Bismillah....
Biasanya buku baru yang dibaca gak pernah lebih dari satu hari. Tapi karena lagi banyak kerjaan maka terlantarlah buku Laskar Pelangi-nya Andrea Hirata, padahal hati sudah garuk-garuk pengen baca.
Walhasil setelah 7 hari membaca di sela-sela waktu senggang, selesailah juga buku keren ini saya baca, berenti di titik tujuh lewat lima belas menit pagi.
Kehilangan kata-kata gambarkan buku ini. Keren, bagus, mendidik, inspiring. Memang sih, banyak sekali metafora dan deskripsi yang imajinatif yang mungkin bagi sebagian orang terkesan berlebihan dan susah. Tapi mungkin disitulah daya tariknya. Seperti ketika Andrea mengumpamakan Ibu Muslimah seperti sekuntum Crinum Giganteum yang mekar dan posturnya jangkung persis tangkai bunga itu. Atau ketika ia mengibaratkan Lintang seperti Pilea, bunga meriam, yang jika butiran air jatuh di atas daunnya, ia melontarkan tepung sari, semarak, spontan, mekar dan penuh daya hidup. Deskripsi itu cukup jelas menggambarkan sosok Lintang dalam imajinasi saya.
Dan hingga pada akhir cerita, Ibu Mus dan Lintang yang jadi tokoh favorit saya. Karakter yang kuat, penuh percaya diri. Ibu Muslimah dengan dedikasinya yang tinggi, pengabdian dari hati. Benar2 luar biasa buat saya. Di zaman yang kayak gini, masih adakah yang seperti Ibu Mus dengan dedikasi setinggi itu puluh tahun lalu. Beliau berjuang dengan percaya bahwa setiap anak punya sesuatu yang suatu saat akan muncul selama kita membiarkannya berkembang, tidak mengkebirinya.
Lintang, cerita tentang Lintang sukses membuat cairan dingin menetes keluar dari mata. Keinginannya yang kuat untuk bersekolah hingga akhirnya dia menemukan dirinya begitu berbeda, luar biasa di balik ke-biasa-annya. Menaiki sepeda hingga empat puluh kilometer untuk bisa ke sekolah. Hingga sandal yang terbuat dari ban mobil jadi aus, dan ia harus berangkat sejak subuh. Lewati empat kawasan pohon nipah, tempat berawa-rawa dan ada buayanya. Anak sekecil itu.
Hingga pada satu hari, rantai sepedanya putus dan ia tetap memilih ke sekolah sambil menuntun sepedanya. Maka ketika ia sampai dan yang tersisa dari sekolah hari itu adalah menyanyikan lagu BAGIMU NEGERI, yang ditemukan adalah Lintang yang paling semangat serta paling menghayati. Menyanyikannya dengan senyum dan kembali menuntun sepedanya sejauh 40 kilometer pulang ke rumah. Inspiring, So Inspiring....
Pilihan kata : Kami adalah sepuluh umpan nasib dan kami seumpama kerang-kerang halus yang merekat satu sama lain dihantam deburan ombak ilmu. Keren abis kan.
Dari segi bahasa, saya suka metaforanya. Saya suka cara Andrea mendeskripsikan sesuatu. Indah. Segi cerita, kekuatannya oks banget. Mantap, penuh isi dan penuh inspirasi.
Ini buku yang saya rekomendasikan buat siapapun yang mau melihat sudut pandang lain dari dunia pendidikan. Kamu bakal tersejukkan dengan kenyataan bahwa pernah ada zaman dimana anak-anak memiliki keinginan kuat untuk peroleh pendidikan dan manusia-manusia perkasa seperti Ibu Mus dan Pak Harfan itu ada. Dan semoga di zaman sekarang, entah dimana, masih ada yang seperti itu. Tidak hanya di dunia pendidikan, tapi di setiap frame hidup. Dan semoga kita bisa termasuk yang berdedikasi tinggi, bekerja dengan hati di bidang apapun yang sedang kita geluti saat ini.
Berharap sangat............
setelah tuntas Laskar Pelangi
18 September 2007. 7 : 15 pagi
No comments:
Post a Comment