Beberapa bulan ini begitu banyak kematian di dekatku.
Sebulan lalu, adik dari kakek yang dibelai oleh kematian dan sekitar 2 minggu lalu, kematian ada di jalan yang kulewati lima belas menit setelahnya. Terbujur kaku seorang pria mencium tanah dengan merah terus menetes dari kepalanya. Saat itu kubayangkan perihnya hati keluarga yang mendengar berita perginya tempat menyambung hidup dengan cara yang tak biasa. Kubayangkan pula perasaan pengendara yang menjadi sebab perginya nyawa itu. Bagaimana ia akan menghadapi hari-hari berikutnya dengan perasaan bersalah dan penyesalan berkepanjangan. Bagaimana pula perjalanan batin sang pembawa berita. Kata-kata seperti apa yang harus ia ucapkan agar berita luka duka itu tidak seluka kelihatannya. Yang walaupun dicari di kamus setebal apapun tak akan ditemukan. Kepergian tetaplah menyakitkan seperti apapun balutan kata-kata membungkusnya.
Dan pagi tadi, kami sekeluarga dikejutkan oleh berita duka kepergian seorang bibi di Luhu, kampung keluarga besar saya. Begitu tiba-tiba karena heart attack. Terkirim doa untuknya, semoga beliau tenang. Maafkan karena tak bisa ke sana. Tapi doaku tak berhenti semoga ketenangan kau dapatkan.
Kita telah lahir, pada gilirannya kita akan "pergi". begitulah kepastian. Maka, wahai jiwa, persiapkanlah kematianmu dengan indah....
Ada sebuah kematian yang begitu indah 4 hari yang lalu. Seorang kerabat muallaf pergi dengan begitu sempurna. Saat berdzikir usai sholat subuh, masih dengan mukena ia kenakan. Pagi tadi sebelum sholat, beliau sudah membersihkan diri dan beliau ditemukan masih dengan mukena, tidur dengan tangan yang ia bentuk sendiri.
Subhanallh, begitu indah.
Jiwa, akankah kematianmu akan kau songsong dengan indah?
nb : Ma Enga, doaku, semoga Allah mendekapmu erat, membuatmu nyaman hingga berkumpul lagi nanti. Om, abang, yang sabar ya...............
Monday, October 22, 2007
Sunday, October 21, 2007
Lebaran ini
Senja ramadhan telah tenggelam, mentari syawal datang. Entah harus bahagia atas datangnya kemenangan ini atau bersedih atas perpisahan ini. Tak pelak ada tanya, akankah sua kembali ataukah perpisahan ini untuk selamanya.
Seminggu lebih menghabiskan hari-hari di rumah, bersama orang orang tercinta. Ramadhan dan ied fitri selalu menawarkan keceriaan, senyum dan pertemuan fisik yang begitu bermakna. Dek eya yang datang dari Surabaya, dek Ega yang mudik dari makassar, bikin pertemuan kami berlima yang sudah tak lama berjumpa begitu bermakna. Seru, asyik, lebaran kali ini. Pisang ijo favorit buatan ibu jadi penutup berbuka dan ketupat plus opor ayam masih jadi menu utama lebaran. Siip, mantrrrraaap.
Ke rumah sanak saudara, didatangi sama sanak saudara, pertemuan yang begitu menyenangkan. Ada yang kurang dari lebaran ini. Baru kali ini, kita gak ada kumpul-kumpul sama teman2 SD, dan gak ada acara ke sekolahan SD. Sedih juga tapi gak apa, kemarin sudah telpon Ibu Nun, terobati lah kangen itu.
Sore tadi untuk pertama kali sholat di masjid agung An-Nuur di batu merah. Jalan ke batu merah sore hari dari arah Galunggung liat mentari senja, subhanallah. Laut di kanan dan gunung di depan. Bagus deh pokoknya.
Besok, saya mau balik ke SBB, kembali bertugas mengabdi pada negara (weits). Rasa-rasanya sudah cukup persediaan energi untuk balik. Ditutup dengan indah. Rame-rame tadi makan di AREMA. Ada evi, dek eya, dek uni, caca, ca lely, mbak ratih dan dek Putri. Menu semuanya sama, Bakso. Rada mengecewakan sih, gak seenak yang diceritakan but at least ketemuan rame2 sudah cukup lah. i love you all, sista......
