Kehilangan orang-orang yang kita cintai dalam sekejap pastilah terasa sangat menyakitkan. Ketika beberapa jam sebelumnya, kita masih bisa menikmati tawa riang anak-anak kita.bocah-bocah lucu yang pada dirinya telah tertanam sejuta harapan untuknya dalam benak kita. Putra-putri yang padanyalah hidup kita terarah. Lalu tiba-tiba dalam hitungan menit, ia pergi dan tak akan kembali. Dengan cara yang tak biasa pula.
Lalu, apa pula rasaya ketika kita baru saja menikmati senyuman tulus pasangan kita. Melihat riang di matanya dan terpana kagum melihatya ceria menggendong buah cinta. Masih sempat bercerita tentang mimpi-mimpi yang ingin kita rajut bersama. Lalu selang beberapa saat kemudian, pasangan hidup kita mengalami musibah dan harus terbaring lemah di Rumah Sakit tanpa tahu kapan bisa keluar.
Aku memang belum punya pasangan, apatah lagi punya anak. Tapi kecamuk yang dirasakan oleh senior di kantor kini, jelas ikut menusuk batin terdalamku. Kecelakaan mobil Piru – Ambon seminggu lalu jelas menyisakan kekosongan yang mendalam di runag hati. Kehilangan dua orang anak seketika setelah sejam yang lalu masih bersama di feri sungguh sesuatu yang tak ada seorang pun bisa membayangkan. Dan pikirannya kini tercurah pada kondisi kesehatan sang istri sambil berusaha menyembunyikan kepedihan kehilangan anak di depan istrinya itu.
Anak-anak itu, masih begitu muda. 4 dan 5 tahun. Ada begitu banyak keinginan yang ingin diwujudkan orang tua mereka kelak kalau mereka besar nanti. 4 dan 5 tahun, masih banyak kelucuan-kelucuan yang bisa tercipta mewarnai har-hari indah di rumah. Ah, tak bisa kubayangkan.
Begitulah ketika takdir telah berbicara. Manusia memang tetap harus berhati-hati, berikhtiar mengusahakan yang terbaik. Namun di saat yang sama, manusia juga harus bisa menerima setiap ketentuan yang digariskan kepadaNya. Karena apapun yang terjadi, itu dengann ijinNya. Keihklasan dalam menerima takdir Allah yang berlaku pada kita, insyaAllah bisa membantu kita lebih cepat sembuh dari luka karena kita yakin seperti apapun keras dan sedihnya hidup ini, itu berjalan dengan kasih sayangNya.
Aku mencoba memaknai peristiwa ini sebagai sebuah peringatan dari Allah untuk semakin dekat denganNYa karena kita tidak tahu dalam kondisi apa kita saat kita dipanggil olehNya. Apakah dalam keadaan beriman atau tidak. Sebuah pelajaran juga bahwa kita sebenarnya tidak memiliki apa yang kita pikir kita miliki. Orang-orang yang kita sayang, sahabat-sahabat kita, keluarga kita, anak kita, teman kita, bahkan diri kita adalah kepunyaanNYa. Dan ketika Yang Memiliki mengambil kembali apa yang dititipkan ke kita, bolehkah kita protes? Apa hak kita untuk protes? Bukankah kita hanya dititipi?
Allah, jagalah diriku dan seluruh saudara-saudaraku dengan penjagaanMu yang tiada apa bisa menandingi. Tetapkanlah kami dalam keistiqomahan di jalanMu dan hiasi sayap kami dengan indahnya akhlak karena mencintaiMu.
Jangan pernah menggantungkan sesuatupun kepada orang lain, meskipun itu kepada orang yang paling kita cintai sekalipun, karena jika menggantungkan susuatu kepada selain Allah kita harus siap-siap kecewa. Allah as-Shomad.. Allahusshomad..
ReplyDelete