Obrolan selepas lingkaran tarbiyah bersama seorang teman selingkaran menyisakan pertanyaan panjang dan kegelisahan. Forum tarbiyah adalah forum dimana setiap cinta dan keihlasanlah yang seharusnya melandasi setiap kedatangan bukan sekedar rutinitas yang harus dilakukan setiap minggunya suka atau tidak suka.
Dalam buku “Sudahkah Kita Tarbiyah”, dijelaskan bahwa kita dikatakah tarbiyah bukan karena kita punya halaqoh, bukan karena kita punya rutinitas pekanan, bukan pula kita punya amalan yaumiah yang harus kita laporkan setiap pekannya atau hal-hal formal teknis lainnya yang sering kita lakukan. Kita dikatakan tarbiyah manakala tarbiyah itu mampu membuat kita berubah, manakala selepas halaqoh pekanan itu semangat baru yang akan kita bawa pulang. Tarbiyah yang sehat adalah ketika setiap peserta tarbiyah menjadikan lingkar itu sebagai acara yang ditunggu-tunggu, yang akan meng-cancel setiap acara yang datang jika bertabrakan dengan jadwal halaqoh. Disaat pertemuan itu menimbulkan kegembiraan yang sangat dan perpisahan menyisakan kesedihan, di saat taujih dan materi dari “mbak” atau “mas” menjadi kekuatan tersendiri dan membumi, tidak mengawang-ngawang, maka itulah halaqoh dambaan.
Hari ini, saya belajar satu hal.
Bahwa keikhlasan tidak bisa berhenti hanya pada materi saja, tapi harus diimplementasikan. Ketika sebuah kekeliruan dilakukan oleh saudara2 kita, maka 72 prasangka baik yang harus kita kedepankan. Tidak perlu merasa waktu kita terbuang karena khilaf saudara kita. Keikhlasan yang kita miliki sudah cukup untuk mendatangkan rahmat Allah. Celakanya adalah ketika sikap yang ingin dihormati, sikap yang merasa dipermainkan, sikap yang menunjukkan tidak adanya keikhlasan justru ditunjukkan oleh orang yang selama ini dituakan. Aku ingin marah akan sikap itu. Bukankah kita telah diajarkan bahwa tidak ada yang sia-sia jika kita melandaskan setiap amalan kita, melangkahkan kaki kita karena Allah. Banyak sudah syuro yang harus dicancel atau kejadian2 yang terjadi diluar skenario, tapi jika itu semua disikapi dengan perasaan merasa dipermainkan, merasa waktunya terbuang percuma, sungguh akan menghilangkan keberkahan dakwah. Cukuplah kiranya Allah yang akan menilai kedatangan kita, langkah kaki kita dalam sebuah forum yang meskipun ternyata forum itu batal dan masih ada keridhoan serta keikhlasan disana.
Sungguh, aku kecewa dengan kata-kata itu. Dimana keikhlasan dan pengorbanan yang selama ini diperbincangkan? Sungguh, jangan mengulangnya lagi karena da’I itu dicontoh bukan saja dari yang keluar dari bibirnya, tapi juga dari sikap dan pemikirannya. Dan janganlah merasa begitu penting di dalam dakwah karena dakwah tidak pernah membutuhkan siapapun. Ada atau tidak adanya kita, roda dakwah ini akan terus berputar. Jangan takabbur, jangan ambil pakaiannya Allah
No comments:
Post a Comment