Seminggu lebih menghabiskan hari-hari di rumah, bersama orang orang tercinta. Ramadhan dan ied fitri selalu menawarkan keceriaan, senyum dan pertemuan fisik yang begitu bermakna. Dek eya yang datang dari Surabaya, dek Ega yang mudik dari makassar, bikin pertemuan kami berlima yang sudah tak lama berjumpa begitu bermakna. Seru, asyik, lebaran kali ini. Pisang ijo favorit buatan ibu jadi penutup berbuka dan ketupat plus opor ayam masih jadi menu utama lebaran. Siip, mantrrrraaap.
Ke rumah sanak saudara, didatangi sama sanak saudara, pertemuan yang begitu menyenangkan. Ada yang kurang dari lebaran ini. Baru kali ini, kita gak ada kumpul-kumpul sama teman2 SD, dan gak ada acara ke sekolahan SD. Sedih juga tapi gak apa, kemarin sudah telpon Ibu Nun, terobati lah kangen itu.
Sore tadi untuk pertama kali sholat di masjid agung An-Nuur di batu merah. Jalan ke batu merah sore hari dari arah Galunggung liat mentari senja, subhanallah. Laut di kanan dan gunung di depan. Bagus deh pokoknya.
Besok, saya mau balik ke SBB, kembali bertugas mengabdi pada negara (weits). Rasa-rasanya sudah cukup persediaan energi untuk balik. Ditutup dengan indah. Rame-rame tadi makan di AREMA. Ada evi, dek eya, dek uni, caca, ca lely, mbak ratih dan dek Putri. Menu semuanya sama, Bakso. Rada mengecewakan sih, gak seenak yang diceritakan but at least ketemuan rame2 sudah cukup lah. i love you all, sista......
Thursday, October 11, 2007
Inspirasi dari LASKAR PELANGI
Bismillah....
Biasanya buku baru yang dibaca gak pernah lebih dari satu hari. Tapi karena lagi banyak kerjaan maka terlantarlah buku Laskar Pelangi-nya Andrea Hirata, padahal hati sudah garuk-garuk pengen baca.
Walhasil setelah 7 hari membaca di sela-sela waktu senggang, selesailah juga buku keren ini saya baca, berenti di titik tujuh lewat lima belas menit pagi.
Kehilangan kata-kata gambarkan buku ini. Keren, bagus, mendidik, inspiring. Memang sih, banyak sekali metafora dan deskripsi yang imajinatif yang mungkin bagi sebagian orang terkesan berlebihan dan susah. Tapi mungkin disitulah daya tariknya. Seperti ketika Andrea mengumpamakan Ibu Muslimah seperti sekuntum Crinum Giganteum yang mekar dan posturnya jangkung persis tangkai bunga itu. Atau ketika ia mengibaratkan Lintang seperti Pilea, bunga meriam, yang jika butiran air jatuh di atas daunnya, ia melontarkan tepung sari, semarak, spontan, mekar dan penuh daya hidup. Deskripsi itu cukup jelas menggambarkan sosok Lintang dalam imajinasi saya.
Dan hingga pada akhir cerita, Ibu Mus dan Lintang yang jadi tokoh favorit saya. Karakter yang kuat, penuh percaya diri. Ibu Muslimah dengan dedikasinya yang tinggi, pengabdian dari hati. Benar2 luar biasa buat saya. Di zaman yang kayak gini, masih adakah yang seperti Ibu Mus dengan dedikasi setinggi itu puluh tahun lalu. Beliau berjuang dengan percaya bahwa setiap anak punya sesuatu yang suatu saat akan muncul selama kita membiarkannya berkembang, tidak mengkebirinya.
Lintang, cerita tentang Lintang sukses membuat cairan dingin menetes keluar dari mata. Keinginannya yang kuat untuk bersekolah hingga akhirnya dia menemukan dirinya begitu berbeda, luar biasa di balik ke-biasa-annya. Menaiki sepeda hingga empat puluh kilometer untuk bisa ke sekolah. Hingga sandal yang terbuat dari ban mobil jadi aus, dan ia harus berangkat sejak subuh. Lewati empat kawasan pohon nipah, tempat berawa-rawa dan ada buayanya. Anak sekecil itu.
