Monday, July 13, 2009

Ambon Kita

Senja tadi, saya dikejutkan oleh hp yang berdering dari teman STM. Lebih terkejut lagi ketika dia meminta saya menebak sedang dimana dia sekarang. Pertanyaan yang tak biasa itu gampang sekali ditebak jawabannya. Kira-kira begini percakapan kami :

Teman (T) : Eby, tebak ko dimana ka skarang?
Saya (S) : Di Ambon ko mi?
T : Iyo, di Ambon ka dari kemaren. Tapi sa di Waiheru, baru ka ini ke Ambon.Skarang sa lagi di Pasar Mardika
S : Serius ko mi?
T : Serius ka. Sa lagi dikotamu yang jorok dan sempit

Seterusnya, itu percakapan biasa sesama teman. Kali ini saya pengen kita sama-sama menyimak kesan salah seorang yang baru menginjakkan kakinya ke kota kita yang berjulukan Manise ini.

Sempit dan Jorok.

Kesan ini bisa ditanggapi macam-macam, bisa sinis, bisa koreksi ataupun cuek beybeh. Mungkin pula kesan sempit karena dia mendapatkan kemacetan di Mardika yang nyaris tak pernah berhenti. Pun Jorok ia dapatkan karena sedang berada di Mardika yang memang jorok, begitulah kenyataannya. Agak tak fair memang, jika dengan melihat sudut Mardika lalu mengambil simpulan bahwa Ambon Sempit dan Jorok. Tapi kita juga gak bisa kan memaksa turis lokal untuk mengelilingi kota Ambon berbulan-bulan supaya mereka bisa pulang dan bilang Ambon itu indah, Ambon itu bersih, atau kesan-kesan baik lainnya.

Pasar Mardika, 15 sampai 12 tahun lalu saat masih SMP, sepertinya tidak sekacau sekarang. Mobil umum punya tempat antriannya masing-masing, pedagang punya lahan sendiri tanpa perlu mengambil lahan terminal. Laut yang dulunya menjadi view menarik dari terminal sekarang tergantikan dengan sampah-sampah yang tentu tak bisa dikatakan menarik. Bukankah seharusnya semakin hari, semakin tahun, pembangunan serta keteraturan kota semakin baik?

Kita boleh bangga dengan pantai-pantai kita yang saking banyaknya kita sendiri tidak menghafalnya, dan saya haqqul yaqin tak ada seorang pun anak Maluku yang sudah mendatangi seluruh, sekali lagi, seluruh tempat-tempat indah di Maluku yang tentu dimiliki setiap desa. Kebanggaan itu mau kita jual ke luar? Silahkan saja. Namun jika untuk ke tempat-tempat yang membanggakan itu, harus melewati jorok dan sempitnya Mardika atau sudut-sudut lain yang tak bisa dibilang bersih, apa jawaban kita jika ditanya? Menyalahkan pemerintah? Atau menyayangkan kesadaran masyarakat?

Jawab pakai hati, nyamankah kita tinggal di Ambon? Saya sendiri merasa belum saatnya menjawab iya untuk pertanyaan itu. Karena Mardika adalah tempat yang saya lewati setiap hari jika saya sedang berada di Ambon, dan kemacetan serta suasananya sangat tidak me-nyaman-kan. Bukankah pasar tradisional tidak harus sama dengan kumuh?

Anda ??????????????????

Waimeteng, 13 Juli 2009

2 comments:

  1. Anonymous6:36 PM

    liat got yang mampet bikin bau, sampah dimana2, parkir sembarangan, semrawut dll... ambon... ambon...

    ReplyDelete
  2. sebenarnya di setiap kota pasti ada sudut2 yang gak sedap dipandang mata. bukan ambon saja. dont know what to do

    ReplyDelete