Aku punya 2 sahabat kecil. Dua adik akhwat yang sangat dekat walaupun kami berbeda kampus. Dua adik yang punya panggilan sayang untukku “ibu”. Sebelumnya mereka memanggilku “mbak” seperti biasanya and they call me “ibu” since Juli 2005. Karena waktu itu ada agenda dakwah yang membuat kami bersama-sama hampir sebulan lamanya. Dalam sebulan itu, mereka berdua jadi tanggungjawabku. Kadang aku bahkan over protektif sama mereka. Kadang pula, aku yang memutuskan hal-hal yang berkaitan dengan mereka. Banyak cerita yang mereka bagi. Mungkin karena aku yang sering ngatur-ngatur keperluan&kepentingan mereka dan juga jadi “tempat sampah” yang baik untuk mereka, maka mereka mulai memanggilku “ibu”. Yah, they are my lovely little sister also my lovely little daughter.
Pasca itu, kami memang jarang bertemu karena kampus yang berbeda tapi komunikasi tetap baik. Kadang mereka mengunjungiku atau aku yang mengunjungi mereka. Hingga satu hari, aku menjadi panitia dalam satu acara dan mereka sama-sama kuundang menjadi wakil dari LDK mereka. Finally, kita bertiga kumpul lagi. Sambil bercanda, mereka bilang “ibu akhirnya bertemu kembali dengan dua anaknya, lengkap”.
Nama mereka pun hampir sama. Krisna dan Itsna. Aku sering keliru. Bukan tidak bisa membedakan mereka tapi kadang kalo bicara sama krisna, aku bilangnya dek itsna. Tapi kalo lagi bicara sama itsna, malah aku bilangnya dek krisna. Biar aman, aku ngobrolnya pake “na..na” aja.
Ahad kemarin, satu diantara “anak”ku itu menikah. Berita pernikahannya sudah ia beritahu lewat telpon 3 minggu sebelumnya. Aku bahagia mendengarnya. Tapi menjelang hari H, aku sedih, entah mengapa, aku sedih.
Kamis malam, aku ke kostnya karena jumat pagi ia akan puang ke rumah menyiapkan segala sesuatunya. Kuputuskan harus menemuinya sebelum ia menyandang status baru karena maybe after that, akan lebih sulit bagiku menemuinya.
Diantar pak sahab aku menemuinya. Kami berbicara, bercerita banyak hal dan aku bisa menahan agar tidak ada air mata yang ia lihat. Walaupun aku tahu ia sudah menyadari bahwa hatiku menangis karena suaraku tidak bisa menyembunyikannya. Ia pun begitu. Tampak jelas ia berusaha menahan tangis.
Bukan pernikahan yang kami sedihkan, yang kami tangisi. Tapi aku takut satu hal. Bahwa porsi untukku berkurang. Iya, dia memang harus meletakkan suaminya dalam porsi teratas tapi apakah akan mengambil porsiku di hatinya? Aku teramat menyayangi kedua sahabatku itu. Aku bahkan pernah bertengkar dengan seorang ikhwan karena mereka. Bagiku, mereka sangat penting. Malam itu aku memintanya untuk tetap menjadi sahabatku, saudaraku, adikku, “anakku” yang dulu. Dan malam itu ia menjanjikanku satu hal bahwa ia akan tetap menjadi dia yang dulu, bahwa ia akan tetap memberikan porsinya untukku.
Ya Allah, maafkan keegoisan hambaMU ini
Waktu akan pulang, ternyata benteng pertahananku itu roboh, di depan pagar tak bisa kubendung lagi perasaanku ketika ia bilang
“mbak, mbak harusnya bahagia untukku”
“Dek, mbak belum siap berbagi anti”
Mata kami sama2 basah dan kucium pipinya mendoakan yang terbaik untuknya.
Sebuah sms kulayangkan untuknya setibaku di rumah : “dek, aq bahagia u/ kbhagiaan anti, tapi aq cm tdk ingin khlgn 1 saudara lg krn prnkhn.Sdh byk tmn yang pergi mghlang stlh mrk mnikah. Ana gak ingin itu tjd pd anti.Afwan”
Kemarin, aku ke rumahnya. 4 jam perjalanan dari surabaya. Aku pergi bersama “anak”ku yang lain. Dalam bus ia berkata, “bu, anak ibu tinggal aku nih, dijaga ya bu”
Adekku kelihatan begitu cantik dengan balutan putihnya. Wajahnya tampak bahagia. Hatiku bahagia melihatnya dalam kebahagiaan itu.
Maka, sebuah surat kulayangkan untuknya di hari yang bersejarah itu :
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…..
Ba’da tahmid wa shalawat
”dan diantara tanda-tanda kekuasaanNYA ialah DIA menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNYA diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir (QS Ar-Ruum : 21)”
Boeat ukhti ******na, “anakku” yang dirahmati Allah...