Hingga pada satu hari, rantai sepedanya putus dan ia tetap memilih ke sekolah sambil menuntun sepedanya. Maka ketika ia sampai dan yang tersisa dari sekolah hari itu adalah menyanyikan lagu BAGIMU NEGERI, yang ditemukan adalah Lintang yang paling semangat serta paling menghayati. Menyanyikannya dengan senyum dan kembali menuntun sepedanya sejauh 40 kilometer pulang ke rumah. Inspiring, So Inspiring....
Pilihan kata : Kami adalah sepuluh umpan nasib dan kami seumpama kerang-kerang halus yang merekat satu sama lain dihantam deburan ombak ilmu. Keren abis kan.
Dari segi bahasa, saya suka metaforanya. Saya suka cara Andrea mendeskripsikan sesuatu. Indah. Segi cerita, kekuatannya oks banget. Mantap, penuh isi dan penuh inspirasi.
Ini buku yang saya rekomendasikan buat siapapun yang mau melihat sudut pandang lain dari dunia pendidikan. Kamu bakal tersejukkan dengan kenyataan bahwa pernah ada zaman dimana anak-anak memiliki keinginan kuat untuk peroleh pendidikan dan manusia-manusia perkasa seperti Ibu Mus dan Pak Harfan itu ada. Dan semoga di zaman sekarang, entah dimana, masih ada yang seperti itu. Tidak hanya di dunia pendidikan, tapi di setiap frame hidup. Dan semoga kita bisa termasuk yang berdedikasi tinggi, bekerja dengan hati di bidang apapun yang sedang kita geluti saat ini.
Berharap sangat............
setelah tuntas Laskar Pelangi
18 September 2007. 7 : 15 pagi
Biasanya buku baru yang dibaca gak pernah lebih dari satu hari. Tapi karena lagi banyak kerjaan maka terlantarlah buku Laskar Pelangi-nya Andrea Hirata, padahal hati sudah garuk-garuk pengen baca.
Walhasil setelah 7 hari membaca di sela-sela waktu senggang, selesailah juga buku keren ini saya baca, berenti di titik tujuh lewat lima belas menit pagi.
Kehilangan kata-kata gambarkan buku ini. Keren, bagus, mendidik, inspiring. Memang sih, banyak sekali metafora dan deskripsi yang imajinatif yang mungkin bagi sebagian orang terkesan berlebihan dan susah. Tapi mungkin disitulah daya tariknya. Seperti ketika Andrea mengumpamakan Ibu Muslimah seperti sekuntum Crinum Giganteum yang mekar dan posturnya jangkung persis tangkai bunga itu. Atau ketika ia mengibaratkan Lintang seperti Pilea, bunga meriam, yang jika butiran air jatuh di atas daunnya, ia melontarkan tepung sari, semarak, spontan, mekar dan penuh daya hidup. Deskripsi itu cukup jelas menggambarkan sosok Lintang dalam imajinasi saya.
Dan hingga pada akhir cerita, Ibu Mus dan Lintang yang jadi tokoh favorit saya. Karakter yang kuat, penuh percaya diri. Ibu Muslimah dengan dedikasinya yang tinggi, pengabdian dari hati. Benar2 luar biasa buat saya. Di zaman yang kayak gini, masih adakah yang seperti Ibu Mus dengan dedikasi setinggi itu puluh tahun lalu. Beliau berjuang dengan percaya bahwa setiap anak punya sesuatu yang suatu saat akan muncul selama kita membiarkannya berkembang, tidak mengkebirinya.
Lintang, cerita tentang Lintang sukses membuat cairan dingin menetes keluar dari mata. Keinginannya yang kuat untuk bersekolah hingga akhirnya dia menemukan dirinya begitu berbeda, luar biasa di balik ke-biasa-annya. Menaiki sepeda hingga empat puluh kilometer untuk bisa ke sekolah. Hingga sandal yang terbuat dari ban mobil jadi aus, dan ia harus berangkat sejak subuh. Lewati empat kawasan pohon nipah, tempat berawa-rawa dan ada buayanya. Anak sekecil itu.
