dan bercerita lagi tentangmu. Masih dengan tangis, tapi insyaAllah itu tangis bahagia karena kamu sudah sangat bahagia disana. Kami mencari cari kebaikan yang Allah selipkan dari kepergianmu dan kau tau nak, banyak sekali kemungkinan kebaikan itu. Kepergianmu adalah pelajaran bagi kami untuk terus dan terus memperbaiki diri, memantaskan diri menjadi orang tua yang hebat nantinya.

Sayang…
Terkadang sepi memeluk ummi ketika ummi mengingatmu. Tak mudah bagi ummi untuk hanya sekali melihatmu secara nyata. Tapi tentu saja lebih tak mudah bagi Abi yang harus menggali tanah pemakamanmu dan menidurkanmu disana. Impian kami, anak anak kamilah yang akan menguburkan kami, bukan sebaliknya. Tapi rencana Allah selalu lebih indah dari rencana dan keinginan manusia.

Apalagi ya nak?
Ummi kelu berkata kata. Kamu seperti berlari lari di kepala ummi. Kamu dan hanya kamu yang ummi ingat di setiap detak jantung. Ummi kangen nak. Baek baek disana. Kalau sempat, datang ke mimpi ummi ya sayang. Maafkan ummi dan abi yang tak bisa menjagamu sehingga Allah memilih menjagamu dengan penjagaan terbaikNYA.

Tidurlah sayang, yang indah. Doakan kami jadi manusia yang baik, yang diridhoi Allah untuk masuk ke surgaNYA lalu kita ketemu disana.

We love you, kakak….

Tuesday, March 26, 2013

Bernanah Merindumu

Anakku sayang,
Apa kabarmu disana? Ummi kangen kamu nak. Mata ini masih saja terus berair bila mengingatmu. Hati ini masih saja seperti teriris setiap melihat atau mendengar sesuatu tentang bayi dan kehamilan. Ummi kangen kamu nak.

Sayangku,
Ummi bukan tidak ikhlas melepasmu. Bukan seperti itu sayang, jangan sedih ya. Ummi ikhlas melepasmu, apalagi abi-mu sungguh luar biasa hebatnya menyuntik pikiran postif dalam hati dan ppikiran ummi. Tangisan ummi bukan tangisan penyesalan apalagi ketidakikhlasan. Tangisan itu adalah tangisan rindu. Menyuruh ummi berhenti menangis sama saja menyuruh ummi berhenti merindumu. Tidak mungkin, sayang

Kadang ummi bertanya tanya, kenapa kau tak mau berlama lama di perut ummi, lalu ummi lahirkan lalu kita saling membalas senyum. Tapi, ummi tahu kamu tak bisa menjawabnya karena hanya Allah-lah yang tau kenapa kita tak bisa saling membalas senyum dan saling memeluk. Ummi kangen, nak..

Anakku,
Boleh ummi cerita sedikit tentang hari hari ummi tanpamu? Redup rasanya nak. Tapi kau tahu, abi-mu lah pelitanya. Abi-mu lah yang menjadi malaikat dalam hidup ummi. Menjadi pria yang sungguh luar biasa mendampingi ummi. Ummi bangga telah memilih lelaki hebat untuk menjadi ayah dari anak anak ummi kelak, insyaAllah.

Nak,
Ummi tahu, kepergianmu menyisakan sakit dan sesak di hati abi-mu. Tapi ia tak pernah menunjukkannya. Berjam jam setelah mengetahui pergi-mu, ummi yang entah sudah berapa liter airmata yang tumpah, tak melihat air yang sama di wajah abi. Abi berusaha menahan sedihnya di depan ummi. Hingga akhirnya, ummi mendengar air mata pertama abi untukmu tumpah di atas sajadah saat sujudnya. Abi-mu memilih Allah sebagai pendengar tangisan pertamanya. Abi-mu berhasil dampingi ummi melewati saat saat kamu harus ummi lahirkan dengan penuh sabar, tidak tidur tapi juga tidak mengeluh. Betapa hebatnya abi-mu nak.

Sayangku,
Kami berdua merindumu. Setiap hari kami mengunjungi makammu dengan senyum. Kami tak ingin kau melihat kami berderai air mata lagi. Karena kamu sudah senang di sana kan nak? Tak ada alasan kami bersedih disini. Kamu lebih bahagia disana kan? Berlarian di taman surga. Bercanda dengan malaikat malaikat kecil lainnya. Ah, indah sekali. Tunggu kami ya nak. Semoga ummi dan abi bisa mengumpulkan bekal yang buuuuaaaaanyak sekali supaya bisa berkumpul bersamamu di surga.