Ingin kiranya ana berpesan kepadamu tentang azzammu....
jika engkau sudah menguatkan azzammu untuk selangkah lebih maju ke jenjang pernikahan, maka bersyukurlah dan tunggulah keputusanNYA. Sungguh, Allah pasti memberikan yang terbaik buat hamba-hambaNYA dan Allah tidak membebani hambaNYA melebihi kemampuannya.
Adekku yang kusayangi karena Allah....
Pernikahan adalah suatu jembatan legalisasi dari Allah atas perbuatan haram menjadi halal, adalah setengah dari kesempurnaan dien, adalah awal proses dalam membentuk keluarga SAMARA sebagai tempat pembentukan jundi-jundiyah menjadi GENERASI RABBANI. Dan dlam prosesnya pastilah ada aral dan rintangan menghadang baik itu sebagai musibah dari Allah atau busuknya tipu daya syetan atas ujian akan keimanan dan keikhlasan, jangan sekali-kali engkau mundur karenanya, jadikan itu sebagai bunga rampainya pernikahan yang akan membikin semerbak harum dan indahnya pernikahanmu, bersabarlah....
Maka dari itu, yang terpenting bagimu adalah siapkan bekal ILMU, karena engkau akan berhati-hati dalam melangkah dan membentengi HATIMU. Kedua bekal MENTALmu, agar engkau senantiasa tegar, sabar, tiada putus asa dan yakin akan keputusan Allah.
Ingatlah wahai ukhti......
Jadilh perhiasan yang paling indah di mata suamimu, ridholah atas segala keputusannya selama tidak melanggar ketentuan Allah dan rasulNYA, serta jangan sekali-kali kau katakan kata-kata yang menyakitkannya, dan jangan kau jadi sebagian FITNAH untuknya. Jadilah tetesan embun yang menyejukkan dikala hatinya kering, jadilah penerang dikala gelap hatinya, dan jadilah penenang dikala gundah gulana hatinya. Pahamilah, sungguh betapa berat beban yang dipikulnya menyelamatkan diri, engkau dan keluarga yang dipimpinnya dari siksa api neraka. Ingatlah sabda Rasul : "Apabila seorang wanita menyempurnakan shalat lima waktu, menyelesaikan puasa Ramadhannya, tidak serong dan taat pada suami, sungguh Allah akan memasukkan surga baginya dari pintu mana saja yang dia kehendaki".
Ukhti yang penyayang....
Jadilah mitra kerjanya yang utama dalam menjadi MADRASAH dan MASJID dalam membentu generasi-generasi RABBANI. Tersenyumlah dan jadikanlah dirimu indah dan menyenangkan dipandangannya, agar engkau mampu meraih ridhonya. Amin
Ukhti yang kucintai dan sayangi karena Allah.....
Mungkin itu yang bisa kuberikan, sebagai wujud cinta dan sayangku kepadamu, maafkan jika ada yang menyinggungmu. Semoga Allah memberikan kekuatan atas azzam dan kemudahan dalam melangkah. Amin
Semoga Allah selalu menghimpunkan kalian (yang saling mencintai karena Allah dalam ikatan halal pernikahan) dalam kebaikan. Mudah-mudahan Allah yang maha lembut melimpahkan kepada kalian bening saripati cinta, cinta yang menghangati nafas keluarga, cinta yang menyelamatkan. Semoga Allah memampukan kalian membingkai keluarga sakinah, mawaddah, warrahmah. Semoga Allah mematrikan helai keikhlasan di setiap gerak dalam keluarga. Jua Allah yang maha menetapkan, mengekalkan ikatan pernikahan tidak hanya di dunia yang serba fana tapi sampai ke sana, the real world "Akhirat". Mudah-mudahan kalian selamat mendayung sampai ketepian. Allahumma Aamiin.
Barakallahu, untuk pengantin muda. Mudah-mudahan aku mampu mengikuti tapak kalian yang begitu berani mengambil sebuah keputusan besar, yang begitu nyata menandakan ketaqwaan kepada Allah serta ketaatan kepada sunnah Rasul Pilihan.
Dan buat my new brother
Dan sejenak itu Mitsaqan galizha..
Mujahid..bidadarimu jemputlah..
Dialah separuh sayap..
separuh pemakna resah
pun separuh jiwa yang lelah..
perjanjian teguh itu akan menangkupkan jiwanya dan mu
Namun jangan terlena mujahid..
Ini awal derap panjang..
bawalah dia bersama lewat perjuangan menuju cintaNya
kampoeng surabaya selesei titik 4.23 am di 3 September 2006
teriring cinta yang sangat dari ku untuk :
******na dan the new brother (orang yang tidak pernah kutahu sebelumnya)
Sakinah, mawaddah warahmah-lah kelak...
amiin
With love,
“ibu”
No comments:
Post a Comment