Hingga pada satu hari, rantai sepedanya putus dan ia tetap memilih ke sekolah sambil menuntun sepedanya. Maka ketika ia sampai dan yang tersisa dari sekolah hari itu adalah menyanyikan lagu BAGIMU NEGERI, yang ditemukan adalah Lintang yang paling semangat serta paling menghayati. Menyanyikannya dengan senyum dan kembali menuntun sepedanya sejauh 40 kilometer pulang ke rumah. Inspiring, So Inspiring....
Pilihan kata : Kami adalah sepuluh umpan nasib dan kami seumpama kerang-kerang halus yang merekat satu sama lain dihantam deburan ombak ilmu. Keren abis kan.
Dari segi bahasa, saya suka metaforanya. Saya suka cara Andrea mendeskripsikan sesuatu. Indah. Segi cerita, kekuatannya oks banget. Mantap, penuh isi dan penuh inspirasi.
Ini buku yang saya rekomendasikan buat siapapun yang mau melihat sudut pandang lain dari dunia pendidikan. Kamu bakal tersejukkan dengan kenyataan bahwa pernah ada zaman dimana anak-anak memiliki keinginan kuat untuk peroleh pendidikan dan manusia-manusia perkasa seperti Ibu Mus dan Pak Harfan itu ada. Dan semoga di zaman sekarang, entah dimana, masih ada yang seperti itu. Tidak hanya di dunia pendidikan, tapi di setiap frame hidup. Dan semoga kita bisa termasuk yang berdedikasi tinggi, bekerja dengan hati di bidang apapun yang sedang kita geluti saat ini.
Berharap sangat............
setelah tuntas Laskar Pelangi
18 September 2007. 7 : 15 pagi
Wednesday, October 03, 2007
Di Antara Dua Pilihan
Bismillahirrahmanirrahim...
Kalau kita dihadapkan pada dua pilihan yang sulit, apa yang harus kita lakukan? Kebanyakan orang akan menganjurkan untuk memilih yang paling sedikit mudhoratnya. Sekarang pertanyannya adalah
"bagaimana kalau kita gak tau yang mana yang paling sedikit mudhoratnya?"
"bagaimana kalau kita sama sekali asing dengan dua pilihan itu?"
"bagaimana kalau kita gak tau mana yang terbaik untuk kita?"
Begitulah kini yang rasanya menggelantung di kepala. Bingung berada di antara dua pilihan yang saya sama sekali tidak tahu harus memilih yang mana. Ada hal-hal yang bisa saya dapatkan dari yang satu tapi tidak di yang lain, begitu pula sebaliknya. Kalo boleh saya memilih dua-duanya, sepertinya itu lebih baik. Jadi lengkap yang saya dapatkan. Tapi itu gak mungkin. Dan sekarang kalo Allah membuka satu pintu untuk saya masuki sementara saat ini saya tengah riang dan bergembira di ruangan yang lain, apa saya mesti melangkahkan kaki ke ruangan baru itu atau tetap di ruangan yang lama. Mungkinkah kaki saya ada di dua ruangan tersebut secara bersamaan?
Saya gamang, takut memutuskan karena takut keputusan saya salah. Dengarkan kata hati sudah. Dan kata hati saya sudah menjawab tapi saya masih ragu akan ke depannya. Kalut, bimbang, bingung, takut, semuanya serba buntu.
Dan sampailah saya pada jawabannya.
Bahwa saya tak perlu memutuskan apa-apa. Allah-lah yang akan menjawabnya untukku. Allah telah membuka pintu, maka berarti Ia menginginkanku masuk. Kalau nanti Ia tak menghendakiku berlama-lama di situ, Ia pasti akan menutupnya untukku. Aku tak perlu risau. Semua akan berjalan sesuai kehendakNYA dan itu pastilah yang terbaik. saya gak perlu untuk membingungkan mana yang terbaik buat saya. Cukup masuki pintu itu, dan Allah-lah yang akan menunjukkan arahnya.
