Tuesday, August 14, 2007

Nurani Yang Hilang

Bismillahirrahmanirrahim

Tak habis pikir rasanya, kemana hati nurani disembunyikan. Bisa dengan mudahnya mengambil hak orang lain, orang banyak untuk kepentingan pribadi. Atau juga mendzhalimi hak orang lain karena merasa punya power untuk itu. Marah mendengar apa yang terjadi, melihat dan menyaksikan kedzhaliman itu seenaknya dipraktekkan sambil tersenyum. Marah, sampai kemarahan itu berubah menjadi simpati. Simpati atas matinya hati nurani. Simpati akan musnahnya rasa takut akan dosa. Simpati pada kedangkalan moral tapi mengaku intelek.

Tanggung jawab yang diberikan dipakai seenaknya sendiri. Dan dibungkus dengan senyuman dan usaha menunjukkan wibawa. Ya, saya sebut usaha karena aura wibawa itu gak kelihatan. Tertutup oleh beringasnya mata isyarat perampok. Perampok yang merampok hak orang lain, yang membuang lebih banyak keringat tapi menikmati sedikit karena telah dicuri sebelum ia dapatkan.

Hai orang-orang yang kumaksud, berhentilah. Ada banyak tangan yang menunggu sesuatu yang seharusnya ada pada mereka tapi kini telah masuk ke perutmu. Juga berhentilah, karena ada banyak orang yang telah kau dzhalimi haknya demi sebuah kekuasaan yang kau lamunkan tiap malam.

No comments:

Post a Comment