Monday, February 26, 2007

Mari Lebih Bijak Menjaga Belanga

Bismillah...
Beberapa hari yang lalu saya sedikit "diomeli" lantaran saya bilang mau ke rumahnya seorang kenalan. Dalam sedikit "omelan" itu, barulah saya tau bahwa saya dilarang (baca:dianjurkan tidak alias gak seberapa suka) ke situ karena ada satu sikap dari ortu kenalan saya yang gak disuka sama saudara yang mengomeli saya. Nah, ribet kan?

Itu masalahnya. Keribetan yang gak penting. Siapa yang bermasalah, siapa yang harus ikut kena getah? Masak lantaran ortu kenalan ada sedikit salah sama saudara dari orang yang juga mengenal saya, saya lantas harus ikut-ikutan tidak kontak. Aduh, itu kan gak penting banget,BANGET.

Apalagi, dari cerita yang saya dengar, itu bisa saja hanya salah paham. Ortu kenalan saya pasti punya alasan mengapa bersikap seperti itu dan ternyata selama ini belkum ada komunikasi untuk mencaritahu mengapa ortu kenalan itu bersikap begitu. Trus, atas dasar apa saudara yang mengomeli saya itu merasa anggapannya yang benar dan ortu kenalan saya salah tanpa pernah bertanya mengapa?
Kalaupun memang salah, trus apa juga hubungannya dengan saya?
Apalagi keperluan saya adalah dengan kenalan saya itu. Kalaupun saya perlu sama ortunya pun, saya kira its not a big deal. Toh, ortunya selama ini baik-baik saja ke saya.

Terlepas dari apapun permasalahannya, kenalan saya itu beserta keluarganya sudah sangat saya sayangi. Mereka buat saya orang-orang yang luar biasa. Saya belajar banyak tentang kesederhanaan, kekeluargaan dan yang terpenting dari semua, saya belajar tentang KETULUSAN.
Jujur, mereka-lah orang2 yang membuat saya percaya bahwa masih ada orang yang bersikap baik tanpa pamrih di dunia ini. Saya sudah tau dan berhubungan dengan banyak karakter. Ada tipe penjilat, ada tipe bermuka dua, ada tipe baik tapi pamrih, ada tipe baik tapi selalu mengungkit kebaikannya, dan mereka adalah tipe yang lain. Benar2 tulus. Itu sangat bisa saya rasakan dari setiap tindakan mereka ke saya dan itu pula yang membuat saya begitu nyaman jika berada di keluarga mereka karena saya tahu apa yang mereka lakukan adalah dari hati.

Kalaupun memang pada akhirnya ortu kenalan saya itu yang salah, saya kira tidak akan merubah apapun. Bagaimana mungkin kesalahan itu bisa membuat saya lupa kebaikan-kebaikan yang sudah mereka berikan pada saya. Bahkan jika mereka buat kesalahan pada saya pun, kebaikan mereka tetaplah memiliki timbangan yang lebih berat.

Juga ketika saya dikomentari masalah kedekatan saya dengan seorang sepupu. Selama ini baik2 saja dan kedekatan saya mulai dikomentari karena sepupu saya itu sempat punya sedikit mau yang cara penyampaiannya terkesan tidak sopan pada saudara2 saya yang lain. Oke, memang saya akui tidak sopan. Tapi kalua karena itu saya gak boleh dekat, ya maaf saja. Saya gak mungkin bisa lupa kebaikan dia selama kami sama2 di Surabaya. Dia gak makan sebelum saya makan. Dia gak tidur sebelum saya tidur. Dia juga memmastikan bahwa saya baik2 saja. Dia sudah begitu banyak membantu saya supaya tetap merasa nyaman dan bahagia di rantau. Trus, kalo sekarang dia buat sedikit salah, kenapa gak ada maaf? Lupakah kalian dengan sikapnya yang selalu menuruti apapun yang kalian perintahkan? Masa sih kalian lupa? Toh, dia juga manusia.

Lagi, saya dilarang gak boleh berteman dengan teman saya karena dia sudah berlaku kurang ajar pada orang tuanya. Oke, saya gak tau seperti apa bentuk kekurangajarannya itu. Tapi, seperti apapun bentuknya, saya tetap tidak bisa bilang dia benar kalau namanya sudah kurang ajar pada orang tua.
Permasalahannya adalah mengapa saya jadi dilarang berteman dengan dia? Berteman dengan dia insyaAllah tidak akan membuat saya kurang ajar juga kepada orang tua saya.

Dia punya satu kebaikan yang tak pernah bisa saya lupa dalam hidup saya. Semasa saya sekolah di Makassar dulu, saya pernah jatuh sakit dan harus diopname. Dialah yang menemani saya selama di rumah sakit. 24 jam dia menemani saya. Dia tidak meninggalkan kamar selain untuk ambil baju ganti saya dan mengurus askes saya. Dia tidur malam bersama saya di lantai rumah sakit. Dia bahkan tidak kuliah selama saya berada di rumah sakit.
Selain itu, kami juga sama2 menghadapi berbagai masalah selama kami di perantauan makassar. Kami tertawa dan menangis bersama. Dia begitu punya arti buat saya. Dan kalau sekarang dia buat satu kesalahan, itupun bukan pada saya, tidak mungkin saya tidak berteman lagi dengan dia.

Ini satu hal yang tidak saya sukai. Kita begitu cepat lupa akan kebaikan2 orang lain setelah ia buat satu saja kesalahan. Tolong mengertilah. Lihatlah sesuatu secara total. Ketika seseorang berbuat salah, cukup perbaiki di situ, jangan merembet kemana2. Jangan sampai membuat kalian lupa bahwa sebelum satu kesalahan itu, sudah ada banyak kebaikan yang tercipta.

Memang karena nila setitik bisa rusak susu sebelanga. Tapi, tidak semua hal bisa dianggap sebagai nila. dan kalaupun itu nila untuk kalian, jangan jadikan itu nila juga untuk saya. Karena belanga saya masih sangat bersih. Mereka tidak pernah meneteskan nila di belanga kenangan saya bersama mereka.

No comments:

Post a Comment