Maka disinilah saya sekarang, mencoba memasuki pintu itu. Arahnya kemudian mulai jelas. Ketidaksetujuan dari pihak yang paling kuharap dukungannya, hati dan pikiran saya yang terus menggelitik di tempat lain, hingga alur yang harus kuhadapi di pintu baru itu. It's all clear, yang terbaik untukku bukanlah disitu. Allah menunjukkannya untukku. Toh, kalo pintu itu kembali terbuka, kurasa saya sudah tau jawabannya apa.
Allah, terimakasih atas pelajaran yang engkau berikan ini. Aku tau, dan aku yakin mendarah daging dalam tubuhku bahwa "RidhoMU ada pada keridhoan orang tua, MurkaMu ada pada murka orang tua"
Ibu, maafin eby, dan terimakasih ya bu telah memberiku nafas kehidupan. Aku tau, hatimu-lah yang terbaik menuntun jalanku. Keyakinanmu adalah titah untukku. Love you, mom........
Kalau kita dihadapkan pada dua pilihan yang sulit, apa yang harus kita lakukan? Kebanyakan orang akan menganjurkan untuk memilih yang paling sedikit mudhoratnya. Sekarang pertanyannya adalah
"bagaimana kalau kita gak tau yang mana yang paling sedikit mudhoratnya?"
"bagaimana kalau kita sama sekali asing dengan dua pilihan itu?"
"bagaimana kalau kita gak tau mana yang terbaik untuk kita?"
Begitulah kini yang rasanya menggelantung di kepala. Bingung berada di antara dua pilihan yang saya sama sekali tidak tahu harus memilih yang mana. Ada hal-hal yang bisa saya dapatkan dari yang satu tapi tidak di yang lain, begitu pula sebaliknya. Kalo boleh saya memilih dua-duanya, sepertinya itu lebih baik. Jadi lengkap yang saya dapatkan. Tapi itu gak mungkin. Dan sekarang kalo Allah membuka satu pintu untuk saya masuki sementara saat ini saya tengah riang dan bergembira di ruangan yang lain, apa saya mesti melangkahkan kaki ke ruangan baru itu atau tetap di ruangan yang lama. Mungkinkah kaki saya ada di dua ruangan tersebut secara bersamaan?
Saya gamang, takut memutuskan karena takut keputusan saya salah. Dengarkan kata hati sudah. Dan kata hati saya sudah menjawab tapi saya masih ragu akan ke depannya. Kalut, bimbang, bingung, takut, semuanya serba buntu.
Dan sampailah saya pada jawabannya.
Bahwa saya tak perlu memutuskan apa-apa. Allah-lah yang akan menjawabnya untukku. Allah telah membuka pintu, maka berarti Ia menginginkanku masuk. Kalau nanti Ia tak menghendakiku berlama-lama di situ, Ia pasti akan menutupnya untukku. Aku tak perlu risau. Semua akan berjalan sesuai kehendakNYA dan itu pastilah yang terbaik. saya gak perlu untuk membingungkan mana yang terbaik buat saya. Cukup masuki pintu itu, dan Allah-lah yang akan menunjukkan arahnya.
Maka disinilah saya sekarang, mencoba memasuki pintu itu. Arahnya kemudian mulai jelas. Ketidaksetujuan dari pihak yang paling kuharap dukungannya, hati dan pikiran saya yang terus menggelitik di tempat lain, hingga alur yang harus kuhadapi di pintu baru itu. It's all clear, yang terbaik untukku bukanlah disitu. Allah menunjukkannya untukku. Toh, kalo pintu itu kembali terbuka, kurasa saya sudah tau jawabannya apa.
Allah, terimakasih atas pelajaran yang engkau berikan ini. Aku tau, dan aku yakin mendarah daging dalam tubuhku bahwa "RidhoMU ada pada keridhoan orang tua, MurkaMu ada pada murka orang tua"
Ibu, maafin eby, dan terimakasih ya bu telah memberiku nafas kehidupan. Aku tau, hatimu-lah yang terbaik menuntun jalanku. Keyakinanmu adalah titah untukku. Love you, mom........
Subscribe to:
Posts (Atom)