Mbak, jazakumullah atas semua cinta, perhatian, bimbingan, pengertian, kepercayaan serta senyum yang tulus di setiap perjumpaan kita. Ilmu yang mbak beri selama ini begitu bermakna untuk perjalananku ke depan. Afwan atas sikap-sikap ana yang banyak salah, adek yang banyak maunya, sering nunda ngerjakan amanah, sering telat datang, dan hal-hal lainnya yang mungkin saja sempat menorehkan kecewa pada mbak. Doakan ana mbak, agar tetap istiqomah di sana, tetap melanjutkan cerita indah tarbiyah disana. Jazakumullah khoiron katsiron ya mbak, terimakasihku tak cukup untuk menuntaskan rasa bangga pernah duduk di dalam lingkaran bersama mbak, mendengarkan taujih-taujih mbak yang keluar dari hati. Biarlah kuserahkan urusan ini kepada Allah, karena hanya, hanya IA saja lah yang mampu membalas segala kebaikan Mbak padaku.
Saudara-saudara selingkaran yang kucintai karena Allah,
Jazakillah khoir atas kebersamaan kita. tak terasa berbilang tahun kita duduk bersama. Sudah banyak kisah kita rangkai. Didalamnya ada tawa, ada sedih, ada marah, ada kecewa, ada senyum tulus, ada perhatian, ada saling jenguk, ada sms rindu, ada tangis, segala macam rasa pernah kita alami bersama. Tapi, tentu saja rasa-rasa itu kini menjadi jelas, bahwa ia bermuara pada saling mencintai karena Allah.
Terimakasih atas setiap doa yang pernah dan semoga selalu terlantun untuk ana. Terimakasih atas bahu yang sempat antum pinjamkan untuk memikul sebagian sesak. Terimakasih atas senyum tulus yang selalu ana temui di setiap perjumpaan, sungguh senyum antum ibarat bensin bagi ana meneruskan perjalanan. Hingga jika mesin dakwah ana mulai mogok, wajah-wajah antum-lah yang membuat motor itu kembali dengan keadaan yang lebih mantap.
Afwan jika ada hak antum yang ana lalaikan. Ada janji yang mungkin terabaikan. Ada harap yang tak ana penuhi. Ingatkan ana agar sempat untuk ana tuntaskan. Dan jika tidak, maka keikhlasan antum-lah yang ana harapkan hingga mampu menutup murka Allah atas diri ana.
Cerita kita tak pernah selesai, cerita kita justru baru dimulai. Karena cinta itu dibuktikan saat orang-orang yang saling mencintai itu berjauhan tapi mereka tetap menjaga cinta itu di tempatnya hingga saat dipertemukan kembali, di akhirat, untuk kembali mengenang kebersamaan sambil menikmati segarnya susu yang mengalir di bawah surga.
Hapus air mata itu ukhti. Ana tak tahan melihatnya. Semoga air yang mengalir dari mata kita menjadi penyegar dan penyuci ukhuwah, membersihkan noda yang sempat tertoreh di pakaian ukhuwah yang selama ini kita kenakan. Jangan menangis saat berpisah, tapi menangislah saat bertemu sebagai kesyukuran karena Allah masih mau mempertemukan.
Ukhti, kita tak pernah berpisah selama kita masih di jalan yang sama. Maka, tetaplah di jalan ini. Tidak selalu mulus, kadang berkelok, curam dan terjal, kadang-kadang tak ada penerangan dalam perjalanan ini. Tapi jika keistiqomahan kita jadikan sebagai cahaya dalam perjalanan ini, maka insyaAlah kita akan bertaburan bunga di ujung perjalanan ini.
Ukhti, lingkar kita tak pernah bubar. Lingkaran ini hanya melebar. Ana mencintai antum semua karena Allah. Doakan ana istiqomah dan sediakan satu ruang sempit di hati antum untuk ana. Sering-seringlah menjenguk ana di ruangan itu. Keep contact ya ukhtiy……
NB : Ingat nggak, pas antum semua ke rumah ana sepulang LQ untuk menjenguk, rasanya seperti terbawa ke surga. Ingat nggak pas dapat tanaman satu pot saat acara tukar kado? Udah mati bunganya, tapi ia hidup di hati ana, ukhti sayang si pemberi bunga. Ingat gak pas rame2 ke walimahannya teman kita di Nganjuk sana? Ingat nggak acara makan jambu biji sambil menunggu mbak? Ingat nggak sharing problem kampus masing2? Ingat nggak diskusi tentang problematika masing-masing adek kita? ingat nggak pulang aksi malah kumpul makan2 di rumah mbak F? ingat nggak pulangnya mampir Kenjeran beli kerupuk? Ingat nggak waktu……… (terlalu banyak yang teringat), Indah khan? Kabari ana kalo sudah ada berita “gembira” ya? You know what I mean….
No comments:
Post a Comment