Bismillahirrahmanirrahim....
Berada di antara dua pihak yang berseteru, dan dua-duanya adalah orang yang kau sayang, adalah hal yang tentu tak pernah kau inginkan. Sementara kau punya prinsip bahwa kesalahan pun pasti ada alasannya, dan perlu didengar sebelum menghakimi. Situasi yang sangat tidak menyenangkan kala kau tahu seseorang di dekatmu terluka, jatuh, terhempas dan kau tak bisa apa-apa. Saking bingungnya, kau malah memilih untuk diam dan berpura-pura tidak tahu. Lama kelamaan kau akan sadar bahwa kau salah dengan diam. Salah besar ketika kau memilih menjauh dan membiarkan kehancuran sedikit demi sedikit tercipta tanpa ada sedikitpun usaha mencegahnya.
Menjemukan, ingin berlari tapi tak bisa. Ingin tinggal tapi tak kuat. Hingga air mata yang kau lihat membuatmu merasa bahwa paling tidak ada telinga yang bisa kau berikan untuk mendengarnya menumpahkan kata demi kata. mengeja setiap bulir air mata yang kau lihat dan tak kuasa ingin merengkuh dalam peluk.
Saat itu pula kau sadar, kau telah kehilangan satu cahaya. Sesuatu yang tadinya bintang kini berganti debu. Harapmu tentang sebuah figur luluh lantak terinjak kepingan hati yang terurai burai pecah tak bersisa. Padahal jalanmu masih panjang, tapi tongkatmu tinggal satu. Terpincang-pincang kau kini dengan satu tekad, cahaya yang tersisa ini tak akan kau biarkan redup apalagi padam.
Kebanggaan musnah berganti hina
Bintang itu kini telah menjadi debu
Cahaya hilang, redup kemudian padam
Satu cahaya yang tersisa,
Tak akan kau biarkan mati
Biarlah kini ia melemah
Tapi ia kuat, tegar
Dan ia tak akan padam
Selama kau ada, selama kau menjadi bahan bakarnya
Sebuah cahaya yang tersisa
Kini kau genggam erat
Erat.....
No comments:
Post a Comment