Monday, June 18, 2007

Di tangan, bukan di hati

Minggu-minggu terakhir adalah minggu yang menegangkan di lingkungan tempat kerja saya. Disiplin tiba-tiba saja jadi topik menarik di setiap ruang. Lepas dari kantor pun begitu. Di warung saat istirahat makan siang, di perjalanan pulang, bahkan saat bertamu malam-malam pun, orang2 ramai membicarakan soal kedisiplinan yang lagi galak-galaknya diterapkan. Sayangnya, begitu banyak suara tentang itu. Masing2 dengan pendapatnya. Ada yang bilang gak mesti kayak gitu-lah, ada yang bilang itu cuma sementara aja, ada yang pro, ada juga yang apatis. Tak tahulah saya. Saya di pihak yang tidak mau berkomentar. Saya tidak dirugikan dengan peraturan yang memang agak menyusahkan. Tapi saya pikir, dengan ngomel2 gak suka atau kencang bilang suka juga kayaknya gak ada efeknya.

Ada hal lain yang lebih penting di balik itu. Bahwa seperti apapun gebrakan yang ingin dibuat, haruslah tetap punya timbang rasa dengan orang lain. Saya salut dengan Pak W. Bagaimanapun, ia di pihak yang didzholimi. Dilihat dari kacamata manapun, kacamata siapapun, Pak W didzholimi. Tapi coba liat bagaimana Pak W sekarang. Ia tak pernah kehilangan senyumnya. Ia tak pernah terlihat bersedih.

Teman2 yang seruangan sama Pak W cerita kalo Pak W pernah keluar dari ruangannya, gabung sama para staf dan bilang "Ternyata enak juga ya duduk-duduk seperti kalian". Tetangga Pak W juga cerita kalo di rumah Pak W terlihat lebih santai, beliau tidur lebih nyenyak, tidak seperti dulu.
Salut saya makin tambah, ketika kedzholiman itu ia terima di depan seluruh staf-nya. Ia masih bisa tersenyum. Ia masih sempat berkelakar usai itu. Bahkan sempat mengerjai salah satu temannya.

Sungguh, pribadi yang luar biasa. Pribadi yang meletakkan kekuasaan di tangan bukan di hati. Sehingga ketika tidak ada, semuanya baik2 saja. Hatinya tetap tenang, tak ada perubahan bahkan masih menunjukkan dedikasi yang luar biasa pada tugasnya.

Tak heran bila pak T pernah bilang "Saya dari dulu suka sama Pak W. Orangnya tenang, gak macam-macam"
Pak, saya perlu belajar banyak nih kayaknya...

No comments:

Post a Comment