Bismillah.
Seminggu yang lalu, saya pulang ke rumah. Rasanya campur-campur. Ada senang bisa kumpul lagi sama keluarga, ada sedih juga karena meningalkan kenangan. Tiba-tiba saja seperti memutar kaset seminggu sebelum kepulangan. Betapa orang-orang yang selama ini memberi warna dalam hidup saya selama di Surabaya, silih berganti menemui. Ada yang bawa surat, ada yang bawa hadiah, ada yang bawa surat dan hadiah, tapi yang pasti, semua membawa tangis.
Saat harus menatap mereka di bandara, rasanya seperti ada yang tertinggal. Momen ketika harus melihat mereka for the last dan gak tau kapan bisa ketemu lagi. Bahkan ketika saya sudah di pintu masuk, tasku ditarik oleh seseorang yang memelukku erat dan seorang adik lagi yang minta memeluk sambil bilang "Mbak, sebentar ya mbak. Aku cuma pengen meluk mbak erat-erat. Kasi kesempatan ya Mbak"
Di pesawat, Mbak Ratih bilang "Ini judulnya MENINGGALKAN KENANGAN, MENJEMPUT MASA DEPAN".
Ya, ini perjalanan pulang menyambut masa depan. Tanpa menafikkan masa lalu, tapi masa depan adalah sesuatu yang harus diusahakan sebaik-baiknya. Masa lalu, kenangan adalah modal, adalah pijakan untuk melayang lebih tinggi.
Dan setelah seminggu disini, belum ada yang kuperbuat. Aku terlalu sibuk menikmati ada di dekat orang tua. Setiap hari, membaca surat-surat cinta dari saudara-saudaraku disana, mencoba mengunjungi mereka satu persatu di ruang hatiku. Dan cukup, seminggu sudah cukup.
Besok, aku akan memulaisebuah pengembaraan, mengusahakan sebuah masa depan, mengusahakan sebuah awal menuju proses pembuktian, pembaktian serta pengabdian kepada Allah dan kepada kedua orang tuaku.
May GOD bless me in every step of mine.
No comments:
Post a Comment